6

232 31 1
                                    

Katherine sampai di rumahnya, ia mencari ayahnya yang sedang menunggu dirinya.

"Pi!" Seru Katherine

"Pak Andreas ada di ruang kerjanya, non." Kata asisten rumah tangganya.

Katherine mengangguk. Ia sedikit berlari menuju ke ruang kerja ayahnya.

"Papi." Kata Katherine

Katherine terpaku ketika ayah dan ibunya bersama seorang pria.

Wanita itu.

Gian sang pria tersebut, yang dipandang oleh Katherine, tak mengalihkan pandangannya.

Jujur Katherine tidak mengenali pria di hadapannya ini, tapi jujur saja, ia sangat tampan. Ia mendekat, dan melihat ada beberapa tato di tangannya, yang entahlah membuat pria itu semakin menarik.

"Hei sayang, sini." Kata Andreas

Katherine mendekati ayahnya dan melihat apa yang sedang mereka lakukan.

"Kenalkan, ini Gian. Katanya Gian ini sangat terkenal di bidang design interior. Papi pengen punya studio, mau live jualan, biar kayak orang-orang, berdua sama mami." Kata ayahnya yang tetiba saja mempunyai ide receh.

"Hai. Saya Giantara Cakrawala." Kata Gian sambil mengulurkan tangannya.

Katherine menyambutnya.

"Katherine." Kata Katherine singkat

"Papi udah kasih tau mau kayak apa designnya?"

"Udah sih tadi. Papi maunya yang gaya papi banget."

"Terus ruangannya mau dimana?"

"Rencananya, papi mau bikin di lantai satu deket ruang keluarga."

"Katherine kasih ide tambahan aja ya pi, boleh gak?" Tanya Katherine dengan mata berbinar.

"Ya udah, anterin aja Gian ke tempat yang bakal dibikin."

Katherine mengangguk.

"Mari om." Kata Katherine

Om? Muka gue emangnya udah om-om? Tanya Gian kesal dalam hati.

Gian mengikuti wanita di hadapannya ini. Katherine sangat menarik perhatian Gian. Postur tubuhnya yang semampai, Gian klaim sangat cocok bersanding dengan dirinya.

Pikiran Gian melayang, bagaimana rasanya jika wanita itu sudah menjadi miliknya, tapi jujur saja rasa yang dimiliki Gian bukanlah rasa cinta, ia hanya membutuhkan Katherine untuk terapinya.

"Ini om tempatnya." Kata Katherine

"Hmm." Kata Gian

"Jadi nanti warnanya tu pastel gitu, nah ini backgroundnya pake warna yang beda ya. Terus ruangannya dipakein busa kedap suara. Eh apa busanya sekalian aja jadi alas tembok?" Tanya Katherine antusias.

"Hm." Kata Gian

Apaan sih ni laki-laki? Ham hem ham hem doank. Males jadinya. Gerutu Katherine

"Pak, gimana ide saya?" Tanya Katherine

Tadi om sekarang pak. Hadeuh. Keluh Gian dalam hati.

"Nanti saya pikirkan."

Tiba-tiba telepon Katherine berdering, ia melihat layar tersebut dan mengangkatnya.

"Iya mas." Kata Katherine sambil menjauh dari Gian

Mas? Siapa yang nelepon dia? Apa laki-laki yang waktu itu?

Heal YouWhere stories live. Discover now