Di pagi yang cerah, Sokhwie dan Tae Do bersiap untuk melakukan perjalanan ke hutan tandus yang akan menjadi tujuan dari rencana penghijauan ini. Awalnya mereka ingin berjalan menuju ke hutan itu namun mengingat jarak tempuh yang lumayan jauh akhirnya Tae Do memutuskan untuk menggunakan kuda.
Sokhwie nampak kebingungan ketika menyadari mereka harus menggunakan kuda untuk menuju kesana. Di sisi lain, Tae Do mengingat bahwa Sokhwie yang belum mahir menunggangi kuda. Sebuah ide muncul di pikiran Tae Do ketika melihat ekspresi kebingungan di wajah Sokhwie. "Apakah kau bisa menunggangi kuda?," Tae Do bertanya kepada Sokhwie.
"Saya belum pernah menunggangi sebuah kuda"
"Tidak masalah, kau bisa menunggangi kuda bersamaku" Sokhwie melihat Tae Do dengan perasaan ragu. Namun dari pada harus menanggung resiko, Sokhwie akhirnya setuju untuk menunggangi kuda bersama Tae Do.
Saat mereka mendekati kuda, Sokhwie merasa canggung dan sedikit ragu.
"Tuan, saya tidak pernah mencoba menaiki kuda sebelumnya," kata Sokhwie dengan suara yang sedikit gemetar.
"Tidak apa-apa, Sokhwie. Aku akan membantumu. Kita bisa melakukannya bersama," jawab Tae Do dengan lembut, mencoba menenangkan kekhawatiran Sokhwie.
Sokhwie menghela napas dalam-dalam, merasa agak canggung tapi berusaha untuk tetap tenang. " apakah ini benar-benar akan aman?. Maksud saya, kita berdua di satu kuda?,"
Tae Do tersenyum, berusaha membuat Sokhwie merasa lebih nyaman. "Jangan khawatir, Sokhwie. Aku sudah terbiasa menunggangi kuda. Jangan lupakan bahwa aku adalah ketua dari pasukan prajurit yang hebat"
Dengan senyum tipis, Tae Do memanfaatkan setiap kesempatan untuk mendekatkan diri. Ia membantu Sokhwie naik ke kuda dengan penuh perhatian, memegang tangannya lebih lama dari yang diperlukan. Sokhwie merasa sedikit gugup, tetapi tak bisa menahan senyum melihat kepedulian Tae Do.
Sokhwie mengangguk pelan, masih merasa canggung tapi berusaha untuk tetap tenang.
"Pegangan yang erat padaku, Sokhwie" kata Tae Do dengan suara yang menenangkan.
Sokhwie menggenggam tangan Tae Do dengan hati-hati, "Baiklah, saya akan mencoba. Terima kasih, Tuan."
"Tidak masalah, Sokhwie. Aku senang bisa membantu," jawab Tae Do sambil tersenyum.
Mereka berdua menikmati perjalanan menuju hutan, melewati pepohonan hijau dan udara segar. Tae Do duduk di belakang Sokhwie, memastikan dirinya cukup dekat untuk menjaga keseimbangan tubuh mereka berdua. Sesekali, Tae Do merapatkan lengannya di sekitar pinggang Sokhwie untuk memastikan ia tidak jatuh. Sokhwie bisa merasakan kehangatan tubuh Tae Do di belakangnya, dan jantungnya berdebar lebih cepat.
"Apakah kau merasa nyaman?," tanya Tae Do dengan suara lembut di telinga Sokhwie.
"Ya, saya baik-baik saja," jawab Sokhwie sambil mencoba menenangkan detak jantungnya.
Perjalanan mereka terus berlanjut, dan mereka mulai melewati hamparan bunga liar yang indah. Tae Do melihat kesempatan untuk membuat momen lebih romantis.
"Lihat, Sokhwie. Bunga-bunga itu indah sekali, bukan?" kata Tae Do sambil menunjuk ke arah bunga-bunga liar yang berwarna-warni.
"Ya, sangat indah," jawab Sokhwie, tersenyum melihat pemandangan itu.
Tae Do kemudian mengambil sehelai bunga dan menyelipkannya di belakang telinga Sokhwie. Sokhwie terkejut, tetapi merasa tersentuh oleh perhatian kecil itu.
"Terima kasih, Tuan." kata Sokhwie dengan malu-malu.
Mereka melanjutkan perjalanan dengan lebih dekat satu sama lain, menikmati momen-momen kecil yang semakin mendekatkan mereka. Saat sampai di tempat tujuan mereka, suasana berubah. Tanah yang kering dan tandus membuyarkan pandangan Sokhwie dar keindahan pemandangan yang telah ia lewati sebelumnya. Mereka mulai berkeliling, menilai area yang paling membutuhkan perhatian.
Sokhwie mengelilingi daerah yang gersang itu bersama Tae Do. Pria itu memerintahkan para bawahaannya untuk memencar sehingga hanya tersisa mereka berdua.
"Sangat gersang di sini," kata Sokhwie dengan sedikit kekhawatiran dalam suaranya.
"Mari kita menuju ke sana" Tae Do menunjuk ke atas bukit di sekitar daerah yang gersang itu.
Saat Sokhwie mencoba menaiki bukit di sekitar tempat gersang itu, ia tergelincir. Tae Do dengan sigap berlari dan menangkapnya sebelum jatuh lebih jauh. Mereka berdua terdiam sejenak, mata mereka bertemu dan waktu terasa berhenti.
"Apakah kamu baik-baik saja?" tanya Tae Do dengan cemas. Sokhwie yang masih kaget hanya bisa terdiam. Untung saja Tae Do telah berhasil mencapai puncak dari bukit itu. Dengan sekuat tenaga
Dengan penuh perhatian, Tae Do menggendong Sokhwie dan membawanya ke bebatuan yang cukup tinggi. Ia menurunkannya dengan hati-hati dan mulai memeriksa kaki Sokhwie yang terluka.
"Kakimu terluka" kata Tae Do dengan lembut.
"Tidak, saya baik-baik saja." kata Sokhwie sambil menarik kakinya.
Tae Do berjalan menjauh berusaha memberikan ruang bagi Sokhwie untuk menyendiri. Sokhwie duduk di bebatuan sambil memandangi area gersang di sekitarnya. Ia melamun tentang bagaimana caranya membuat tempat ini kembali hijau. Ia membayangkan pepohonan yang tumbuh subur dan rerumputan yang hijau.
Sokhwie merindukan kebahagiaan yang ia rasakan sebelum kehadiran Tae Do di hidupnya. Apakah kehidupannya akan lebih baik jika saja Tae Do tidak membunuh ayahnya. Pemikiran buruk terus berdatangan di pemikiran Sokhwie. Perasaan marah sedikit menjalar di hatinya.
Tidak terasa air mata mulai menetes dari mata Sokhwie. Dari kejauhan, Sokhwie dapat melihat Tae Do kembali menghampirinya. Tae Do datang dengan membawa sekuntum benih bunga dandelion atau Taraxacum. Ia mendekat dengan hati-hati, menawarkan benih bunga tersebut kepada Sokhwie.
"Sokhwie, mungkin ini bisa membantu kita memulai penghijaun untuk hutan ini," kata Tae Do dengan harap-harap cemas.
Sokhwie menatap benih bunga di tangan Tae Do, lalu kembali memandang mata Tae Do. Sokwie meraih benih bunga dandelion dari tangan Sokhwie.
Sokhwie berjalan menuju pinggir tebing bukit, iamembelakangi Tae Do. Sokhwiie melempar benih tersebut, bersamaan denganhembusan angin. Benih-benih tersebut memencar mengikuti tiupan angin. " Saya harap anda berhenti bersikap terlalu baik kepada saya. Jangan memberikan sayaharapan yang tidak bisa anda penuhi"
—————
Semoga kalian masih suka dengan cerita ini❤️
With Love, Kmannisha
11 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
NacL: The Lady and Her Secret
Historical Fiction#23 (090617) in Historical Fiction #28 (100617) in Historical Fiction Kisah cinta antara Putri Hwang Sokhwie dan Ketua pasukan Namul, Kim Tae Do. Siapakah yang jatuh lebih dahulu dalam hasrat memiliki seutuhnya!!. Bagaimana kisah cinta antara TaeHwi...