Andi tepat datang ketika suasana canggung mulai menguar di ruangan itu.
"Sorry sorry, ban gue gembos. Eh halo, Katherine ya?" Tanya Andi yang masuk ke apartemen Gian.
Katherine tersenyum canggung pada pria yang ia tahu bernama Andi, sang asisten Gian.
Katherine mengendurkan ototnya yang tegang karena rasa kesal pada pria di hadapannya itu. Malam ini ia hanya berharap satu kata. Maaf. Atas perlakukan yang Gian lakukan padanya kemarin.
"Lo dateng tepat waktu, ndi." Kata Gian
"Loh kalian belom makan? Nungguin gue?"
"Ya nggak lah, males banget nungguin lo. Pas aja lo dateng waktu ni makanan beres, gue udah laper banget."
Mereka berdua berinteraksi seolah Katherine tidak ada disana. Gadis itu memutar bola matanya malas, dan mulai membawa piring berisi makanan ke meja makan.
"Eeh Kate, udah sama gue aja." Kata Andi mencoba mencegah Katherine
"Gapapa mas, cuma bawa ini kok, ringan." Tolak Katherine
Andi berhenti mencegah gadis itu dan mulai membantu dengan hal lain.
Makan malam mereka dihiasi keheningan. Hanya denting sendok dan garpu yang bertabrakan, juga tegukan air minum yang terdengar oleh mereka. Gian terang-terangan memandang gadis yang duduk di sebrangnya tersebut, hal itu menarik perhatian Andi. Ia belum pernah melihat Gian sebegitu terobsesinya dengan seorang wanita. Dulu, Gendhis, ia dengan sukarela menyerah dan tidak ada drama ketika gadis itu menyatakan bahwa Gendhis sudah memiliki tunangan, sekalipun ia tahu seberapa ingin bosnya itu memiliki Gendhis. Dan malam ini, hal tersebut terulang kembali.
"Enak?" Tanya Gian tiba-tiba memecah keheningan
Katherine mengangkat wajahnya, lalu kemudian mengangguk.
"Setelah makan, kita bicara." Ujar Gian sambil mengakhiri makan dan meneguk air di gelas yang ada di hadapannya.
Katherine melambatkan gerakan tangannya, ia memandang Gian yang sudah beranjak dan mencuci piring di wastafel.
Dalam hatinya ia berjanji, apapun yang akan pria itu katakan, setelahnya ia akan pulang. Ia tak mau berlama-lama lagi berada di apartemen ini.
Sebenarnya Katherine suka disini. Tempat ini nyaman, bersih, dan sangat maskulin. Tipikal Gian. Ketika Katherine melangkahkan kaki ke dalam, ia membayangkan, wanita mana yang sudah pernah tidur dan berbagi tawa di apartemen ini. Ia tak ingin membayangkan, karena itu bukan hal seharusnya terlintas di dalam pikirannya.
Gian mendekati Katherine yang sudah selesai makan.
"Sudah?" Tanya Gian
Katherine mengangguk. Gian mengangkat piring Katherine dan membuat gadis itu terkejut.
"Eh jangan mas, biar aku aja yang nyuci."
"Tidak usah."
"Ini bekas makan aku, aku aja."
"Saya tidak rela, jari lentikmu nanti kasar terkena sabun cuci, jadi biar saya saja." Kata Gian sambil mengedipkan sebelah matanya dan tersenyum, hal itu tak luput dari penglihatan Andi yang membuat Andi ingin muntah ditempat.
Jika orang mengatakan baper, mungkin kata itulah yang bisa mewakili perasaan Katherine saat ini. Hanya perkara mencuci piring.
Memang, pria itu tidak ingin menyakiti Katherine seujung jari pun. Sejak....sejak tadi ketika ia memandang Katherine yang ada si hadapannya. Gian memandang setiap inchi bagian diri Katherine dan semuanya berkilauan. Bahkan wangi tubuh Katherine pun bisa tercium dari jarak yang tidak dekat. Anggunnya jari itu yang menggenggam sendok dan garpu, ia hanya bisa bayangkan, jika jari itu meraba wajah juga tubuhnya. Kulitnya yang mulus, halus tanpa cela, membuat Gian akan marah jika ada satu nyamuk yang sengaja menggigit dan menimbulkan bentol pada kulit gadis itu.
YOU ARE READING
Heal You
RomanceGiantara Cakrawala bertemu dengan Katherine Seraphina Jatmoko saat ia sedang mendesign rumah kliennya yang ternyata itu adalah ayah dari sang gadis. Gian adalah seseorang yang tidak percaya Tuhan karena lukanya dimasa lalu, bahkan luka tersebut mem...