1

391 51 5
                                    

Suara pukulan terdengar di sebuah ruangan, juga nafas yang terengah-engah. Saat itu masih jam dua pagi, tapi suara berisik dari ruang gym membangunkan seorang asisten rumah tangga.

"Tuan Gian? Sedang apa anda disini?" Tanya Robin sang kepala asisten rumah tangga.

Robin terkejut ketika mendapati tuannya, Gian sedang memukuli samsak dengan sangat brutal.

"Kembali tidur saja Robin. Tinggalkan saya sendiri." Kata Gian sambil terus memukul samsak itu.

"Anda yakin tidak mau ditemani?"

"Pergilah."

Asisten rumah tangganya pun pergi meninggalkan Gian di ruang gym sendirian. Robin tahu, jika tuannya seperti itu, gangguan kecemasannya kembali kambuh.  Seluruh tubuh Gian akan gemetar, napasnya putus-putus dan ia tak bisa hanya dipeluk atau ditenangkan, tapi harus disalurkan dengan kegiatan keras seperti ini.

Gian memberikan tinjuan terakhir pada samsak di hadapannya. Napasnya terengah-engah. Dengan kasar ia membuka sarung tinjunya, dan melemparkannya ke lantai.

Gian pergi ke dapur dan mengambil minuman beralkohol. Ingin sekali ia meniduri wanita saat ini, tapi rasanya murahan sekali. Gian meneguk minuman itu dengan sekaligus, ia mengrenyit karena tenggorokkannya panas. Setelah beberapa saat mendinginkan keringat, ia masuk ke dalam kamar mandi dan membersihkan diri dengan air panas.

🌷🌷🌷

Gian memasuki kantornya pagi itu bersama Andi. Pekerjaannya bergerak di bidang design, namun ada hal lain yang biasa ia kerjakan, bekerja sama dengan pihak kepolisian, atau pemerintahan. Apa yang ia lakukan legal dan sah di mata hukum, hanya saja memang bayaran yang diminta oleh Gian sangatlah mahal, tapi sebanding dengan apa yang akan mereka dapatkan.

"Jadwal gue apa aja ndi?" Tanya Gian

"Tetep jalanin proyek sih, bos. Tapi kalo jadwal diluar itu, lo diminta buat ketemuan sama ketua KPK."

"Serius lo?" Tanya Gian tak percaya.

"Lah ngapain gue bohong."

"Kayaknya proyek gede nih."

"Yoi."

"Kabar Gendhis gimana ya?"

"Gatau bos, jujur dia bukan prioritas gue, soalnya dia juga bukan cewek bos khan? Mana dia udah nikah. Jangan macem-macem deh."

Gian tertawa.

"Kapan ya gue dapet cewek kayak Gendhis?"

"Bos, lo tu ganteng, sukses, siapa yang gak mau sama lo? Kalo gue bukan cowok, gue langsung gaet dah."

"Najis lu."

Andi tertawa.

"Tuan Gian ada Anita." Sebuah suara dari interkom mengejutkan mereka.

Andi memutar matanya mendengar nama itu.

"Suruh masuk." Kata Gian sambil memencet tombol di mesin penjawabnya.

"Bos, lo bisa dapet wanita lebih dari Anita. Kenapa sih lo stuck terus di dia?"

Gian tersenyum.

Heal YouWhere stories live. Discover now