BTN 40🌱

18.2K 1.8K 328
                                    

☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥








Ayunan sepatu balmoral boots berwarna hitam dari kaki Asher berjalan di lorong Mansion rahasia miliknya, pria dengan kemeja formal putih dilapisi rompi hitam itu berhenti sejenak kala para bawahannya membukakan pintu basement room.

"Pria itu sudah datang Tuan," tunduk nya memberitahu.

Tak menjawab Asher memilih masuk disusul pintu yang ditutup oleh mereka dari luar, karena Tuan nya ingin pembicaraan ini hanya diketahui oleh dia dan pria didalam.

"Desain ruangan yang bagus, hanya sedikit kurang cahaya saja--ah aku lupa, Tuan Asher memang identik dengan warna hitam. Ku usulkan warna biru gelap itu lebih menarik," celetuk pria yang duduk tenang disalah satu sofa, bahkan bisa-bisanya masih menilai kondisi ruangan ini padahal-- "Aku tau disini terdapat banyak senjata yang mungkin bisa membuatku ... mati ditempat."

Oh, dia sudah tau ternyata.

"Tidak usah berbasa-basi, aku mengundangmu datang kemari karena aku tau kau ... mengetahui apa saja yang terjadi selama satu minggu ini dikediaman Hunter," potong Asher begitu dingin menusuk pria didepannya dengan tatapan bak elang itu, "Kau putra dari keluarga Lamont yang telah pensiun itu dan namamu--"

"Ah, tidak perlu formal Tuan Asher. Aku Jayden calon suami Veronica," yap, pria yang identik dengan seringaian jail nya adalah Jayden.

Sontak saja ucapannya mengundang aura tak mengenakan dari Asher, "Dibalik wajah tengil mu yang sialan aku tau kau tidak sebodoh itu, Veronica tak akan mau memiliki suami seorang badut psikopat!"

"Eee sssttt, tidak perlu sekeras itu dia juga tidak akan mau menerima seorang Mafia tua bangka sepertimu," balas Jayden membuat alis Asher menukik tersindir, "Haha kau kena, satu sama!"

"Gila, jangan menguji emosiku sekarang katakan kau tau sesuatu mengenai kejadian meninggalnya pria pengidap HIV itu?" to the point Asher, ia muak mendengar ocehan pria didepannya.

Jayden bersandar dengan tangan bersedekap, "Menurutmu? Kau mungkin sudah menebak siapa dalang pembunuhnya diantara para Hunters, Ya. Aku tentu saja sudah tau tapi aku tidak mau mengusik mereka dulu, biarkan mereka tenggelam dalam kebodohannya sebab melawan mereka sama saja mencari mati, bahkan pasukan mu tak akan setara."

Benar yang dikatakan Jayden, Asher sudah mengalami kekalahan tapi bukan berarti dia menyerah, "Aku hanya ingin melindungi Veronica dari tangan jahat mereka."

"Mereka tidak akan melukainya, percaya padaku. Tapi ada hal paling menyenangkan daripada itu kau mau tau?" Jayden menegakan tubuh lalu mendekat sedikit berbisik, "Veronica yang akan melukai mereka, itu hal yang paling kutunggu-tunggu! Ayolah! Mari kita lihat saja mereka menderita sebentar lagi!"

"Apa maksud mu? Berhenti bermain kata!" bentak Asher dibalas decakan Jayden.

"Mafia bodoh."

"Aku dengar, telinga ku masih berfungsi," hardik Asher mendengar ejekan kecil Jayden, "Katakan padaku, kau mengetahui sesuatu?"

Senyum miring Jayden terulas, hal yang paling Asher benci, "Aku tau semuanya, bahkan aku bisa berdekatan dengan Veronica karena kepintaran ku. Begini saja, aku tidak mau membocorkan semuanya pada pria sepertimu kau memiliki puluhan anak buah kau bisa memerintahkan mereka mencari semuanya ya walaupun tak mungkin sepintar aku. Ini."

Jayden mengeluarkan ponselnya lalu menyodorkan keatas meja layar yang hidup disana, "Lihat dan amati."

Asher meraihnya lalu gelombang kerutan muncul diatas pelipis nya melihat foto tersebut, "Siapa pemuda ini? Wajahnya--"

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang