30

225 28 2
                                    

Hari pernikahan pun tiba. Katherine sudah berdandan sejak pagi tadi. Joy pulang dari Amerika untuk menghadiri pernikahan sahabatnya tersebut, sekaligus menjadi bridesmaid Katherine.

"Joy, aku deg degan banget." Ucap Katherine sambil memegang tangan Joy.

"Tenang Kate, kamu cantik banget hari ini, mana calon suami kamu ganteng banget lagi. Aku kapan yaaa." Tanya Joy

"Mas Gian punya banyak temen, nanti aku cariin satu ya."

Joy tertawa.

"Becanda Kate, tapi kalo ada juga gapapa sih aku mau."

"Halahhh." Ujar Katherine

Tok...tok...tok

Sebuah ketukan terdengar, dan kepala Gendhis menyembul dari sana.

"Akkkk!! Gendhiss!!" Seru Katherine

"Kate!! Cantik banget!!"

Katherine menggunakan gaun sabrina, dengan rok yang mengembang. Gaun itu berat karena menggunakan banyak kain, juga ditaburi oleh swarovski. Katherine menggunakan tiara yang dipesan khusus dari Inggris oleh Dirga. Makeup yang simple dan elegan menambah kecantikan sahabatnya itu.

"Ndhis, malam pertama sakit gak sih?" Tanya Katherine

"Sakittt banget, tapi enakkk." Kata Gendhis terang-terangan

"Astaga ndhisss!" Ucap Katherine dan Joy

"Ya iyalah kalo gak enak, Abimanyu gak akan lahir."

Mereka bertiga tertawa.

"Pokonya harus dinikmatin ya Kate malam pertamanya, jangan ditolak. Apalagi Mas Gian kayaknya gak akan kasih ampun sama kamu loh."

"Ihhh aku takut, Ndhis." Ucap Katherine sambil mendekati Joy

"Tapi dijamin enak kok, Kate. Percaya deh sama aku." Ucap Gendhis dengan wajah bangga

"Huuu mentang-mentang nikah sama om-om."

Tok..tok..tok

"Mbak, sudah waktunya." Ucap seorang wanita yang menjadi petugas WO

"Ahh deg deg an." Ucap Katherine

"Siap ya." Ucap Joy

Katherine mengangguk, dan ia membuat tanda salib, lalu mantap melangkah menuju ke gereja.

Joy mengecek gaun, veil, makeup juga rambut Katherine. Ia meminta beberapa lembar tissue, jika nanti Katherine menangis di altar.

"Siap Kate?"

"Siap Joy."

Gendhis sudah ada di dalam gereja menanti dua sahabatnya itu masuk.

Gian menanti dengan berdebar di altar. Ia menatap dengan tak sabar pada pintu gereja yang belum terbuka sedari tadi. Akhirnya petugas wo pun mengangguk, lalu dirigen naik ke atas mimbar.

Organ dimainkan, pintu dibuka perlahan, dan lagu pernikahan pun berkumandang.

Saat itulah Katherine masuk perlahan ke dalam gereja. Dada Gian sesak, ia tak percaya bahwa ia berdiri disini, di gereja , di altar, menanti seorang wanita yang ia cintai sebentar lagi akan mengikat janji dengannya dan menjadi miliknya selama-lamanya.

Matanya memanas, hidungnya mulai berair, tatkala Katherine berjalan dengan anggun. Sekalipun wajahnya tertutup mantilla veil, tapi ia percaya wanita itu sangat cantik karena Katherine selalu cantik di matanya.

 Sekalipun wajahnya tertutup mantilla veil, tapi ia percaya wanita itu sangat cantik karena Katherine selalu cantik di matanya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.
Heal YouWhere stories live. Discover now