Katherine berjalan tanpa tahu tujuan. Ia melangkah dengan gontai. Air matanya menggenang di pelupuk mata.
Kemarin segala sesuatunya begitu indah, dan dalam sekejap hilang dari genggamannya.
Katherine berjalan keluar restoran, angin dingin menerpa wajahnya, ia memeluk dirinya sendiri, berusaha menahan getaran tubuhnya yang terisak-isak.
Gak papa khan Tuhan? Cuma sebentar ya khan? Katanya Tuhan kasih luka yang teramat dalam biar kita selamat. Aku juga gitu khan Tuhan? Tapi kok rasanya sakit banget Tuhan. Rasanya kayak diiris. Tuhan mau aku jadi Katherine yang gimana?
Katherine membatin, dan ia berjongkok di trotoar. Tangisannya semakin keras, seakan semesta mendukungnya, langit pun menangis bersama dengan Katherine. Semakin deras hujannya, semakin keras teriakan Katherine.
Tiba-tiba tubuhnya tak basah lagi. Katherine mengangkat wajahnya, dan melihat Gian sedang berdiri di hadapannya, sambil memayungi mereka berdua.
"Ayo pulang." Kata Gian sambil mengulurkan tangan
Katherine menepis tangan pria itu. Ia melengos.
"Tinggalin aku mas." Kata Katherine sambil beranjak dan berjalan kembali
"Jangan bodoh, Kate. Ini hujan deras. Kamu perempuan, sendirian di luar, kehujanan, dan bajumu itu....transparan."
Katherine membelalak kaget mendengar pernyataan Gian. Ia reflek menutup dadanya dengan kedua tangan.
"Mas! Mesum!"
Gian tertawa jahil. Ia lebih senang Katherine marah seperti ini, ketimbang melihatnya tadi, menangis. Hatinya berdenyut sakit ketika mengetahui betapa gadis itu mencintai Pierre. Pasti ia sangat mencintainya, karena tangisannya sangat pilu di telinga.
"Aku mau pulang naik ojol aja." Kata Katherine sambil mengeluarkan ponsel dari tasnya, namun naas, hujan membasahi tasnya, air menggenang dan sialnya membuat ponsel miliknya terendam sempurna. Katherine mengambil benda pipih itu dan menatapnya nanar, ia membalik tasnya dan air mengucur dari dalam. Ketika ia mencoba untuk menyalakan ponselnya, nihil, mati total.
Katherine menghela napas kasar. Ia berjalan ke arah Gian.
"Anterin aku pulang." Kata Katherine ketus
Gian tersenyum miring.
"You asked for help huh?"
"I had to."
"Baiklah, tapi tidak gratis." Kata Gian sambil melipat payungnya karena hujan telah berhenti.
Katherine memutar bola matanya jengah.
"What do you want?"
"I think a kiss won't hurt."
Pria di hadapannya ini benar-benar membuatnya geram. Bisa-bisanya ia memanfaatkan keadaannya.
"In your dream."
Gian terbahak.
"Actually in my dream, we did something wild. You are screaming my name, all night long. You beg over and over......"
"Stop!!!!" Katherine menutup telinga dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Mukanya memanas mendengar itu dan membuat Gian tergelak.
"So, it's a kiss?"
"Just kiss."
"Just kiss."
"Fine."
Gian maju mendekati Katherine, dan menarik tubuh gadis itu. Pria itu tak memperdulikan pakaian basah Katherine yang menempel padanya.
"Seriously mas? Sekarang?" Tanya Katherine sambil menahan dada pria itu. Masalahnya mereka sedang ada di trotoar, pinggir jalan.
YOU ARE READING
Heal You
RomanceGiantara Cakrawala bertemu dengan Katherine Seraphina Jatmoko saat ia sedang mendesign rumah kliennya yang ternyata itu adalah ayah dari sang gadis. Gian adalah seseorang yang tidak percaya Tuhan karena lukanya dimasa lalu, bahkan luka tersebut mem...