23

32 4 0
                                    

Setelah insiden di mana Tae Do tak sadarkan diri akibat obat yang diberikan oleh Min Joo, situasi di istana mulai berubah. Tae Do tak menyadari kesalahpahaman yang terjadi di antara dirinya dan Sokhwie. Beberapa hari berlalu, dan Tae Do mulai merasa aneh dengan sikap Sokhwie.

Suasana di istana mulai terasa berbeda. Biasanya, setiap kali Tae Do berada di ruangannya, Sokhwie akan datang tanpa diminta, dengan senyum hangat yang selalu menenangkan hatinya. Mereka akan berbicara tentang banyak hal, minsalnya tentang hari-hari mereka yang sibuk, atau tentang impian kecil Sokhwie, dan bahkan sekadar menikmati keheningan bersama. Namun, Sokhwie seperti menjauh dari Tae Do. Senyumnya masih ada, namun tak seterang dulu, dan sorot matanya seolah menyimpan sesuatu yang tidak bisa dimengerti oleh Tae Do.

Malam itu, Tae Do memutuskan untuk berbicara dengannya. Saat dia melihat Sokhwie sedang menata sesuatu di atas meja yang berada di kamarnya , Tae Do mendekati Sokhwie perlahan. "Sokhwie," panggil Tae Do dengan suara lembut.

Sokhwie berhenti sejenak, tangannya gemetar kecil sebelum akhirnya dia membalas, "Ya, Tuan?" Suaranya terdengar ragu, bahkan terasa lebih formal dari biasanya.

Mendengar panggilan itu, Tae Do merasa ada sesuatu yang tidak beres. Dia mendekat, berdiri hanya beberapa langkah di belakang Sokhwie. "Kau kenapa?, ada sesuatu yang ingin kau ceritakan padaku?"

Sokhwie menunduk, menghindari tatapan Tae Do. "Tidak ada, Tuan. Saya hanya sedikit lelah."

Tae Do mengerutkan kening. Ia tahu Sokhwie sedang berbohong. Sejak kapan Sokhwie memanggilnya dengan "Tuan" lagi. Padahal, sejak mereka semakin dekat, dia sudah memintanya untuk memanggil dengan sebutan "Suamiku". "Jangan panggil aku seperti itu. Kau tahu aku tidak suka." Tae Do menarik napas panjang, nadanya sedikit berubah, mencerminkan kekecewaan. "Aku sudah memintamu untuk memanggilku dengan nama lain."

Sokhwie terdiam. Tangannya yang tadi sibuk merapikan kain di meja, kini gemetar lebih parah. "Saya merasa tidak berharak dan tidak pantas memanggil anda seperti itu," jawabnya pelan.

Tae Do merasa semakin terganggu. "Pantas?. Sokhwie, apa maksudmu?" Tae Do melangkah mendekat, meraih tangan Sokhwie dan memegangnya dengan lembut. "Apa yang terjadi?. Kenapa kau tiba-tiba berubah seperti ini?"

Sokhwie menggigit bibirnya, seolah sedang menahan sesuatu yang ingin dia ungkapkan. Namun, setiap kali dia mencoba bicara, ingatan tentang Min Joo yang keluar dari kamar Tae Do dengan pakaian acak-acakan menghantui pikirannya.

"Aku... hanya merasa ini bukan tempatku lagi, Tuan..." Sokhwie akhirnya bicara, tapi suaranya terdengar dingin dan terasing. Dia menahan air matanya agar tidak jatuh.

Tae Do terdiam. Kata-kata itu menusuk hatinya. Dia memutar tubuh Sokhwie agar menghadap dirinya, memaksanya untuk menatap matanya. "Apa maksudmu bukan tempatmu. Kau tahu kau adalah segalanya bagiku. Kau yang paling penting di sini. Aku yang memutuskan itu, bukan orang lain."

Sokhwie menunduk, tidak bisa menatap mata Tae Do yang penuh perhatian dan cinta. Namun, hatinya hancur ketika bayangan Tae Do yang terbaring telanjang di kamar, sementara Min Joo keluar dengan pakaian kusut, terus menghantuinya.

******

Suatu hari, di ruangannya, Tae Do tidak bisa lagi menahan rasa herannya. Dia memanggil Woong, tangan kanannya yang selalu bisa diandalkan untuk mencari tahu apa pun yang terjadi di dalam istana.

"Woong, aku ingin kau menyelidiki sesuatu," kata Tae Do dengan nada serius.

Woong menunduk hormat. "Apa yang ingin Tuan ketahui?"

Tae Do menghela napas panjang, mencoba memilih kata-katanya dengan hati-hati. "Sokhwie, dia akhir-akhir ini menjauh dariku, dan aku tidak mengerti alasannya. Cari tahu apa yang terjadi."

Woong mengangguk cepat. "Saya akan mencari tahu segera, Tuan."

******

Beberapa hari kemudian, Woong kembali dengan laporan yang sangat mengejutkan. Tae Do mempersilakan Woong masuk ke ruangannya dan memintanya berbicara dengan segera.

"Tuan," Woong mulai bicara dengan wajah serius, "Saya menemukan beberapa informasi yang mungkin mengejutkan. Saya melihat nona Sokhwie diam-diam bertemu dengan ibunya di luar istana."

Tae Do terkejut. "Ibunya?, bagaimana dia bisa masuk ke wilayah istana?"

"Ibunya datang secara sembunyi-sembunyi, dan mereka bertemu di tempat yang jauh dari pandangan penjaga. Tapi itu bukan yang terpenting, Tuan," lanjut Woong. "Ibunya sedang berusaha mengumpulkan para pengikut setia mendiang ayah nona Sokhwie untuk memulai pemberontakan."

Mendengar itu, Tae Do merasa dadanya memanas dengan campuran amarah dan kekecewaan. Namun, ia menghela napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Apa Sokhwie ikut terlibat dalam rencana itu?"

Woong tampak ragu sejenak. "Tidak, Tuan. Dari apa yang saya lihat, Nona Sokhwie menolak ajakan ibunya untuk bergabung. Dia menolak dengan tegas, bahkan saat ibunya mencoba menawarkan rencana untuk meracuni Tuan."

Kedua alis Tae Do terangkat. "Meracuni aku?"

Woong mengangguk. "Benar, Tuan. Nona Sokhwie langsung marah dan pergi saat mendengar rencana itu. Dia jelas tidak setuju dengan ibunya."

Tae Do merasa lega meskipun hatinya masih diliputi kecemasan. "Aku tahu Sokhwie tidak akan berkhianat. Dia tidak seperti ibunya," kata Tae Do pelan, lebih kepada dirinya sendiri. "Terus awasi. Tapi jangan mendekati Sokhwie. Aku ingin melihat apa yang sebenarnya terjadi di balik ini."

Woong mengangguk, paham dengan perintah itu.

******

Sementara itu, di tempat lain, Sokhwie merasa bingung dan tertekan. Setelah pertemuannya dengan ibunya, yang memintanya ikut ke markas pemberontak, pikirannya tak tenang. Terutama saat ibunya menawarkan rencana keji untuk meracuni Tae Do. Sokhwie marah besar dan langsung menolak ajakan tersebut. Bagaimana bisa ia menyakiti Tae Do, seseorang yang telah memberinya kehidupan baru dan yang ia cintai sepenuh hati.

"Aku tidak akan pernah melakukannya, Ibu!" teriak Sokhwie marah saat itu. "Aku mencintai Tae Do, dan aku tidak akan pernah berkhianat padanya."

Ibunya hanya tersenyum sinis. "Kau bodoh, Sokhwie. Tae Do tidak mencintaimu. Semua yang dia lakukan hanya untuk kepentingan politik. Dia bersama kita hanya untuk mengambil hati rakyat"

Sokhwie ingin menyangkal ucapan ibunya, namun keraguan kecil mulai muncul di dalam hatinya. Apakah benar Tae Do bersamanya hanya demi politik?. Tae Do sudah berkali-kali membuktikan bahwa perasaannya tulus. Sokhwie menggigit bibirnya, marah pada dirinya sendiri karena sempat ragu.

Saat Sokhwie akan kembali ke kamarnya malam itu, dia tidak tahu bahwa ada bahaya lain yang mengintai. Seorang pelayan yang diam-diam bekerja untuk ibunya menyelinap masuk ke kamarnya. Pelayan itu meletakkan sebuah bungkusan kecil berisi racun di meja di samping tempat tidur Sokhwie, bersama dengan sebuah surat berisi instruksi bagaimana menggunakan racun tersebut.

Setelah pelayan itu keluar dari kamar, Min Joo melihat gerak-gerik mencurigakan dari pelayan tersebut. Senyum licik muncul di wajah Min Joo saat dia melihat pelayan itu keluar dengan tergesa-gesa. Merasa ada yang aneh, Min Joo segera memasuki kamar Sokhwie dan mulai menggeledah.

Saat Min Joo menemukan surat dan bungkusan racun itu, matanya berbinar penuh rencana licik. "Jadi ini rencanamu, Sokhwie?" gumam Min Joo sambil tersenyum penuh kemenangan. "Tapi aku bisa memanfaatkannya."

Min Joo membaca surat itu dengan teliti, lalu dengan cerdik menyembunyikan surat tersebut di tempat yang pasti tidak akan diketahui oleh Sokhwie. Dia menyusun rencana yang jauh lebih keji dan menggunakan racun ini untuk menjebak Sokhwie sebagai pelakunya.

"Aku akan pastikan, Sokhwie. Kau yang akan disalahkan atas semua ini," kata Min Joo sambil tertawa pelan, sebelum melangkah keluar dari kamar Sokhwie dengan rencana jahat yang sudah terukir jelas di kepalanya.

----------------------------------------------------------------------

Mungkin ini akan menjadi update terakhir yang dipost sekali seminggu karena sisanya aku akan update 1 chapter per-20 hari. Untuk versi lengkap dan bonus sudah tersedia dalam bentuk PDF, jika berminat bisa hubungi WA:089560-5004-739 / IG: Kmaannisha_ 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 7 days ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

NacL: The Lady and Her SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang