Manusia Biadab

868 86 16
                                    


Rakha berdiri membeku, mencoba mencerna kenyataan pahit yang baru saja terungkap di depannya. Pria yang selama ini dia percayai, yang dia anggap sebagai teman, ternyata menyimpan dendam yang begitu mendalam. Tubuh Rakha terasa kaku, sementara pikirannya berputar dalam kebingungan dan kesedihan yang mendalam.

"Kenapa kamu tidak berbicara padaku? Kenapa kamu memilih jalan ini?" Rakha bertanya dengan suara serak, matanya mencari-cari jawaban di wajah pria di depannya. "Kita bisa menyelesaikan ini dengan cara lain, tanpa perlu menyakiti siapa pun."

Pria itu, yang kini telah membuka topengnya, hanya tersenyum dingin. "Kamu tidak akan pernah mengerti, Rakha. Bagi kamu, semuanya tampak begitu mudah. Kamu punya segalanya-karier yang sukses, keluarga yang mencintaimu, dan... dia." Pria itu menekankan kata terakhirnya, jelas merujuk pada Naura.

Rakha mengepalkan tangannya, marah pada ketidakadilan yang dirasakannya. "Kalau memang kamu mencintainya, kenapa kamu memilih untuk menyakitinya seperti ini? Ini bukan cinta, ini obsesi."

"Jangan sok tahu, Rakha!" pria itu mendekat, matanya berkobar dengan api kemarahan yang terpendam. "Kamu tidak tahu bagaimana rasanya melihat orang yang kamu cintai memilih orang lain-memilihmu! Setiap hari aku melihat dia tersenyum padamu, tertawa bersamamu, sementara aku hanya bisa berdiri di pinggir, merasakan sakit yang tak terhingga. Dan sekarang, aku sudah terlalu jauh. Tidak ada jalan kembali."

Rakha menggelengkan kepalanya, matanya dipenuhi dengan rasa iba dan kemarahan yang tertahan. "Kamu bisa saja menghancurkan semuanya, tapi kamu tidak akan pernah mendapatkan yang kamu inginkan. Karena cinta yang dipaksakan bukanlah cinta. Itu hanya ilusi."

Pria itu tertawa sinis. "Kamu pikir kata-katamu bisa mengubah apa pun? Ini bukan tentang cinta lagi, Rakha. Ini tentang keadilan. Keadilan untuk semua rasa sakit yang kamu timbulkan-sadar atau tidak sadar."

Rakha menatap pria itu dalam-dalam, melihat seseorang yang pernah menjadi temannya kini berubah menjadi musuh terbesar. Sebuah tekad mulai terbentuk dalam hatinya. Dia tidak akan membiarkan pria ini menghancurkan hidupnya dan Naura.

"Aku akan memastikan kamu tidak akan pernah menyentuh Naura lagi," ucap Rakha dengan suara tenang namun penuh dengan kekuatan yang baru ditemukan. "Apapun yang terjadi, aku akan melindungi dia. Kamu sudah terlalu jauh."

Pria itu menyipitkan matanya, senyum tipis masih menghiasi bibirnya. "Kita lihat saja, Rakha. Kita lihat siapa yang akan menang di akhir cerita ini."

Rakha tidak menjawab. Dia tahu bahwa pertarungan ini belum berakhir. Tapi satu hal yang pasti, dia tidak akan membiarkan siapa pun, bahkan seseorang yang pernah dia anggap teman, merusak kebahagiaan yang telah dia bangun dengan Naura. Dengan tekad yang semakin kuat, Rakha berbalik, meninggalkan pria itu untuk mempersiapkan langkah berikutnya. Pertarungan baru saja dimulai, dan Rakha akan memastikan bahwa cinta dan kebenaran akan menjadi pemenangnya.

Rakha merobek bungkus yang awalnya ia kira adalah Naura, jantungnya berdetak kencang saat akhirnya melihat wajah yang tersembunyi di baliknya.

"Astaga, Bulan?" desis Rakha, terkejut.

Bulan menahan rasa sakit, wajahnya meringis saat Rakha akhirnya berhasil melepas semua ikatan yang menjerat tubuhnya. "Aku... aku baik-baik saja, Pak, tapi Naura nggak ada di sini," ucap Bulan dengan suara lemah.

Rakha membalikkan tubuhnya, langsung menatap tajam ke arah pria yang telah menculik Bulan. "Katakan di mana Naura!" bentaknya, suaranya penuh dengan kemarahan dan kekhawatiran.

Pria itu hanya tersenyum sinis, tatapannya penuh dengan ejekan. "Rakha, Rakha... kau benar-benar bodoh, ya? Apa kau benar-benar mengira aku akan membawa Naura ke sini dan membuatnya begitu mudah ditemukan olehmu?"

MAS RAKHA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang