"Bebaskan Yu Gwi" Woong terkejut mendengar perintah Tae Do. Ini pertama kalinya Tae Do melepaskan musuhnya begitu saja.
Wajah kaget Woong tertangkap oleh penglihatan Tae Do, "Letakan pria itu di tempat gudang penyimpanan kuda dan pastikan ia selalu berada disana dan mengerjakan tugas selayaknya penjaga kuda"
"Baik, Tuan" Woong hendak pergi namun terhenti ketika Tae Do melanjutkan perintahnya.
"Persiapkan acara perjamuan makanan yang mewah" Tae Do terlihat memikirkan sesuatu yang ia lupakan. Tae Do mengelus dagunya dengan kening yang mengernyit.
Tentu saja sebuah perjamuan mewah tidak akan lengkap tanpa penampilan yang menyegarkan mata. Apalagi kalau bukan tarian yang akan dipersembahkan oleh wanita-wanita cantik yang akan menghilangkan sakit kepala Tae Do. "Siapkan juga beberapa wanita untuk menari dan pastikan wanita itu memiliki wajah yang cantik dan badan yang indah"
Belum sempat Woong mengiyakan perintah, Tae Do kembali memberikannya sebuah perintah. "Pastikan wanita-wanita tersebut berasal dari wilayah ini serta memiliki paras wajah seperti Sokhwie"
"Baik, Tuan" ketika Woong telah pergi dari hadapannya Tae Do tersenyum dengan berbagai pemikiran jahatnya. Baiklah, pria ini terlihat ingin membuat seseorang merasa cemburu. Namun, apakah tindakan ini bisa membuat wanita itu merasa cemburu atau justru merasakan amarah dan kebencian.
~'~'~'~'
"Perjamuan ini diadakan sebagai bentuk apresiasi bagi kita yang telah berhasil menaklukan wilayah ini. Satu langkah lagi bagi kerajaan kita untuk mencapai puncak kejayaan dan mendominasi seantero negeri ini" begitulah kata sambutan yang disampaikan oleh Tae Do pada acara perjamuan yang telah disiapkan oleh Woong.
Terlihat prajurit dari pasukan Namul milik Sokhwie telah menyantap makanan yang disiapkan. Tidak hanya itu, perempuan-perempuan penghibur sudah berada tepat disamping mereka. Musik dan tarian serta tawa kebahagiaan terdengar dari riuhnya pesta tersebut.
Bahkan Tae Do tanpa sungkan merangkul wanita disampingnya. Tidak lupa ia mencium perempuan-perempuan tersebut. Tae Do dengan perasaan yang bahagia terus menegak minuman yang berkadar tinggi alkohol tersebut. "Apakah tuan masih sanggup minum?," tanya salah satu perempuan disamping Tae Do.
"Bahkan untuk memuaskan kalian di ranjang saja aku masih sanggup" Tae Do mengelus salah satu pipi perempuan tersebut. "Lalu apakah anda ingin mencobanya sekarang" seorang perempuan bersuara dengan centilnya. Perempuan lainnya terkekeh dengan gaya yang sama centilnya.
"Kalian sungguh perempuan yang nakal", Tae Do mencium leher perempuan yang bertanya kepadanya dan dan mulai membuka sedikit pakaian perempuan itu.
Tae Do bisa melihat jika Sokhwie melihatnya dari kejauhan. Ketika menyadari hal tersebut, Tae Do semakin mengernyangi perempuan yang ada di sampingnya. Sokhwie masih berada pada posisinya dan hanya terdiam.
Setelah beberapa saat, Sokhwie sudah tidak terlihat pada posisinya. Tae Do kembali merasa tidak senang. Ia merasa kesal, dan berhenti bermain dengan perempuan disampingnya. Tae Do mengarahkan tangannya untuk memanggil Woong.
"Bawa Sokhwie kemari" Woong langsung melakukan perintah Tae Do. Sokhwie dibawa paksa oleh Woong dan kini telah berada tepat di hadapan Tae Do.
"Duduklah disampingku" Perintah Tae Do. Sokhwie tetap diam pada posisinya.
Woong kembali menarik Sokhwie. Meskipun terus memberontak, Sokhwie tetap tidak bisa melawan tenaga dari Woong. Sokhwie pada akhirnya duduk di samping Tae Do dengan penuh paksaan.
"Tuangkan aku minuman" Tae Do mengarahkan gelas kepada Sokhwie.
"Aku bukan pelayanmu" Sokhwie mengatakannya sambil membuang mukanya dari hadapan Tae Do.
Tae Do tertawa mendengar ucapan Sokhwie, "Apakah aku harus memanggilmu dengan sebutan Tuan Putri Hwang Sokhwie?,"
"Persetan dengan tuan putri. Perempuan itu hanyalah salah satu dari tawanan hasil penaklukan. Berani sekali masih menganggap dirinya sangat mulia" Salah satu dari prajurit Tae Do mengatakan hal yang sangat menghina Sokhwie.
"Benar, bahkan ia bisa disamakan dengan wanita penari yang bertugas untuk menghibur kita sekarang ini" Prajurit lainnya juga ikut memanaskan suasana. Sokhwie merasa sangat terhina. Tubuhnya bergetar menahan amarah.
"Apakah kau tidak ingin melakukan sebuah tarian bersama teman-temanmu disana?," Tae Do menunjuk para wanita penari dihadapannya. Sokhwie masih diam pada tempatnya.
Dengan kode dari tutur wajah Tae Do, Woong menggeret tubuh Sokhwie mendekat pada para wanita yang masih menari di hadapan Sokhwie.
"Menarilah", Tae Do memerintah Sokhwie sambil menikmati minuman yang dituangkan oleh wanita penghibur disampingnya. Bahkan wanita-wanita tersebut sudah bersender dan menggandeng lengan Tae Do.
Sokhwie yang masih diam pada posisinya semakin membuat Tae Do murka. "Permalukan perempuan ini" para wanita penari kemudian bergerumun mencoba membuka pakaian Sokhwie.
"Lepaskan aku" Sokhwie masih berusaha mempertahankan pakaian yang meleat pada tubuhnya. Sokhwie berusaha membawa tubuhnya menjauh dari posisi dia berdiri sebelumnya. Sekarang, Sokhwie sudah berada tepat disamping Woong.
Para wanita penari masih berusaha membuka pakaian Sokhwie. Salah seorang penari berhasil merobek pakaian Sokhwie.
Para wanita lainnya terdiam karena mereka akhirnya berhasil merobek pakaian Sokhwie. Di tengah keheningan tersebut, Sokhwie langsung meraih pisau kecil yang berada di samping tubuh Woong.
"Jangan mendekat", Sokhwie mengarahkan pedangnya ke para wanita penari. Sontak para penari tersebut menjauh dari tubuh Sokhwie. Woong berusaha merebut kembali pisau yang ada di tangan Sokhwie.
"Kau ingin menggunakan pisau itu untuk mengancam diriku?," Tae Do terlihat meremehkan Sokhwie.
"Biarkan aku pergi atau aku akan membunuh diriku dengan pisau ini" Sokhwie tidak hanya melakukan gertakan kecil.
"Lakukanlah jika kau sanggup melakukannya" Tae Do masih berada pada tempat duduknya. Pria itu masih berpikir Sokhwie tidak akan senekat itu untuk mengakhiri hidupnya.
Namun, Sokhwie langsung mengarahkan pisau ke arah lehernya. Pisau tersebut sangat tajam hingga bisa terlihat darah mulai menetes dari leher Sokhwie. Bahkan darah tersebut hanya menyentuh sedikit kulit Sokhwie, dengan satu hentakan bisa menyebabkan luka yang lebih dalam dan bisa berakibat lebih fatal.
Tae Do langsung berdiri menghampiri Sokhwie. "Apakah kau akan mengakhiri hidupmu begitu saja?,"
Sokhwie masih mengarahkan pisau ke lehernya. Darah masih mengalir dari leher Sokhwie dan membuat Tae Do semakin geram. Kenapa perempuan ini selalu berhasil membuatnya merasa sangat marah.
Woong mengarahkan para bawahaanya untuk membawa prajurit dan semua perempuan penghibur pergi dari sana. Sekarang hanya tinggal Sokhwie dan Tae Do yang berada di ruangan tersebut.
"Jadi apa yang kau ingin aku lakukan agar kau mau melepaskan pisau itu" Tae Do berkata sambil mengarahkan tangannya berusaha meraih pisau di tangan Sokhwie.
"Aku hanya ingin mati sekarang"
~~~~-------~~~~
Semoga kalian suka sama bagian sepuluh ini, dan terus tunggu update selanjutnya. Kalau bisa, apakah teman-teman ada saran waktu untuk update cerita ini secara teratur?
With Love, Kmaannisha
8 Juli 2024
KAMU SEDANG MEMBACA
NacL: The Lady and Her Secret
Historical Fiction#23 (090617) in Historical Fiction #28 (100617) in Historical Fiction Kisah cinta antara Putri Hwang Sokhwie dan Ketua pasukan Namul, Kim Tae Do. Siapakah yang jatuh lebih dahulu dalam hasrat memiliki seutuhnya!!. Bagaimana kisah cinta antara TaeHwi...