BTN 63🌱

12.4K 1.3K 214
                                    


☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥













Keadaan dilantai bawah benar-benar kacau, banyak darah dari tubuh para bawahan yang tumbang setelah penyerangan bertubi yang dilakukan Silas pada kelompok Hunter.

"K--kembalikan, kembalikan Veronica padaku," kini dihadapannya, Silas pandangi penuh rendah tubuh Asher yang berusaha berdiri walau kepalanya sudah dikucuri darah segar.

"Kau sudah mendapatkan kekalahan dari kami yang begitu kau inginkan, sekarang kumohon. Kembalikan milikku, Silas kembalikan Veronica ku," timpal Archer berdiri dibelakang Asher hanya berjarak satu langkah.

"Bagaimana jika aku tidak ingin melepaskannya?"

"Jangan bermain-main brengsek! Mau kau apakan Veronica!" bentak Ace sesekali meringis memegang perutnya yang berdarah-darah.

"Dia sudah menjadi milikku, Veronica milikku. Tak akan kuserahkan perempuan itu pada kalian," senyum smirk Silas mulai menodongkan senjata dengan peluru yang telah didesain oleh racun mematikan didalamnya, "Bersiaplah menemui kekalahan kalian."

Setelah sekian lama, dendam yang tersimpan bertahun-tahun akibat kejadian dimasa lampau yang dilakukan Hunter akhirnya bisa Silas balas sedemikian rupa, tentang hinaan, cacian, dan siksaan yang ia dapat dari orang-orang disekitarnya yang merasa lebih sempurna.

"Hentikan!!!" teriakan panik itu membuat Silas menoleh kebelakang, didapatinya Veronica berlari menuruni anak tangga menggunakan gaun pengantin.

"Apa yang kau lakukan disini?! Kembali ke dalam kamarmu!" tahan Silas kala Veronica hendak berlari menuju Asher, "Veronica! Kau hanya milikku bahkan sampai matipun tak akan kubiarkan kau kembali pada mereka! Kau harus melihat sendiri, calon suamimu membunuh mereka satu persatu."

Wajah Veronica sudah berderai air mata, ia menggeleng ribut menatap wajah Silas, "Aku mohon, aku mohon jangan lakukan itu Silas. Jangan membunuh mereka kumohon, biarkan mereka hidup."

"Tidak, mereka harus musnah dari dunia ini," nada suara Silas berubah dalam, ia kembali mengangkat pistolnya dengan satu tangan dan tangan lain menahan pinggang Veronica.

"Kami mencintaimu sayang," bisik mereka memandang Veronica dengan seutas senyum.

"Sambutlah kematian kalian detik ini--"

"JANGAN!!!"

DOR!!! waktu seakan berhenti sekejap begitu peluru ditembakan.

Mata Silas membulat sempurna saat melihat siapa yang terkena pelurunya sendiri, itu Veronica! Perempuan itu meloloskan diri dari rangkulannya dan menjadikan tubuhnya tameng untuk melindungi Asher.

Perempuan itu menyemburkan darah pekat dari mulutnya dengan tangan masih terentang, sampai dimana dia jatuh dan ditangkap oleh Asher dan yang lain.

Pistol ditangan Silas jatuh seketika, "T--tidak, tidak! VERONICA!!!"

Mata terpejam Silas terbuka lebar seketika dengan keringat sudah membasahi leher juga pelipisnya, ia langsung bangkit dari posisi tidurnya dengan jantung berdegup kencang tak terkira.

"H--hanya mimpi, semuanya hanya mimpi," gumam Silas memijit pelipisnya, "Kenapa mimpi itu harus datang, semuanya tampak nyata, ada apa denganku? Mengapa aku mencemaskan perempuan itu?"

Silas tercenung menyadari ada yang salah dalam dirinya sendiri, ia terkekeh tak percaya, "Tidak, aku tidak mungkin menyukainya, itu tidak mungkin dia seharusnya menjadi alat balas dendam yang baik untuk ku."

Suara guntur disertai hujan lebat terdengar dari jendela, kilatan sinarnya tampak bercahaya dengan suara gemuruh yang keras tengah malam ini.

"Bagaimana keadaan perempuan itu?" monolognya tanpa sadar, ia turun membenarkan tali piyama tidurnya, "Tidak aku tidak mengkhawatirkan dirinya, ck. Sialan hal bodoh apa yang kau lakukan ini Silas!"

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang