Setelah insiden di pasar, hubungan antara Tae Do dan Sokhwie semakin dekat. Kepercayaan di antara mereka tumbuh, dan Tae Do mulai melihat potensi besar yang dimiliki Sokhwie. Suatu hari, Tae Do memanggil Sokhwie untuk membahas sebuah rapat penting.
Tae Do menatap Sokhwie dengan serius di ruang pribadinya. "Sokhwie, besok ada rapat penting dengan para petinggi kerajaan. Kami akan membahas proyek penghijauan untuk gurun gersang di Shilla. Aku ingin kau hadir sebagai representasi masyarakat Shilla."
Sokhwie terkejut. "Tuan, apakah itu benar-benar perlu? Aku hanya seorang perempuan yang tidak memiliki pengetahuan mendalam tentang proyek seperti itu."
Tae Do tersenyum kecil, melihat keraguan di wajah Sokhwie. "Kau lebih dari sekadar perempuan biasa, Sokhwie. Kau mengenal tanah Shilla lebih baik daripada siapa pun di sini. Kehadiranmu sangat penting."
Esok harinya, ruang rapat dipenuhi dengan petinggi kerajaan yang sudah duduk rapi. Ketika Sokhwie masuk, beberapa wajah tampak meremehkan. Bisikan-bisikan terdengar jelas, beberapa dari mereka meragukan kehadirannya.
"Apa tujuan membawa wanita ke rapat penting seperti ini?" salah satu petinggi berbisik.
"Apa yang dia tahu tentang proyek ini?, Ini bukan tempatnya" ujar yang lain dengan nada meremehkan.
Namun, Tae Do berdiri dengan tegas. "Sokhwie akan menjadi perwakilan masyarakat Shilla dalam rapat ini. Aku percaya padanya, dan aku berharap kalian juga melakukannya."
Para petinggi terdiam, meski masih ada yang menunjukkan ketidaksetujuan di wajah mereka. Rapat dimulai, dan mereka mulai membahas proyek penghijauan. Ketika tiba saatnya Sokhwie untuk berbicara, ia maju dengan anggun, menatap semua orang dengan percaya diri.
"Maafkan saya jika gagasan saya terdengar sederhana," Sokhwie memulai. "Namun, saya percaya bahwa untuk mengatasi gurun gersang di Shilla, kita perlu memulai dengan menanam tanaman yang mampu bertahan di iklim kering. Setelah itu, kita bisa memperkenalkan jenis-jenis pohon yang lebih besar dan membutuhkan lebih banyak air."
Sokhwie melanjutkan dengan memberikan ide-ide rinci tentang cara memanen air hujan dan mengalirkannya ke area yang memerlukan, serta cara-cara menghindari erosi tanah. Semakin lama ia berbicara, semakin kagum para petinggi mendengarkannya.
Tae Do duduk di ujung meja, matanya tidak lepas dari Sokhwie. Dia begitu terkesan dengan kecerdasan dan wawasan yang ditunjukkan oleh Sokhwie. "Ide-ide yang sangat brilian, Sokhwie," kata Tae Do dengan bangga. "Ini adalah awal yang baik untuk masa depan Shilla."
Setelah rapat berakhir, para petinggi yang tadinya meremehkan Sokhwie kini menatapnya dengan penghargaan baru. Beberapa dari mereka bahkan mendekati Sokhwie untuk memberikan pujian.
"Kau telah membuka mata kami, Nona Sokhwie," kata salah satu petinggi dengan hormat. "Ide-ide ini bisa membawa perubahan besar."
Sokhwie tersenyum, merasa diterima dan dihargai. Dia kemudian berbalik ke arah Tae Do yang sudah berdiri di dekat pintu keluar. "Terima kasih telah mempercayaiku, Tuan."
Tae Do mengangguk. "Mulai sekarang, kau akan memiliki akses untuk ikut serta dalam proyek ini. Pendapat dan idemu sangat berarti bagi kami."
-_-_-_-_-
Beberapa hari kemudian, Tae Do memanggil Sokhwie ke ruangannya. Mereka berbincang lebih santai dari biasanya. Tae Do mulai tertarik untuk mengenal Sokhwie lebih dalam.
"Sokhwie, apa hobi yang kau sukai? Selain ikut serta dalam proyek, apa yang kau lakukan di waktu luang?" tanya Tae Do dengan penasaran.
Sokhwie tampak sedikit malu. "Sebenarnya, aku suka membaca buku. Tapi karena aku seorang perempuan, ayahku tidak pernah memberiku akses ke perpustakaan istana."
KAMU SEDANG MEMBACA
NacL: The Lady and Her Secret
Historical Fiction#23 (090617) in Historical Fiction #28 (100617) in Historical Fiction Kisah cinta antara Putri Hwang Sokhwie dan Ketua pasukan Namul, Kim Tae Do. Siapakah yang jatuh lebih dahulu dalam hasrat memiliki seutuhnya!!. Bagaimana kisah cinta antara TaeHwi...