Extra Part 1

180 27 0
                                    

Dua tahun kemudian.....

Katherine dan Gian duduk nyaman di ruang prioritas sebuah bank besar, dikelilingi oleh suasana yang tenang dan sejuk dari AC yang berhembus pelan. Ruangan itu dihiasi dengan interior elegan, menunjukkan eksklusivitas layanan yang mereka dapatkan. Di depan mereka, seorang petugas bank dengan senyum ramah sudah siap melayani.

Di atas meja, terdapat beberapa berkas dan formulir yang harus mereka isi. Katherine dan Gian baru saja melakukan setoran dalam jumlah besar, hasil keuntungan dari Cakrawala Enterprise yang terus berkembang. Setelah urusan setoran selesai, perhatian mereka beralih ke rencana jangka panjang.

"Kita harus mulai menyiapkan tabungan untuk sekolah anak nanti," kata Gian dengan tenang, sambil melirik Katherine.

Katherine mengangguk setuju. Petugas bank lalu menjelaskan berbagai opsi tabungan pendidikan, sambil memberikan saran yang sesuai dengan kebutuhan mereka.

Tiba-tiba suasana tenang di ruang prioritas itu berubah drastis saat terdengar ribut dari luar. Gian segera menjadi waspada. Ia bangkit dengan cepat dan mendekatkan telinganya ke pintu, mencoba mendengar dengan lebih jelas.

Dari balik pintu terdengar teriakan kasar, "Semua diam, ini perampokan! Kalau tidak, saya akan bunuh kalian semua!!"

Katherine merasakan detak jantungnya meningkat, tapi dia tetap tenang, mengingat semua latihan bela diri dan persiapan yang telah ia jalani selama ini. Gian menatapnya sejenak, isyarat tak perlu kata-kata : mereka harus waspada dan siap.

"Kita tidak bisa langsung bertindak gegabah," bisik Gian pelan namun tegas. "Kita harus lihat situasi dulu."

Katherine mengangguk, dan dengan hati-hati mereka berdua mendekat ke sudut ruangan yang memungkinkan mereka mengintip dari celah pintu. Mereka bisa melihat beberapa orang bersenjata, salah satunya tengah mengancam teller bank, sementara nasabah yang lain meringkuk ketakutan di lantai.

Pintu ruang prioritas terbuka dengan kasar, membuat Gian dan Katherine tersentak. Seorang pria bertopeng dan bersenjata berdiri di ambang pintu, memindai ruangan dengan tatapan tajam. Gian dan Katherine, meskipun sudah terlatih, langsung berakting ketakutan. Mereka menggeser tubuh mereka, seolah mencari perlindungan di belakang sofa, mencoba menampilkan ekspresi ketakutan.

Tangisan bayi tiba-tiba terdengar dari dalam stroller yang berada di sudut ruangan, tertutup oleh selimut dan tudungnya. Suara tangisan itu menarik perhatian perampok bersenjata, yang langsung mengarahkan pandangannya ke arah stroller.

“Bayi?” gumam perampok itu sambil mendekat. "Sialan! Jangan bikin ribut!" bentaknya, suara penuh ancaman.

Gian dengan cepat merespons, mencoba menjaga situasi tetap terkendali. "Tolong, jangan sakiti kami! Kami hanya ingin melindungi anak kami!" katanya dengan nada putus asa, berpura-pura ketakutan.

Katherine ikut berperan, mendekap stroller sambil berpura-pura gemetar. Namun, di balik wajahnya yang ketakutan, dia diam-diam mempersiapkan dirinya, memperhatikan setiap gerakan perampok itu dengan seksama, mencari celah untuk bertindak jika diperlukan.

Perampok itu tampak tidak tertarik dengan mereka setelah melihat bahwa mereka tampak tak berdaya, dan tangisan bayi terus memecah keheningan, membuatnya terganggu. "Jangan bikin masalah," perampok itu memperingatkan lagi, sebelum akhirnya berbalik dan meninggalkan ruangan, menutup pintu dengan kasar.

Begitu pintu tertutup, Gian dan Katherine saling bertukar pandang, tahu bahwa waktu mereka untuk bertindak mungkin akan segera datang.

Seorang petugas bank tadi meringkuk sembunyi di balik lemari besi yang terhalang oleh stroller yang mereka bawa. Ia mendesah lega ketika perampok itu keluar.

Heal YouWhere stories live. Discover now