BTN 55 🌱

14.1K 1.6K 464
                                    

☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥





Entah sebab apa Veronica terbangun dari tidur lelapnya, begitu melihat jam ia baru sadar jika ini tengah malam.

"Laper banget, kebiasaan yang gak harus di biasakan," gumamnya mengelus perut dibalik piyama model gaun putih itu, dirinya turun menuju keluar, "Lupa, bonekanya."

Ia kembali untuk mengambil boneka dari Nolan, meski kamarnya sudah dipindahkan ke ruangan mewah dengan banyak bantal empuk dan boneka, Veronica merasa lebih nyaman memeluk boneka ini.

"Apa yang lain udah tidur ya? Sepi banget," kaki dengan sandal dombanya menaiki anak tangga menuju lantai tiga, "Gue penasaran di lantai tiga ada apa aja, mereka kaya gak pernah bahas barang diatas sana."

Begitu menginjak lantai tiga rasanya tidak ada yang aneh, ruangan ini tampak legah dengan beberapa pintu disisi dindingnya tak lupa lampu kristal ditengah atapnya, namun rasa curiga Veronica jatuh pada salah satu pintu berwarna hitam.

"Gue penasaran isi di setiap pintu ada apa aja, sebentar aja ko cuma buat muasin rasa curiga gue siapa tau ada hadiah dibalik pintu kan? Uh, jackpot luar biasa," gumamnya mulai menarik tuas pintu, namun detik itu juga boneka di pelukan Veronica jatuh dengan tubuhnya yang mematung bak batu.

Semua tak sesuai harapan gadis itu, bahkan senyumnya memudar seketika.

Begitu banyak gambar figura dirinya yang memenuhi dinding serta puluhan komputer yang menayangkan apa saja yang telah ia lakukan dari sejak dirinya mendapatkan hadiah-hadiah dari mereka, layar itu masih hidup dan terus menayangkan keseharian Veronica dari mulai mengikat tali sepatu sampai menyapa murid-murid di sekolahnya seolah kamera tersebut disimpan di baju, sepatu, ponsel, bahkan celananya.

Jari Veronica bergerak tremor sampai ia mundur syok melihat semua potret dirinya yang tergambar jelas dari ujung rambut sampai kaki, bahkan dirinya dibuat membekap mulut melihat satu komputer menayangkan gambar dimana dirinya tengah mandi! Dalam keadaan tak memakai sehelai benang pun!

"A--apa ... apa-apaan ini semua, kenapa mereka lakuin semua ini," ujar Veronica terbata-bata, "Jadi, selama ini mereka mata-matain gue separah ini. Bahkan nyimpen banyak kamera ditubuh, gue ... ?"

Melihat satu gambar menayangkan kakinya yang berjalan di ruangan ini, Veronica segera melepas alas sandal itu, bahkan mereka juga menyimpan di boneka miliknya.

"Gue, gue ga mau buang lo. Tapi ini udah kurang ajar!" dengan ribuan maaf ia melempar bonekanya kedalam ruangan tersebut beserta sendal dan gaun tidurnya, "Brengsek!"

Gadis itu berlari hendak pergi namun telinganya mendengar sesuatu, sebuah pembicaraan dari pintu disudut dinding yang tampak menampilkan celah, dengan tangan terkepal kuat ia mendekatinya.

Villiant?! Batin Veron terbelalak membekap mulut syok melihat Arlon menyimpan kepala saudaranya diatas meja.

"Apa reaksinya jika dia tau putranya sudah mati?"

Archer mengedikan bahunya tak acuh, "Aku jadi dejavu, bukankah kita memang berniat membunuh Veronica sejak awal kedatangannya kemari? Karena dia perempuan dan perempuan adalah mahluk paling menjijikkan."

"Ya, mungkin dia akan bernasib sama seperti kepala saudaranya ini," angguk Demon.

"Apa kalian akan tetap melakukan itu semua padanya sekarang ... Bajingan huh?" desis Ace berusaha bangkit.

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang