Setelah Naura selesai melaksanakan sholat, ia kembali ke samping tempat tidur Rakha. Matanya yang sembab langsung tertuju pada jari-jari Rakha yang mulai bergerak pelan. Hatinya berdebar, campuran antara harapan dan ketakutan membanjiri dirinya. Perlahan, mata Rakha yang tadinya terpejam rapat mulai terbuka.
Yang pertama kali pria itu lihat adalah sosok wanita yang selalu ada di dalam mimpi-mimpinya—wanita yang tak asing namun seolah jauh dari jangkauan kesadarannya. Naura, dengan wajah yang pucat namun penuh cinta, menatapnya dengan harapan yang tak terucapkan.
"Hei Rakha, sayang, kamu sadar?!" Naura mendekat, suaranya penuh haru dan lega.
Rakha mengerutkan alis, tampak bingung dan lemah. "Aku... di mana?" tanyanya, suaranya serak dan nyaris berbisik.
"Kamu di rumah sakit, sayang. Ada yang sakit nggak? Apa yang kamu rasain?" tanya Naura, mendekat lebih lagi, tangannya dengan lembut menyentuh dahi Rakha yang masih terasa hangat.
"Badan aku sakit semua..." keluh Rakha, suaranya bergetar, menunjukkan betapa lemahnya kondisi tubuhnya.
"Tenang, aku panggil dokter sekarang, ya!" ujar Naura cepat-cepat, hampir berdiri untuk mencari bantuan. Namun tiba-tiba, tangan Rakha yang lemah mencengkeram tangannya, mencegahnya pergi.
"Tunggu!" Rakha menahan Naura, meskipun tenaganya lemah, genggamannya terasa mendesak.
Naura menatapnya, heran dan khawatir. "Ada apa, sayang? Kamu butuh sesuatu?" tanyanya dengan penuh perhatian.
Namun Rakha tak menjawab seketika. Ia menatap Naura dengan tatapan bingung, seolah mencoba mengingat sesuatu yang penting, tapi gagal. "Kenapa aku ada di sini?" tanyanya dengan suara parau, penuh kebingungan. "Dan... kamu siapa?"
Pertanyaan itu seperti petir di siang bolong bagi Naura. Dunia seakan berhenti berputar saat kata-kata Rakha menembus hatinya. Naura terpaku, tatapannya tak lepas dari wajah suaminya. Dia? Siapa? Naura tercekat, tak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.
"Maksud kamu apa Rakha... ini aku, Naura. Istrimu," jawab Naura, suaranya bergetar, berusaha keras menahan tangis.
Namun, tatapan Rakha tetap kosong, seolah kata-kata Naura tak memicu ingatan apapun di benaknya. "Istriku?" ulangnya, suaranya penuh kebingungan. "Aku... aku tidak ingat..."
Saat itu, Naura merasa jantungnya hancur berkeping-keping. Rasa lega karena Rakha sadar kini berganti menjadi rasa takut yang luar biasa. Bagaimana mungkin Rakha tidak mengenalnya? Bagaimana mungkin pria yang begitu dicintainya tak lagi mengingatnya?
Air mata Naura yang sedari tadi ia tahan akhirnya jatuh. "Ya Allah, Rakha...," bisiknya penuh harap, "ini aku, Naura. Aku istrimu... Kita punya janji, ingat? Kamu janji nggak akan ninggalin aku...”
Namun Rakha hanya bisa menatap Naura dengan pandangan kosong. Kepalanya terasa berat, pikirannya kacau. Ia tahu ada yang salah, tapi tak bisa mengingat apa itu.
Naura dengan hati-hati menarik tangan Rakha dan meletakkannya di perutnya yang mulai membesar. "Kamu ingat kan? Ini anak kita, Rakha," ucapnya penuh harap, suaranya bergetar, mencoba mengembalikan ingatan suaminya.
Rakha mengerutkan dahi, matanya berusaha menelusuri kembali potongan-potongan ingatan yang terasa buram. Namun, tiba-tiba rasa sakit di kepalanya menjalar begitu tajam. Dia mengerang, melepaskan genggaman tangan Naura dan memegang kepalanya dengan kedua tangan. "Aaaghh! Sakit... kepala aku..."
Panik melihat suaminya kesakitan, Naura langsung bergegas bangkit. "Rakha, tunggu! Aku panggil dokter!" teriaknya, segera berlari keluar ruangan.
Naura berlari ke meja perawat, napasnya tersengal-sengal. "Dokter! Tolong, suami saya, dia nggak bisa ingat apa-apa dan sekarang kepalanya sakit!" ujarnya dengan cemas.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS RAKHA
Teen FictionGadis ini Bernama Amala Naura Azzahra Seorang gadis penuh keceriaan,penuh impian, Naura paling bisa Gadis yang sangat amat handal dalam menyembunyikan kesedihannya, kesakitannya, Naura si pencari suasana siapapun yang baru mengenal nya akan disambut...