BTN 41 🌱

15.3K 1.7K 200
                                    

☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥














Malam mulai menyelimuti bumi, dinginnya udara bertambah namun tak membuat Veronica terusik, ditemani dua botol anggur beralkohol juga langit bertabur bintang diikuti suara ombak yang menabrak kapal dirinya termenung sendirian diluar.

Ditengah lelapnya tidur kelima Tuanya, ia memilih menyendiri diluar saat bayangan tadi siang membuat Veron tak bisa memejamkan mata walau sekejap.

"Selama itu ya, gue ninggalin lo. Sampai lo milih nikahin cewek ular itu?" gumam Veron, ia tuangkan lagi anggur itu kedalam gelas kemudian meneguk nya hingga tandas, "Seenggaknya ini membantu ... Kegalauan gue, Avriel ... cowok sialan lo!"

"Woy cebol! Ikut yuk sama abang," Avriel menghentikan motornya setelah sampai di pekarangan rumah Veron yang baru menutup gerbang.

"Najis lo ujung-ujungnya minta bayaran gak ngotak! Minggir, lo gak liat gue bawa sepeda!" sentaknya berlalu mengabaikan pria yang masih memakai helm itu.

"Emang lo gamau telat lagi pake sepeda kuno itu? Udahlah gausah jual mahal gue beli mau berapa lo?" dengan isengnya Avriel kembali melajukan motor dan berhenti tepat didepan sepeda Veron, memblokir jalannya, "Daripada dihukum kan? Mending sama gue sekali-kali."

Veronica mendelik, "Kagak ya! Gue gak mau awas lo! Motor lo aja yang buluk!" ditendang nya ban motor Avriel.

"Cebol so-soan nendang motor gue, ban nya aja lebih besar dari tubuh kecil lo!" ia terkekeh kala Veronica mengacungkan jari tengahnya, "Okelah kalau lo gamau nebeng di gue."

Avriel turun melepaskan helm nya, ia lalu mendial nomor seseorang sembari menatap punggung Veronica yang mulai menjauh.

"Ngeselin banget tu cowok, bisa-bisanya gue kenal dia," geli Veron mengayuh sepeda dengan tenang sembari menikmati udara segar pagi ini, "Indahnya pemandangan--E-eh!"

Tanpa diduga Sepeda lain menyerobot dengan cepat ke sisi sampai hampir membuat Veron oleng, "Gila lo ya hati--!"

"Oii cebol! Yang datang terakhir bayarin uang kas kelas!!!" tawa mengejek Avriel yang sudah ngebut lebih dulu.

"Avriel babi!!!"

Potongan demi potongan ingatan kembali menghantam ingatan Veron, dirinya kembali menuangkan alkohol itu dan meneguk nya rakus.

"Gue suka sama lo Ay, lo mau jadi pacar gue?"

Veronica yang berjalan di Koridor dikagetkan oleh confess mendadak dari kakak kelasnya, bahkan sampai memberinya coklat juga surat.

"Gue udah lama suka sama lo, gue tertarik waktu lo jadi pemimpin pramuka buat regu kelas adik gue," ujarnya lagi dengan senyum dibalik wajah berkacamata itu, ia menyodorkan coklatnya pada Veronica yang kini bingung setengah mati, "Lo mau jadi pacar gue kan?"

Veronica menggaruk sisi rambutnya, "Gue--"

"Gausah pacaran sama ni cewek," selaan seseorang membuat mereka menoleh, Avriel datang kesamping Veron bahkan menyentak tangan pria didepannya, "Biar gue kasih tau ya, cewek ini paling males mandi, jarang keramas, bau, bahkan lo mau tau apa yang paling menjijikkan? Dia punya banyak bekas koreng di perutnya."

"Eh! Lo sembarang--Mmm!!!" mulutnya dibekap Avriel dengan rangkulan, dia juga mengulas senyum pada pria didepan mereka yang kini terbelalak, "Mmm!"

"Gimana? Kalau menurut gue si, lo fikir-fikir aja dulu, itupun kalau lo mau nerima cewek--"

"Kayaknya coklat ini udah basi, maaf Ay. Gue ke kelas dulu nanti aja ya, buat pertanyaan tadi gausah diungkit bay!" Veronica menatap cengo kala pria itu pergi buru-buru.

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang