15

81 10 3
                                    

Min Joo menatap tidak suka dengan interaksi Tae Do dan Sokhwie. Min Joo merasa cemburu karena Tae Do membiarkan Sokhwie duduk di sampingnya. Min Joo merasa hanya dirinya yang pantas dikasihi oleh Tae Do.

"Berarti aku dan ayah sekarang juga menjadi tamu penting bagi kakak?,"

"Tentu saja. Ayahmu sudah ku anggap sebagai paman. Berarti dirimu sudah seperti seorang adik bagiku" Min Joo merasa semakin kesal. Ia tidak ingin hanya dianggap sebagai adik kecil bagi Tae Do. Min Joo ingin Tae Do melihatnya sebagai wanita yang sepenuhnya dewasa.

Min Hyun menyadari jika posisi Sokhwie dalam kehidupan Tae Do bukanlah hanya sekedar tamu seperti yang dikatakan oleh Tae Do. Sebagai seorang pria, ia memaklumi Tae Do yang menempatkan Sokhwie di sisinya. Namun, ini kali pertama kalinya Tae Do hanya memiliki seorang wanita. Apalagi Sokhwie adalah mantan putri dari penguasa yang wilayahnya di taklukan oleh Tae Do.

"Sudahi pertanyaanmu, Min Joo" Min Hyun menghentikan perilaku putrinya yang bisa saja membuat Tae Do tidak nyaman.

"Baiklah" Min Joo hanya bisa menahan rasa cemburunya dalam diam.

_---_--_

Pagi yang cerah diiringi tawa riang di ruang makan besar, Tae Do, Min Joo, Min Hyun, dan Sokhwie duduk menikmati hidangan pagi yang melimpah. Aroma makanan tradisional memenuhi ruangan, membuat perut siapapun keroncongan.

Min Joo, dengan senyum lembutnya, terus menawarkan berbagai makanan kepada Tae Do. "Cobalah ini, Tae Do. Ini dibuat berdasarkan resep yang aku berikan kepada juru masak. Resepnya sama persis seperti makanan di rumahku yang kakak sangat suka memakannya waktu itu," katanya sambil mengulurkan piring kecil.

Namun, perhatian Tae Do sepertinya berada di tempat lain. Matanya lebih sering mencuri pandang ke arah makanan Sokhwie. Sokhwie, yang duduk di sebelah kanan Tae Do, hanya fokus menikmati hidangan yang sedang ia santap.

Min Hyun, yang sudah merasa kenyang, meletakkan sumpitnya. "Aku sudah kenyang. Akan lebih baik jika aku pergi dulu," katanya sambil berdiri dan meninggalkan meja. Dengan perginya Min Hyun, Tae Do merasa lebih leluasa untuk memperhatikan Sokhwie tanpa merasa segan.

Tak lama kemudian, kejadian yang tak terduga terjadi. Sokhwie hampir tersedak saat mencoba makan sebuah potongan daging yang terlalu besar. Tae Do dengan sigap mengulurkan gelas air ke arah Sokhwie. "Minum ini, pelan-pelan," ucapnya sambil memberikan gelas dan mengelap wajah Sokhwie yang belepotan saus. Sokhwie tampak terkejut sekaligus tersentuh dengan perhatian Tae Do.

Min Joo melirik Tae Do, mengambil napas dalam-dalam sebelum membuka percakapan. "Tae Do, bagaimana kalau aku dan Sokhwie mengadakan piknik kecil di taman sambil minum teh? Aku pikir itu akan menyenangkan, terutama dengan cuaca seindah ini."

Tae Do mengangkat pandangannya dari buku, tampak sedikit ragu. "Piknik hanya kalian berdua?"

Min Joo mengangguk, berusaha terdengar santai. "Iya, hanya kami berdua. Aku pikir ini akan menjadi kesempatan bagus untuk kami saling mengenal lebih baik."

Tae Do masih ragu sejenak, tetapi kemudian tersenyum. "Baiklah, itu ide yang bagus. Aku akan memberitahu pelayan untuk menyiapkannya."

~~~----~~~

Di bawah langit senja, taman yang berada di sekitar istana tampak indah dengan bunga-bunga yang bermekaran dan pepohonan yang rindang. Min Joo dan Sokhwie duduk di bawah pohon rindang, mereka duduk di sebuah kursi dengan meja yang telah dipenuhi dengan banyak makanan. Mereka menikmati suasana tenang dengan secangkir teh. Namun, suasana hati Min Joo berbeda. Kecemburuan dan kemarahan menggelayut di hatinya, meski ia mencoba menyembunyikannya di balik senyum tipis.

Min Joo menghela napas, berusaha menenangkan diri. Namun, kecemburuan dan amarahnya mulai memuncak. "Terkadang, seseorang harus mengingat jika dirinya tidak akan menjadi seorang putri dengan hanya menggunakan pakaian bagus. Segala sesuatu harus berada pada tempat seharusnya mereka berada" katanya dengan senyum penuh sindiran.

"Apa maksudmu" Sokhwie merasa jika Min Joo sedang menghinanya.

"Dahulu ada seekor angsa yang sekarang bulunya sudah diambil paksa oleh para pemburu. Bulunya yang indah sekarang sudah tidak ada lagi. Tentu saja sekarang ia berubah menjadi angsa yang buruk dan tidak menarik lagi" Min Joo terus menyindir dengan tetap berlagak tenang menikmati teh di cangkirnya.

Min Joo merasa marah, Sokhwie tidak lagi membalas sindirian yang ia ucapkan. Sokhwie masih dengan tenang menyeruput tehnya. Min Joo mendekatkan tubuhnya, ia mendekat ke arah telingan Sokhwie. "Meskipun saat ini Tae Do begitu memperhatikanmu. Namun, Tae Do tetap adalah milikku. Aku tidak akan membiarkan siapapun merebutnya dariku."

Sokhwie terkejut mendengar nada ancaman dalam kata-kata Min Joo. "Ambil jika kau begitu menginginkannya" Sokhwie tetap berusaha tenang.

Min Joo kembali mendekatkan wajahnya ke arah Sokhwie, tatapannya penuh dengan kemarahan yang terselubung. "Dengarkan aku baik-baik, Sokhwie. Aku tahu kamu berusaha menarik perhatian Tae Do. Tapi aku tidak akan membiarkan itu terjadi. Jika kamu berani mendekatinya lagi, aku akan memastikan hidupmu di sini menjadi mimpi buruk."

Sokhwie merasa ketakutan dan bingung dengan ancaman tersebut. "Aku akan menjauhi Tae Do"

Min Joo tersenyum sinis, merasa puas dengan ketakutan Sokhwie. "Bagus. Ingat baik-baik, jangan pernah mencoba merebut Tae Do dariku. Atau kamu akan menyesal."

Teh yang mereka nikmati sudah habis. Min Joo memanggil pelayan untuk membawakan teh baru. Ketika pelayan itu hendak berjalan kembali ke tempatnya, ia terjatuh dan air teh panas tersebut mengenai paha Sokhwie. Pelayan itu tidak terjatuh secara kebetulan, Min Joo yang sudah menyebabkan pelayan itu tersandung.

Sokhwie yang panik karena merasakan panas di pahanya secara reflek langsung berdiri dan tanpa sadar telah menginjak pecahan dari teko yang jatuh tadi. Tae Do dari kejauhan langsung menghampiri Min Joo dan Sokhwie. Ia memang berniat bergabung bersama mereka setelah menyelesaiakan latihan bersama para pasukannya.

"Sokhwie, biarkan aku yang urus," katanya tegas sambil menarik tangan Sokhwie agar menjauh dari pecahan kaca.

Tanpa pikir panjang, Tae Do menggendong Sokhwie. "Kita harus segera mengobati lukamu," ujarnya sambil membawa Sokhwie ke kamarnya, meninggalkan Min Joo. Di dalam hati, Min Joo merasa puas dengan insiden yang menimpa Sokhwie. Namun, Min Joo merasa jengkel dengan kedatangan Tae Do.

With Love, Kmaannisha
21 Juli 2024

NacL: The Lady and Her SecretTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang