3

258 29 4
                                    

Gian memandang botol pil di genggamannya. Pil itu yang masih setia menemaninya untuk membuatnya tetap stabil.

Ia mengikuti terapi sudah lebih dari tiga tahun, dan selama tiga tahun itu ia harus mengkonsumsi butiran kecil itu.

Gian tahu, ia bukanlah manusia yang baik. Ketika serangan itu datang, ia bisa melukai siapapun yang ada dekatnya, kecuali gadis tadi.

Pria itu berpikir, bagaimana bisa hanya dengan sebuah genggaman tangan, tubuhnya bereaksi. Seakan kulit wanita itu memberikannya aliran listrik yang bahkan tidak bisa diberikan oleh Anita, mantan kekasihnya dulu. Padahal Gian sudah sebebas itu dengan Anita. Meniduri wanita itu adalah jadwal rutin di setiap dirinya penat di pekerjaan, tapi tak pernah ia merasa setenang ini.

Tidak ada sex hanya genggaman tangan yang menenangkan.

Sebuah notifikasi di ponselnya berbunyi. Gian mengambilnya dan melihat pesan yang berasal dari Anita.

Wanita itu merengek sejak kemarin, ingin bertemu dengannya. Gian melemparkan ponselnya malas. Ia menyandarkan punggungnya ke kursi kerjanya dan menaikkan kedua kaki ke atas meja, lalu memejamkan mata.

Tak lama ia tidur, tiba-tiba ia terbangun karena ada seseorang yang memanggil namanya berulang kali.

"Gian! Gian bangun!"

Gian membuka matanya, dan melihat Anita ada di hadapannya. Setelah ia melihatnya, tak ada keinginannya untuk beranjak, ia malah meletakkan lengannya di atas wajahnya.

"Gian! Sialan kamu! Aku menunggumu. Apa kamu tidak punya pikiran?" Tanya Anita yang kemudian menggebrak meja.

"Apa maumu?" Tanya Gian sambil masih menutup matanya.

"Mauku? Kita ini berpacaran Gian, dan kita sudah tidak bertemu selama dua minggu. Apa ini yang disebut hubungan?"

Gian bangun, ia menurunkan kakinya. Terbangun dari micro sleep dengan paksaan membuat kepalanya berdenyut hebat. Ia tidak mau berdebat dengan wanit di hadapannya ini, ia hanya ingin ketenangan.

"Siapa yang menginginkan hubungan?" Tanya Gian sambil menaikkan alisnya

"Kau! Apa maksudmu?" Tanya Anita berang

Gian beranjak dan menuju kulkas kecil untuk mengambil minum. Ia mengenggak sebotol kecil air mineral sampai habis, meremas botol lalu membuangnya ke tempat sampah.

"Kau yang mau hubungan ini."

"Gian! Jangan main-main!" Kata Anita dengan napas memburu.

"Saya tidak main-main. Dari awal saya tidak menyatakan bahwa saya menerimamu kembali." Kata Gian sambil memandang Anita datar.

Plak!!

Sebuah tamparan keras mendarat di pipi Gian hingga wajahnya tertoteh ke kiri.

"Brengsek!"

Gian menangkap pipi Anita, ia mencengkramnya. Matanya menggelap marah

"Akhh sakit, Gi!" Kata Anita sambil berusaha melepaskan pipinya dari cengkraman tangan Gian.

"Dengar Anita, tidak ada hakmu mengatur kehidupan saya. Tidak ada yang bisa mendikte saya, apalagi orang seperti kamu. Paham?!" Kata Gian sambil mendorong wajah Anita hingga wanita itu mundur beberapa langkah.

Anita memegang pipinya yang sakit sambil menangis. Ia menatap pria itu nyalang, lalu keluar dengan rasa sakit hati.

Gian mendengus kasar, ia mengambil kunci mobilnya dan pergi ke sebuah tempat untuk menenangkan diri.

🌷🌷🌷

Katherine kedatangan Pierre di kantornya. Pria itu mengatakan ingin mendapatkan tour khusus ketika tahu bahwa wanita itu pemilik sebuah mall.

Heal YouWhere stories live. Discover now