BTN 13 🌱

23K 2.3K 331
                                    

☻ᴴᵃᵖᵖʸ ᴿᵉᵃᵈᶦⁿᵍ❥














Dengan kepalan tangan kecilnya Veronica berlari kedepan menghalangi tubuh meringkuk perempuan dibelakangnya lalu merebut paksa selang air ditangan salah satu siswa itu, dengan nafas memburu juga mata memicing tajam ia mendonggak tanpa takut.

"Lo semua apa-apaan si?! Gila ya gaada otak emang semua orang disini! Lo semua fikir ini lucu buat dijadiin bahan tontonan orang-orang bego?! Kagak!" Veronica menunjuk mereka membentak dengan suara lantang, ia lalu terkekeh menyadari sesuatu, "Gue lupa, lo semua gaakan ngerti bahasa gue karena lo semua emang tolol!"

Veronica berbalik menekuk satu kakinya, ia melepas rompi biru rajut miliknya dan memakaikannya ditubuh perempuan yang menggigil itu, "Pakai kau pasti kedinginan, pakaian mu menerawang."

Gadis itu tertegun menatap wajah Veronica, tangannya sampai bergetar dengan mata berkaca-kaca seolah tak percaya masih ada yang membelanya ditengah orang-orang kejam ini.

"Apa ini? Pahlawan kesiangan?" kerah belakangnya ditarik oleh pria itu dengan kekehan merendahkan, "Tubuh sekecil ini berusaha menyelamatkan perempuan jalang itu? Oh, aku sudah mendengar beritanya. Kau Satu-satunya pria aneh yang menyukai perempuan itu kan? Apa jangan-jangan dia kekasihmu?"

"Si jalang dan si aneh," sambung yang lain menepuk pipi tembam Veronica hingga menimbulkan bunyi membuat kedua temannya yang lain tertawa.

Lengan Ace mengepal erat diatas pahanya menahan sesuatu, semua putra Hunter menegakan tubuh mereka menatap tak percaya keberanian pria kecil mereka.

Pergi Veron! Apa yang kau lakukan!!!

"Usir pria itu! Jangan mengganggu kesenangan kita!"

"Iya! Dia hanya cari muka!"

"Dia memang aneh bahkan memaki dengan bahasa yang tidak dikenal! Dasar botie gila!"

"Veron kita, Aku takut dia diapa-apakan oleh siswa brandal suruhan Putra Hunter itu," cemas Kaiden menggigit jempolnya risau termasuk Falleo dan Akaska yang saling melempar pandangan risau.

"Kau dengar itu? Pergi sebelum aku menghabisi tubuh kecilmu disini!" tekannya mencengkram kerah Veronica.

"Akan sangat bodoh jika Aku takut pada pria menjijikkan seperti kalin!" seringai Veronica, mata tak gentarnya sedikit membuat pria didepannya menegang, "Kalian adalah mahluk paling menjijikkan! Kalian menyiksa seorang perempuan seolah kalian lahir bukan dari rahimnya! Ini yang kalian sebut kesetaraan gender?! Dengan tak segan menyiksa, memukul seorang perempuan yang sedari awal sama sekali tidak mengusik kalian dengan embel-embel kesetaraan gender?! Tubuhmu saja besar tapi otakmu kosong!"

"Tarik kata-katamu!" giginya bergemelatuk dengan wajah memerah, Veronica berhasil memancing emosinya, "Kau sepertinya benar-benar ingin mati pria kecil."

"Apa? Aku benar bukan? Kalian memang tidak berotak bahkan hewan lebih tinggi derajatnya daripada kalian! Para mahluk tidak normal, tidakkah kalian menghormati seorang perempuan seperti kalian menghormati Ibu kalian sendiri yang juga perempuan? Para pria brengsek?! Huh?!" sembur Veronica didepan wajah pria itu, perempuan dibelakangnya sudah pucat takut melihat mereka yang mulai terpatik amarah.

"Tuan memang melarang kita untuk tidak menghajar seorang bottom, tapi mereka tidak melarang kita untuk menghajar mulut sialan orang yang berani menghentikan kegembiraan mereka," desis salah satunya membuat Veronica tertegun.

Ia melirik kebelakang dimana para Tuannya, tengah duduk di kursi mereka seolah menikmati pemandangan didepan, jadi, semua ini karena mereka.

Bugh! Suara pukulan kuat disebelah wajahnya membuat Veronica tertoleh ke samping bahkan membuat perempuan dibelakangnya menutup mulut syok, semua orang bersorak kecuali tatapan Demon dan Ace yang kian terbelalak, Demon menggetatkan rahangnya, ia menggaruk pegangan kursi dari kayu itu dengan kuku jarinya hingga berbekas.

Back To Normal (Ending) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang