17

94 6 2
                                    

Tae Do keluar dari kamar dengan amarah yang membara di dalam dadanya. Dengan langkah cepat, dia berteriak memanggil Woong, pengawalnya yang paling setia. "Woong! Di mana kau?!" suaranya bergema di sepanjang koridor, membuat para pelayan dan penjaga berhenti sejenak. Seluruh pelayan yang mendengar teriakan Tae Do merasa ketakutan.

Woong segera datang, wajahnya serius melihat kemarahan majikannya. "Ada apa, Tuan?" tanyanya dengan nada khawatir.

Tae Do menatap Woong dengan mata yang penuh amarah. "Bawa Yoobin ke hadapanku sekarang juga!"

Woong mengangguk dengan tegas dan segera pergi untuk melaksanakan perintah tersebut. Tak lama kemudian, Yoobin telah dipaksa berjalan oleh pengawal-pengawal yang dikirim Woong. Namun, Yoobin tidak tinggal diam. Dengan wajah penuh kebencian dan martabat yang terluka, dia berontak keras, berteriak, "Lepaskan aku! Kalian ini siapa berani menyentuhku?! Aku tidak sudi disentuh oleh tangan rendahan kalian!"

Dari kejauhan, Sokhwie berdiri dengan mata berkaca-kaca, menyaksikan pemandangan yang menghancurkan hatinya. Sokhwie melihat ibunya yang dulu ia cintai dan hormati, kini terjebak dalam situasi yang penuh kebencian dan permusuhan. Situasi ini membuatnya merasa seperti tertusuk ribuan duri.

Yoobin terus berusaha melepaskan diri, menjerit dengan penuh amarah. "Lepaskan tanganku! Aku adalah mantan istri penguasa wilayah ini, kalian semua tidak layak menyentuhku!"

Tae Do menatap Yoobin dengan tatapan dingin, wajahnya tidak menunjukkan belas kasihan sedikit pun. "Tampar dia," perintahnya singkat kepada salah satu pengawal.

Tanpa ragu, pengawal itu menampar wajah Yoobin dengan keras. Suara tamparan itu terdengar jelas, membuat semua orang yang menyaksikan terdiam. Yoobin terjerembab ke lantai, matanya menyala-nyala dengan kemarahan yang mendalam, namun rasa malu terlihat jelas di wajahnya.

Tae Do tidak memberikan waktu bagi Yoobin untuk pulih dari tamparan itu. Dia mendekat, suaranya rendah namun penuh dengan kemarahan yang terkendali. "Apa benar Sokhwie belum pernah kusentuh?," Tae Do menatap Yoobin dengan tajam ketika melontarkan pertanyaan tersebut.

Yoobin, yang wajahnya masih merah karena tamparan itu, tertawa jahat. Yoobin menatap Tae Do tajam kemudian meludah ke arah Tae Do. "Kamu sungguh menggelikan, Tae Do. Kamu hanyalah keturunan rendahan yang beruntung bisa memiliki pasukan dan kehebatan dalam taktik perang," katanya dengan nada mengejek. "Kamu tidak pernah layak menyentuh putriku."

Tae Do mendekatkan wajahnya ke arah Yoobin, dengan suara yang lebih rendah namun penuh ancaman. "Berani-beraninya kamu merendahkanku di hadapan semua orang. Kamu tidak punya hak atas Sokhwie lagi."

Yoobin menatap Tae Do dengan penuh kebencian, tidak menunjukkan tanda-tanda menyerah. "Aku tidak sudi anakku direnggut keperawanannya olehmu. Hanya Yu Gwi yang berhak memilikinya. Kamu tidak akan pernah bisa menggantikan tempatnya."

Mendengar ucapan ibunya, Sokhwie merasa seperti dunia runtuh di hadapannya. Tubuhnya gemetar, ia segera berlutut dan merangkak mendekati Tae Do, air mata membasahi pipinya yang pucat. "Tuan, mohon ampuni ibuku," katanya dengan suara yang penuh kepedihan dan harapan.

Tae Do hanya tersenyum sinis, menatap Sokhwie dengan tatapan dingin. "Yoobin akan dipenggal atas penghinaan yang ia lakukan terhadapku. Tapi, jika dia mau sujud di kakiku, ia akan diberi keringanan untuk tetap di istana ini."

Yoobin menatap Tae Do dengan mata yang penuh kebencian dan martabat yang tersisa. "Aku tidak akan pernah sujud di hadapanmu!" teriaknya, suaranya bergetar karena amarah.

Namun, Sokhwie segera meraih tangan ibunya, memohon dengan air mata yang terus mengalir. "Ibu, tolong. Lakukan ini untuk kita. Jangan biarkan kebencian menghancurkan kita."

Yoobin melihat air mata di wajah putrinya, dan hatinya yang keras perlahan mulai melunak. Ia tahu bahwa jika ia terus melawan, nasib mereka akan lebih buruk. Akhirnya, dengan penuh keengganan, Yoobin berlutut di depan Tae Do dan kemudian bersujud di kaki pria itu.

Tae Do menatap Yoobin dengan tatapan penuh kemenangan dan berkata dengan dingin, "Lihatlah, Yoobin. Seorang anak yang dulunya berasal dari kelas rendahan seperti aku bisa menjadi mulia jika memiliki kekuatan dan tekad untuk memperoleh kekuasaan, meskipun itu berarti membunuh banyak orang di medan perang. Sedangkan kamu, yang memiliki awal yang semewah emas, bisa mudah luntur seperti lumpur karena tidak pernah ditempa oleh kerasnya dunia, dan akhirnya kehilangan segala kekuasaanmu."

Yoobin hanya bisa menahan tangisnya, wajahnya tertunduk dalam penghinaan yang tak terbayangkan. Sokhwie, yang berdiri di samping ibunya, merasakan hatinya remuk melihat ibunya terhina sedemikian rupa. Ia tahu bahwa cinta dan perlindungan Tae Do adalah satu-satunya yang mereka miliki di tengah-tengah kegelapan ini, namun harganya terlalu mahal, dan luka yang ditinggalkannya terlalu dalam.

Tae Do berbalik dan meninggalkan ruangan dengan perasaan puas, sementara Yoobin dan Sokhwie tertinggal dalam keputusasaan dan kepahitan yang mendalam. Di kejauhan, matahari pagi mulai naik, namun sinarnya terasa dingin dan tidak membawa harapan bagi dua wanita yang kini terpuruk dalam nasib yang tak bisa mereka hindari.

———

With Love, Kmannisha
9 Agustus 2024

NacL: The Lady and Her SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang