34

201 34 1
                                    

Pada pagi yang lembut, saat sinar matahari pertama menyentuh bumi, Gian melihat Katherine berdiri di dapur, membentuk keajaiban sederhana dari bahan-bahan sehari-hari. Dengan penuh keleluasaan, setiap gerakannya bagaikan simfoni lembut, sementara aroma sarapan memenuhi udara. Gian memandang dengan mata penuh cinta, seperti melihat karya seni yang indah, yang mengisi hari-harinya dengan kehangatan dan rasa syukur. Gian mendengar lantunan gumaman pelan dari bibir Katherine dan membuatnya tersenyum dengan perasaan membuncah bahagia di dalam hatinya.

"Sayang." Panggil Gian

Hal itu mengagetkan Katherine dan tak sengaja ia mengiris jarinya sendiri.

"Aduh!!" Serunya sambil membanting pisau.

Gian panik dan berlari mendekatinya, ia meraih jari Katherine yang sudah mengeluarkan darah segar.

"Kate, jangan ada di dapur lagi. Sudah saya bilang, saya tidak mau kamu terluka terkena pisau." Ujarnya sambil meletakkan jari itu dibawah air mengalir.

Katherine melihat suaminya yang khawatir, rasa cintanya meluap. Pagi tadi ia sengaja bangun lebih dulu dan berencana menyiapkan sarapan sederhana yang ia lihat dari youtube. Tapi sepertinya ia tidak cukup piawai dengan alat-alat dapur dan akhirnya terluka.

Gian membalut luka Katherine dengan plester dan mencium jari itu.

"Dengar, jari ini harus tetap seperti ini. Indah. Yang boleh kau genggam hanya suamimu. Dengar?" Tanya Gian

Katherine tersipu dan ia mengangguk pelan.

"Maksudnya genggam tangan khan mas?"

Mata Gian memicing.

"Jangan menguji saya, Kate."

Katherine paham maksud sebenarnya dari pria di hadapannya ini, namun ia tidak mau memperjelas. Ia mengecup kening, pipi, hidung dan bibir Gian, hal itu membuat Gian bahagia luar biasa.

"Thank you for worrying about me, my husband." Ujarnya sambil memeluk suaminya erat.

Gian membalas pelukan itu dengan lembut, matanya tertutup sejenak untuk menikmati ketenangan yang membahagiakan ini. Dalam pelukan Katherine, ia merasa seolah seluruh dunia berhenti sejenak, dan hanya ada kedamaian serta kehangatan yang mengalir dari hati istrinya. Seiring dengan detik-detik berlalu, pelukan mereka semakin erat, dan semua kekhawatiran seolah mencair dalam kehangatan kasih yang tulus. Dapur yang penuh dengan aroma kopi yang baru saja dibuat di mesin kopi oleh Katherine, kini menjadi tempat suci, di mana cinta dan perhatian mengalir bebas, menenangkan hati dan pikiran.

"You make my life so beautiful, my wife. I love you, i love you so much Katherine." Ucap Gian di telinganya.

Katherine lalu melepaskan pelukan mereka dan memandang banyak sekali binar cinta di mata suaminya itu.

"Jadi katakan pada saya, sebenarnya apa yang ingin kau masak, hm?"

Katherine menggigit bibir bawahnya, malu ketika melihat kekacauan di dapur sepagi itu, karena semua alat ia ambil dan pakai. Hal tersebut membuat Gian agak tercengang.

"Ehm..cuma omelet dan kopi sih, mas, tapi maaf dapurnya jadi berantakan."

Gian tersenyum.

"Terimakasih sayang, sudah bangun pagi dan mencoba menyiapkan sarapan, Katherine Seraphina adalah istri terbaik."

Mata Katherine membelalak, hatinya menghangat.

"Mas, mas nggak marah?"

"Tentu saja tidak, sayang. Sekecil apapun usahamu, saya akan menghargai, itu berarti kamu mencintai saya, dan saya sangat bahagia ketika mengetahui bahwa cinta saya sudah berbalas sebanyak ini."

Heal YouWhere stories live. Discover now