Day 8 : pulang

89 2 0
                                    

***
Sion mulai bisa berjalan meski tertatih, tubuhnya tak selemah kemarin. Sion berjalan ke taman rumah sakit sekedar menghirup udara segar pagi itu. Tentu dengan pengawasan dua suster suruhan Guanlin.

"Seger banget udaranya, kaya udah lama ga keluar haha". Gumam Sion duduk di sebuah bangku taman itu.

"Janji mau sembuh ya ?" Sambung suara yang tak asing baginya. Lantas Sion mencari sumber suara itu dan menemukannya dibelakang tubuhnya.

"Dad ?" Kaget Sion.

"Haha, cepet keluar dari sini ya dek, daddy yakin kamu sembuh, cukup jaga diri kamu ya". Ucap Jaehyun

"Dua kali daddy datang, seperti daddy beneran datang aja". Balas Sion.

"Kan daddy beneran datang ini, kamu bisa lihat daddy kan ?" Cengir Jaehyun.

"Suster, anda bisa lihat daddy Jaehyun ?" Tanya Sion namun suster itu menggeleng dengan wajah bertanya-tanya.

"Memang tuan Jaehyun disini ? Saya tidak melihat siapapun selain anda". Katanya.

"Ohh baiklah". Sion mengangguk tersenyum. Bukan takut dia malah begitu senang didatangi Jaehyun kembali. Setidaknya menjadi semangatnya untuk bisa pulang dari rumah sakit itu.

[Jaehyun yang berhasil mendirikan rumah sakit itu sebelum bertemu Taeyong, karena itulah para dokter dan suster mengenalnya]

"Jangan lama-lama sakitnya, kasihan abang dan kakak rindu kamu". Ucap Jaehyun sambil tersenyum.

Sion sekilas menunduk terdiam

"Tapi mereka.." Sion seperti berpikir untuk apa yang akan dia katakan.

"Mereka hanya ingin kamu ga jadi anak manja, mereka menguji berapa kuatnya hati kamu diluar sana Sion, anggap saja ujian kecil sebelum kamu melangkah pergi". Kata Jaehyun

"Tapi bukannya mereka keterlaluan ?" Sion menatap Jaehyun dan mengerutkan dahinya.

"Kamu memang bisa bilang begitu, tapi tujuannya hanya satu, menguatkan dirimu tanpa ada daddy disana". Lanjut Jaehyun.

"Sion mengerti, tapi Sion terlanjur sakit hati daddy, menerima semua itu tak mudah, Sion seperti dikucilkan dikeluarga sendiri". Tatapan Sion mulai sendu, dia ingin menangis tapi berhasil ditahan olehnya.

"Ingat apa yang Daddy katakan tadi, mereka hanya ingin kamu kuat secara batin, untuk fisik hanya kamu yang bisa mengaturnya". Kalimat itu dibalas anggukan oleh Sion.

"Kau sudah selesai ? Waktu kita habis, ayo pergi". Ucap seseorang yang datang.

"Aunty Renjun ?" Sion mengedipkan mata tak percaya apa yang dia lihat.

"Maaf Sion, kami harus pergi". Kata Renjun lalu menarik Jaehyun.

Pandangan Sion mulai kabur, sekian detik Sion tak sadarkan diri, Sion pingsan lalu dibawa ke ruangannya lagi.

Sion terbangun sudah ada Ryo, Guanlin dan Taeyong disampingnya. Mereka sempat khawatir dengan kondisinya yang belum pulih total namun Sion kekeuh ingin pulang karena menurutnya bagaimanapun kondisi yang dia alami lebih baik dirumah dengan ketenangannya sendiri.

Mau tak mau Guanlin mengurus kepulangannya, bahkan Ryo menemani Sion dirumahnya. Taeyong menyuruh untuk pulang ke rumah keluarga tapi Sion tak mau, dia ingin pulang kerumahnya sendiri.

"Kamu yakin disini sendiri ? Kamu belum pulih total nak" kata Taeyong ketika sampai di rumah Sion.

"Bubu tenang aja, Sion nyaman disini. Ada Ryo yang setiap hari main kerumah kok, lagipula Senin nanti Sion harus sekolah kan ? Semesteran ngga bisa dipending Bubu, mohon biarkan Sion belajar disini dulu ya". Dengan wajah melas Sion meminta izin.

"Baiklah, kalau sakit lagi bilang Bubu, Ryo juga kalau Sion sakit bilang Bubu ya". Pinta Taeyong.

"Baik Bu" serentak Sion dan Ryo.

"Bubu harus ke kantor dulu, ada masalah penting". Sion mengangguk mengiyakan lalu Taeyong pergi begitu saja.

"Apa sih, katanya aja anaknya masih sakit eh ditinggal mulu". Kesal Ryo.

"Bubu kerja buat gue juga". Balas Sion.

"Yaudah ayo masuk, kemarin gue bersihin karena gue mikir Lo ga tahan debu". Ajak Ryo yang mulai lelah kelihatannya.

"Hehe makasih". Cengir Sion.

Jujur memang Sion belum pulih total tapi dia sudah bisa melakukan hal ringan dirumah maupun cafe, dan Sion berpikir besok kembali kerja dengan aturan Jungwoo.

"Yakin Lo mau kerja besok ? Yushi aja sering libur buat belajar". Tanya Ryo.

"Ya gimana, kita udah terlanjur kerja disana dan mama Jungwoo kan ngasih waktu buat kita belajar bareng, setidaknya kita bisa gunakan itu untuk lebih memahami materi" balasnya.

"Tapi Lo jangan terlalu keras bekerja, Lo yang tau diri Lo sendiri". Pinta Ryo mengkhawatirkan Sion.

"Iya-iya gue bakal nurut sama Lo". Jawab Sion yang melihat Ryo sedikit marah.

"Jangan serem gitu dong kan rumah ini jadi horor". Kekeh Sion bercanda.

"Lo kira gue hantu hah ? Gue cuma khawatir sama Lo". Bentak Ryo.

"Ciee khawatir, sayang ya sama gue ?" Senyum Sion.

"PD amat Lo. Gue cuma sedih kalau Lo sakit Yon, tolong jangan sakit lagi ya, Lo udah pulang kesini tolong sembuhlah". Doa Ryo untuknya beneran setulus itu.

"Gue janji Yo, gue akan sembuh sampai ayah Lo ngasih hadiah yang dia katakan kemarin". Balasnya dengan harapan lebih.

"Ya, gue juga menanti. Gue kepo apa wujud hadiah itu". Ryo tampak sedikit berpikir.

"Entahlah, udah ah mau masak, eh ada bahan makanan ga nih ?" Sion yang bertanya karena Ryo yang mengurus rumah itu.

"Ada, cuma itu aja sih tapi, Lo buka sendiri deh". Ucapnya

Ryo tak menetap hanya terkadang menginap dan terkadang pulang bersama ayahnya. Ryo memang senang menemani Sion, kemanapun langkahnya serasa ingin terus membuntutinya. Tak peduli bahaya atau sakit apa yang dia rasakan dia hanya ingin Sion aman. Terlebih ketika Ryo sadar akan sesuatu tentang orang yang ada disampingnya itu.

Mereka memasak bersama di dapur sesuai bahan yang ada. Sederhana namun membuat mereka puas karena hasil masakan sendiri.

"Ryo Lo ga capek nemenin gue terus ?" Sion tiba-tiba membuka suara ketika mereka mulai makan.

"Kagak, cuma Lo yang ada buat gue". Jawab Ryo.

Mendengarnya Sion hanya terkekeh kecil. Senyumnya mengembang dan ada suara terlintas dibatinnya.

"Apa Lo ngerasain hal yang sama Yo ?". Batin Sion.

"Coba aja Lo peka". Batin Ryo.

***

Day 8, end!

30 Days || OH SION (☑️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang