BTN 37🌱

17.7K 2K 226
                                    

☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥

(Mulmed Aiden)








Sekarang lihatlah, Veron hanya terdiam menatap gamang kebahagiaan keluarga disebrang sana, setelah ia memutuskan mengurangi energi dalam permainan dan membuat tim Villiant menang kedua orang Tua nya segera memeluk pemuda itu, memberikannya kecupan dan wajah bangga.

"Veron aku--"

"Aku tau kau akan marah sekarang, tak apa. Maafkan aku karena kembali membuat kelas kita kalah terserah kau akan memaki ku seperti apa lagi," potong Veron tanpa melirik Kaiden yang menghampirinya, "Terimakasih kau mau sedikit bergerak, itu sudah cukup setelah kau memberikan beberapa point."

Kaiden menggeleng pelan, ia hendak meraih tangan Veron sebelum gadis itu mundur pergi memilih beristirahat di tepi tanpa tau tatapan sendu darinya.

"M--maafkan aku ... aku tidak berniat memarahimu Veron," gumamnya kala Veron bisa menyembunyikan kejadian menyakitkan tadi dengan wajah biasanya seolah tak ada apa-apa, "Maaf, aku menyesalinya."

Gadis itu duduk lesehan meluruskan kakinya dengan pijatan pelan kala merasa sedikit pegal.

"Menangkan Villiant atau rahasia mu ku bongkar pada semua orang disekolah ini!" kukuh sang Ibu tak ingin dibantah lagi, "Kau sudah cukup menyusahkan ku karena lahir kedunia, sekarang kau harus menanggung semua keinginan ku."

Veronica mematung dengan bibir bergetar ia menyuarakan isi hatinya, "Aku akan menuruti Ibu, dengan satu syarat."

Rihanna tak menjawab dan malah berbalik hendak pergi, hingga suara lirih Veron membuat langkahnya terhenti seketika.

"Boleh aku memelukmu beberapa detik saja?"

Deg! Rihanna mengepalkan tangannya erat sebelum ia berbalik, melihat itu Veron bergerak dengan larian menubruk tubuh wanita yang ia lihat memiliki bekas memar cekikan di lehernya.

Gue gatau sejahat apapun wanita ini, perasaan gue malah berbanding terbalik, gue cuman rasain marah, gak sampai ke tahap benci dia, batin Veron mengeratkan pelukan hangat itu.

Manik Rihanna mulai berkaca-kaca, pupil mata itu bergulir menatap tubuh gadis ini, bahkan tangannya sudah terangkat ragu-ragu hendak membalas pelukan sebelum memilih mendorong bahu Veron dan pergi begitu saja.

"Veron!" panggilan Falleo, Akaska, dan Elaine membuyarkan lamunan Veron.

"Hai, maaf aku gagal lagi, kupikir bermain badminton akan lebih mudah nyatanya sama saja susah," Veron menggaruk tengkuknya tersenyum kikuk.

"Tidak apa-apa Veron, itu hanya permainan tidak perlu dianggap serius. Kalah dan menang adalah hal biasa," jawab Elaine mengibaskan tangannya memberikan angin pada wajah Veron yang berkeringat, "Kau sangat hebat! Aku lebih mendukungmu daripada kelasku sendiri."

"Veron tidak apa-apa? Kaki mu sakit ya?" tanya Akaska ikut duduk memberikan pijatan kecil, "Bagaimana? Apa pegalnya cukup reda?"

"Aku heran, kenapa tiba-tiba sekali kau terlihat lesu dalam permainan itu? Tidak seperti awal dan malah yang kulihat Kaiden mulai bisa mengimbangi permainan," selidik Falleo dibalas gelengan Veron.

"Aku hanya lelah saja, energiku seperti batrai yang cepat habis. Eh, tunggu dulu, kalian mulai berteman dengan Elaine?" tunjuk Veron pada ketiganya yang langsung saling melempar pandangan terutama Falleo dan Kaiden pada Elaine, "Wah bagus sekali! Ini yang aku mau! Kalian mulai menerima Elaine dan berteman dengan dia!"

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang