33

179 33 0
                                    

Gian terbangun, dan meraba di sebelahnya, ia tak menemukan istrinya disana.

Gian melihat ponsel di atas nakas, jam sebelas malam. Gian mengucek matanya sebentar lalu keluar dari selimut. Ia berjalan keluar kamar dan melihat kulkas menyala.

Gian tersenyum ketika melihat Katherine sedang duduk di depan kulkas yang terbuka dan sedang mengemil anggur. Kepalanya bergoyang-goyang setiap kali anggur itu masuk ke mulutnya dan ia kunyah.

"Are you hungry, love?" Tanya Gian

Katherine tersentak, dan ia berbalik.

"Mas! For God sake! Jangan ngagetin. Nanti aku keselek, bisa mati tau!" Ucapnya kesal dengan pipi menggembung yang disinyalir isinya adalah beberapa anggur.

Gian terkekeh geli melihat istrinya yang sedang cemberut.

"Maaf sayang. Jadi apa kamu lapar?"

"Iya. Tadi khan pastanya cuma makan beberapa sendok, abis tu digempur sama mas, jadi aku laper."

Gian terbahak mendengar penuturan Katherine yang polos.

"You're so funny, my wife. I'll cook for you. What do you want, hm?" Tanya Gian sambil berjongkok di depan istrinya yang masih memgunyah anggur.

"Nasi goreng?"

"Saya belum masak nasi, sayang. Saya lupa beli beras."

Katherine tampak berpikir.

"Ramen?"

"Baiklah. Tapi hanya sekali saja ya. Tidak boleh sering-sering."

Katherine mengangguk senang.

"Terimakasih, suamiku."

Gian tersenyum lalu mengacak rambut Katherine gemas.

"Nah sekarang, boleh minggir Nyonya Cakrawala? Suamimu mau mengambil beberapa bahan di kulkas."

Katherine terkekeh.

"Baiklah mas Gianku sayang."

Gian memandangnya dengan tatapan senang.

"Jangan membuat saya ingin memakanmu lagi, Kate."

"Ck. Mas tu baper banget ih. Dikit dikit ngamar huuuu." Katherine beranjak dan menjauhi kulkas.

Gian tertawa lagi.

"Punya istri cantik, pastinya pingin terus dong sayang. Padahal istri saya teriakannya paling keras lho kalau sudah begitu."

Katherine melotot.

"Mas ih!!"

Gian terkekeh dan mengecup bibir istrinya.

Gian mulai menjerang air di sebuah panci berwarna emas. Ia juga membuat telur onsen di panci sebelahnya. Selama menunggu mie matang, Gian memotong-motong daun bawang. Katherine memandang suaminya tanpa henti sambil tersenyum. Sebuah pemandangan menggiurkan, pria besar, bertato, bertelanjang dada dan memasak di dapur untuk istrinya. Tanpa sadar ia membasahi bibirnya sendiri, tapi sejenak kemudian ia tersadar, menggeleng dan memakan kembali anggur yang ada di hadapannya.

Gian mengetahui hal itu dari matanya, ia melirik sejenak tadi dan ia paham apa yang ada di pikiran istri cantiknya.

"Saya masih kuat kok setelah makan ramen nanti." Ucapnya sambil memasukkan dua mie instan ke dalam panci

"Huh?" Katherine tak paham

"Saya tahu isi pikiranmu, nyonya Cakrawala."

Katherine terkejut, ia malu karena kepergok punya pikiran mesum terhadap suaminya.

Heal YouWhere stories live. Discover now