7

222 35 3
                                    

"Aku pulang dulu ya." Kata Katherine pada Gendhis yang merasa cukup dengan sesi curhat bersama sahabatnya itu.

"Oke. Cieee ada kecengan nih." Kata Gendhis menggoda Katherine.

Bumi yang kebetulan sudah ada disana untuk menjemput istrinya, memandang Gendhis dan sahabatnya itu.

"Mas, Katherine kayaknya mau punya pacar nih." Kata Gendhis sambil berdiri dan bersandar pada suaminya.

"Lho ndak jadi mas mas jawa?" Tanya Bumi sambil melingkarkan lengannya di tubuh Gendhis dan memainkan jari istrinya itu.

"Gak mas, dia lagi diincer sama mas mas Kalimantan." Kata Gendhis

Wajah Katherine memerah.

"Ih gak om. Dia cuma klien kok." Kata Katherine

"Klien apa klien?" Goda Gendhis

"Ihh ndis. Jangan godain dong."

"Terima aja Kate, lagian dia juga ganteng." Kata Gendhis.

"Oh begitu nimas?" Tanya Bumi pada Gendhis sambil menaikkan alisnya.

"Eh bukan maksudnya..."

"Jadi ada yang lebih ganteng dari kangmas? Iya saya tahu, saya sudah tua." Kata Bumi merajuk sambil melepaskan lingkaran lengannya.

"Ah gak ikutan. Aku pulang dulu yaa. Bye." Kata Katherine ngibrit meninggalkan sahabatnya yang terbata-bata harus menjelaskan kepada suaminya.

Ia keluar dari kedai itu dan terpaku karena melihat Gian yang sedang bersandar di mobilnya sambil merokok. Kemejanya sudah ia gulung ke atas, menampilkan tato di sepanjang tangannya. Ketika mereka beradu pandang, Gian membuang rokok ke bawah dan menginjaknya.

"Kenapa?" Tanya Katherine ketus

"Antar saya pulang."

Katherine mengrenyit.

"Maksudnya? Om khan..."

"Ban mobil saya kempes, saya tidak bisa pulang." Kata Gian sambil menunjuk mobilnya dan benar adanya bahwa bannya kempes.

"Anda bisa panggil seseorang untuk membantu. Memangnya tidak ada ban cadangan di bagasi?" Tanya Katherine sambil menekan kunci mobil dan membukanya.

Gian menutup kembali pintu itu dan menahannya.

"Antar saya, sebentar." Kata Gian di depan wajahnya. Bau rokok mentol menyeruak ke hidung Katherine, dan ia tidak suka hal itu.

Katherine memandang pria di hadapannya ini dengan tatapan sinis.

"Saya bukan supir." Kata Katherine sambil mendorong tubuh Gian, namun pria itu berhasil merebut kunci mobil dari tangan Katherine.

"Kembalikan!"

"Memang kamu bukan supir, saya yang akan menyetir." Kata Gian sambil membuka pintu mobil dan duduk di belakang kemudi.

"Om! Kamu...."

"Masuk." Kata Gian

"Nggak." Kata Katherine sambil bersidekap.

"Apa mau saya gendong?" Tanya Gian

Katherine tetap tak bergeming.

"Baiklah, kalau itu maumu." Gian beranjak dari kursi kemudi.

"Eehh.. nggak nggak. Iya aku masuk." Kata Katherine beringsut mundur dan memutari mobil membuat Gian tersenyum dikulum.

Katherine masuk ke mobil dan membanting pintunya, kesal.

"Good girl." Kata Gian

Ia melajukan mobil Katherine. Sepanjang  Katherine hidup sampai hari ini, tak ada pria yang mengantarnya pergi kecuali papi dan supirnya. Ia tak pernah menyangka, pria menyetir bisa semenarik itu, apalagi Gian. Tangannya bertato, dan urat-uratnya muncul setiap ia membelokkan setir membuat Katherine menelan ludah.

Heal YouWhere stories live. Discover now