5

818 125 18
                                    


@@@@

"Apa maksud perkataan anda, Tuan?" Sokhwie terlihat gugup. Dapat dilihat dari wajahnya ia sangat gugup. Sebelumnya ia tak pernah berada sedekat ini dengan seorang pria.

"Apakah kau tidak bisa mengerti bahasa tubuh yang sedang aku coba beritahukan padamu?" Tae Do makin merapatkan tubuhnya ke arah Sokhwie.

"Saya sungguh tidak mengerti apa maksud anda yang sebenarnya" Sokhwie menahan tubuh Tae Do yang hampir menempel padanya apabila Sokhwie tidak menanahannya.

"Aku menginginkanmu" Ucapan Tae Do sedikit membuat kulit Sokhwie meremang mendengarnya. Melihat pancaran gairah nafsu di mata Tae Do membuat Sokhwie marah. Persetan dengan semua rencana itu. Ia tak ingin kenangan buruk itu terulang lagi untuk kedua kalinya bersama pria yang berbeda.

"Hentikan, Tuan. Ini semua tidaklah benar" Sokhwie meronta di dalam kukungan tubuh Tae Do.

"Maaf, aku tidak menerima penolakan apapun" Tae Do menjatuhkan tubuh Sokhwie ke ranjang dan menindihnya. Sokhwie menggeliat di bawah tubuh Tae Do. Ia berusaha melepaskan pangutannya dengan Tae Do.

"Eumm..akh..eeuum..lee..pas..kkan" Sokhwie terus meronta tapi tak pernah digubris oleh Tae Do seakan pendengaran pria itu tak berfungsi lagi.

"Tuan, apakah anda telah siap?" Seseorang dari luar sana memanggil Tae Do. Berkat orang tersebut Sokhwie selamat untuk malam ini. Entahlah untuk malam berikutnya. Dengan cepat Sokhwie berdiri dan sedikit menghindar dari Tae Do. Sebelum pergi Sokhwie menunduk hormat kepada Tae Do lalu pergi dengan tergesa-gesa.

Di luar ruangan ternyata orang yang memanggil Tae Do adalah Woong. Ia sempat berpapasan dengan Sokhwie yang baru ke luar dari ruangan Tae Do. Ia menyipitkan matanya menyelidik apalagi setelah mendengar geraman kemurkaan Tae Do. Di dalam ruangan Tae Do melemparkan secangkir gelas ke lantai. Untuk menetralkan emosinya ia meminum arak langsung dari botolnya dan menghabiskannya dalam satu tegukan.

"Ada masalah apa, Tuan?" Tanya Woong dengan hati-hati. Suasana hati Tae Do sedang tidak baik sekarang.

"Bukan urusanmu" Tae Do berlalu meninggalkan Woong sendiri. Terpaksa Woong mengekori Tae Do dengan pelan karena pria itu berjalan sangat pelan.

Terlihat dari kejahun Sokhwie bersama seorang pria sedang berbicara dan terlihat sangat nyaman satu sama lain. Tae Do mendengus melihatnya. Tae Do memalingkan kepalanya enggan untuk terus melihat. Lama-lama mata Tae Do bisa sakit melihat pemandangan horor itu.

"Apakah ritualnya telah bisa dimulai, Tuan?" Tae Do mengangguk mengiyakan.

Setelah ritual yang membosankan bagi Tae Do yang tidak terlalu mengenal tradisi kerajaan ini. Jangankan kerajaan Shilla. Bahkan tradisi dari kerajaan Goryeo sendiri ia tidak tahu. Sesekali Tae Do menguap pertanda ia sangat bosan. Dengan mati-matian ia berusaha agar matanya tidak tertutup.

"Semoga roh mereka dapat tenang dan diterima di sisi-Nya" Kata-kata terakhir Guru Zhuang menutup rentetan ritual ini. Tae Do sedikit merenggangkan tangannya. Badanya terasa sakit hanya duduk selama 3 jam. Padahal jika disuruh berlatih pedang selama 24 jam, Ia tidak akan mengantuk atau pun lelah.

Tae Do berjalan pergi ke ruagannya diikuti oleh Woong. Tae Do terlihat tidak bersemangat sekarang ini. Jiwanya seakan pergi walau raganya berada disini. Guru Zhuang menghampiri Tae Do dengan wajah yang sulit ditebak.

NacL: The Lady and Her SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang