Sokhwie berjalan tertatih menuruni bukit melalui medan yang berbeda dari medan yang mereka tempuh ketika menaiki bukit ini. Medan yang mereka lewati untuk menuruni bukit ini lebih landai dari pada medan sebelumnya. Namun, kondisi kaki sokhwie yang sepertinya terkilir membuat perjalanan turun lebih menyakitkan.
Napasnya terengah-engah dan keringat mulai membasahi dahinya. Setiap langkahnya terasa berat, seolah-olah ada beban tak terlihat yang menahan kakinya untuk melangkah lebih jauh.
Tae Do melihatnya dari kejauhan. Ia mempercepat langkahnya dan segera mendekati Sokhwie yang terlihat kesulitan. Dengan nada prihatin, Tae Do berkata, "Biarkan aku membantumu"
Sokhwie menoleh dengan tatapan marah dan menyentakkan tangan Tae Do yang terulur, "Saya masih sanggup untuk berjalan sendiri." Amarah jelas terukir jelas di wajahnya.
Tae Do menghela napas panjang, memahami bahwa Sokhwie masih marah padanya. Namun, ia tidak berniat menyerah begitu saja. "Aku tahu kau marah padaku, tapi sekarang bukan saatnya untuk keras kepala"
Sokhwie mengabaikan Tae Do dan mencoba melangkah lagi, tapi rasa sakit di kakinya membuatnya hampir terjatuh. Melihat hal itu, Tae Do tanpa ragu mendekat dan mengangkat Sokhwie dalam gendongan bridal style.
"Turunkan aku, Tuan!" Sokhwie berteriak marah, mencoba memberontak.
Namun, Tae Do tetap melangkah dengan tegas menuruni bukit. "Dengar, Sokhwie. Kau bisa marah padaku sepuasnya nanti. Sekarang, biarkan aku membantumu. Terkadang, menerima bantuan bukan berarti kamu lemah."
Sokhwie terdiam, meskipun kemarahannya belum sepenuhnya reda. Ia tahu bahwa Tae Do benar, meski enggan mengakuinya. Perlahan, ia berhenti meronta dan membiarkan Tae Do membawanya menuruni bukit dengan aman.
Setelah berhasil menuruni bukit, mereka tiba di tempat di mana seekor kuda sedang diikat pada pohon. Tae Do menurunkan Sokhwie dengan hati-hati, kemudian berkata, "Sekarang, kita harus cepat. Kita akan naik kuda ini untuk melanjutkan perjalanan sebelum malam tiba." Sokhwie yang masih merasa lemah hanya bisa mengangguk.
Tae Do dengan cekatan menaiki kuda tersebut, lalu mengulurkan tangan untuk membantu Sokhwie naik. Sokhwie menatap tangan Tae Do sejenak, kemudian menghela napas panjang dan dengan enggan menerima bantuan itu.
Dengan satu tarikan lembut, Tae Do menarik Sokhwie ke atas kuda, menempatkannya di depan. Sokhwie merasa aneh dan canggung, duduk begitu dekat dengan Tae Do meskipun untuk kedua kalinya.
"Kita siap berangkat?" tanya Tae Do untuk memastikan Sokhwie nyaman.
Sokhwie hanya mengangguk pelan, masih dengan sedikit sisa kemarahan di hatinya. Tae Do tersenyum, lalu mulai menggerakkan kuda dengan tenang, mereka berdua melanjutkan perjalanan menyusuri bukit dengan perlahan dan diikuti oleh prajurit Tae Do lainnya.
Di tengah perjalanan, Sokhwie merasakan perasaan campur aduk. Ia heran kenapa Tae Do begitu baik padanya akhir-akhir ini. Pikirannya berputar, mengingat bagaimana Tae Do sangat memperhatikannya. Sokhwie akhirnya tak bisa menahan pertanyaannya lagi.
"Tuan?," panggilnya pelan.
"Ya," jawab Tae Do, tanpa menghentikan laju kudanya.
"Kenapa anda begitu baik pada saya?. Saya ini hanya tahanan perang. Sejak awal, anda bisa saja memaksa saya untuk melayani anda tanpa memerdulikan perasaan saya." tanya Sokhwie, suaranya bergetar sedikit.
Tae Do terdiam sejenak, memikirkan jawaban yang tepat. Ia kemudian berkata dengan suara lembut, "Ketika aku pertama kali melihatmu, aku merasa takjub dengan keberanianmu. Biasanya para wanita akan menempeliku seperti lalat. Mereka mendekatiku karena melihat kekusaanku dan tentunya tampangku yang sangat tampan ini. Namun, dirimu berbeda dari perempuan-perempuan itu."
"Bukannya aku sudah mengatakannya kepadamu?," Tae Do bertanya kepada Sokhwie yang terus menyembunyikan wajahnya.
"Karena sekarang kau adalah wanitaku, berarti kau berada dibawah pengawasan dan perlindunganku. Jangan harap dapat menyebut nama pria lain" Sokhwie tertegun mendengar jawaban Tae Do. Perasaannya semakin campur aduk. Ia menunduk, berusaha menyembunyikan kebingungannya. Di dalam hatinya, ia mulai merasakan sesuatu yang berbeda terhadap Tae Do, sesuatu yang ia sendiri belum sepenuhnya pahami.
Tae Do sadar jika Sokhwie mulai bimbang dengan perasaanya sendiri. Sebenarnya Tae Do juga tidak begitu mengerti kenapa dirinya sangat mementingkan wanita ini. Awalnya ia hanya merasakan ketertarikan sesaat. Namun untuk saat ini, apakah kertertarikan sesaat itu berubah menjadi lebih dari pada yang dapat ia banyangkan.
"Istirahatlah" Tae Do memandu Sokhwie untuk bersandar pada tubuhnya dan membiarkan Sokhwie beristirahat. Mereka melanjutkan perjalanan dalam keheningan, tetapi kali ini dengan perasaan yang lebih hangat dan penuh harapan. Di antara hijaunya bukit, dua hati yang awalnya penuh kemarahan dan kebencian perlahan mulai menemukan jalan menuju pengertian dan mungkin, sesuatu yang lebih dalam.
_____________
Tae Do telah berjanji untuk mendatangkan seorang ahli tumbuhan untuk memastikan keberhasilan proyek tersebut. Sementara Tae Do sibuk dengan pelatihan pasukannya, Sokhwie sibuk membantu para pelayan melakukan tugasnya.
Tae Do telah bersiap menyambut kedatangan tamu pentingnya Min Hyun dan putrinya yang bernama Min Joo telah sampai di Shilla. Sokhwie merasa campur aduk. Ia melihat kedatangan mereka dengan perasaan gelisah. Min Hyun, pria paruh baya yang tenang, dan Min Joo, yang tampak cerdas namun menarik perhatian dengan penampilan yang sangat menarik bagi kaum laki-laki tentunya.
Tae Do dengan hangat menyambut mereka dan memeluk Min Hyun dengan penuh keakraban, Sokhwie semakin mengerutkan keningnya. Ia melihat Tae Do juga menerima Min Joo dengan senyum hangat, yang membuatnya semakin waspada.
"Siapa mereka?" pikir Sokhwie dalam hati. Ia tidak mengerti mengapa Tae Do begitu akrab dengan orang-orang ini, dan mengapa mereka tiba-tiba muncul di tengah-tengah proyek mereka.
Tae Do, yang sadar akan ketidaknyamanan Sokhwie mencoba menjelaskan dengan lembut. "Sokhwie, ini Min Hyun, guruku ketika remaja dan juga sangat berbakat dalam ilmu tumbuhan. Sedangkan ini Min Joo, putrinya, yang juga seorang ahli tumbuhan seperti ayahnya. Mereka datang untuk membantu kita dalam proyek penghijauan ini."
Sokhwie masih merasa curiga, namun dia mencoba menahan diri untuk tidak menunjukkan ketidakpercayaannya yang terlalu jelas. Dia mengangguk singkat, tetapi matanya tetap waspada saat mereka berjalan menuju aula perjamuan untuk makan malam yang disiapkan Tae Do.
Malam itu, suasana di aula perjamuan terasa tegang bagi Sokhwie. Meskipun ia mencoba bersikap sopan, rasa curiga dan kekhawatirannya masih menyelimuti pikirannya. Dia bertanya-tanya apa motif sebenarnya di balik kedatangan tiba-tiba Min Hyun dan Min Joo ini, dan apakah ada sesuatu yang mereka sembunyikan.
With Love, Kmannisha
14 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
NacL: The Lady and Her Secret
Historical Fiction#23 (090617) in Historical Fiction #28 (100617) in Historical Fiction Kisah cinta antara Putri Hwang Sokhwie dan Ketua pasukan Namul, Kim Tae Do. Siapakah yang jatuh lebih dahulu dalam hasrat memiliki seutuhnya!!. Bagaimana kisah cinta antara TaeHwi...