Dalam beberapa bulan setelah Naura dinyatakan mengandung, Rakha semakin menunjukkan betapa protektif dan pedulinya terhadap istrinya. Setiap detil kecil tentang kesehatan Naura menjadi perhatian utamanya, mulai dari makanan yang Naura konsumsi hingga memastikan aktivitas sehari-hari yang dilakukan istrinya tetap aman.
Pagi itu, Naura berdiri di depan kaca, tangannya dengan lembut membelai perutnya yang kini mulai membuncit. Senyum hangat terlukis di wajahnya, penuh cinta dan kebahagiaan yang sulit disembunyikan. "Hai, Rakha Junior... sehat-sehat terus ya, sayang. Sampai nanti kamu lahir, Papah dan Mamah akan menyambutmu dengan penuh cinta dan kebahagiaan," bisiknya penuh haru, matanya berbinar saat membayangkan kehadiran anak mereka.
Tak lama kemudian, Rakha masuk ke dalam kamar, senyumnya mengembang melihat pemandangan istrinya berbicara dengan bayi mereka. "Dan papah di sini untuk memastikan kamu lahir dengan bahagia, sayang," ujar Rakha sambil menghampiri Naura dan memeluknya dari belakang, tangannya ikut membelai perut Naura dengan penuh sayang.
Naura tertawa kecil, merasa hangat dengan kehadiran Rakha yang selalu ada di sisinya. "Hari ini kita akhirnya bisa tahu jenis kelamin bayi kita. Kira-kira kamu mau anak pertama ini perempuan atau laki-laki?" tanya Rakha dengan nada penasaran.
Naura berpikir sejenak, lalu menjawab sambil tersenyum. "Aku pengennya laki-laki."
Rakha mengerutkan kening, sedikit terkejut. "Kenapa laki-laki?"
Sambil terus mengelus perutnya, Naura menjelaskan, "Karena kalau anak pertama laki-laki, dia bisa jaga adik-adiknya dan jadi pengawal untuk ibunya. Rasanya aman kalau ada yang jagain kita nanti." Ia tertawa kecil, merasa yakin dengan jawabannya.
Rakha tersenyum mendengar alasan Naura, namun dengan nada manis ia menjawab, "Aku sih mau anak perempuan."
Naura mengangkat alis, tertawa geli. "Oh ya? Kenapa perempuan?"
Rakha mendekatkan wajahnya ke leher Naura, berbisik lembut, "Biar di rumah ini ada dua bidadari. Kamu, dan anak kita. Kebayang, kan? Dua perempuan tercantik dalam hidupku, yang bakal aku lindungi dengan sepenuh hati."
Naura tertawa pelan, merasa hatinya menghangat mendengar kata-kata Rakha. "Ah, kamu memang selalu tahu cara bikin aku terharu."
Mereka saling menatap, seolah berbagi rahasia yang hanya mereka berdua yang tahu. Di tengah kebahagiaan itu, mereka tahu bahwa apapun jenis kelamin anak mereka, cinta mereka akan tetap utuh dan kuat.
📍 Rumah Sakit - Dokter Kandungan
Naura dan Rakha tiba di rumah sakit dengan perasaan campur aduk antara gugup dan bersemangat. Mereka duduk di ruang tunggu, tangan Rakha tak henti-hentinya menggenggam erat tangan Naura, seakan ingin memastikan semuanya baik-baik saja.
Setelah beberapa saat, nama Naura dipanggil, dan mereka masuk ke dalam ruangan dokter kandungan. Sang dokter, seorang wanita berwajah ramah, menyambut mereka dengan senyuman.
"Selamat pagi, apa kabar?" tanya dokter sambil melihat file medis Naura.
"Pagi, Dok. Alhamdulillah, sehat," jawab Naura sambil tersenyum gugup.
"Baik, Naura dan Rakha, hari ini kita akan melakukan pemeriksaan rutin, ya. Termasuk USG untuk melihat perkembangan janin dan mengetahui jenis kelaminnya," ujar dokter.
Naura berbaring di tempat tidur pemeriksaan. Rakha tetap berada di sampingnya, tak melepaskan genggaman tangan istrinya. Dokter mulai mengoleskan gel dingin di perut Naura dan menempelkan transduser USG.
Beberapa detik kemudian, layar di depan mereka menampilkan gambar samar bayi mereka. Suara detak jantung yang kuat dan cepat mulai terdengar, membuat Rakha dan Naura terdiam penuh haru.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS RAKHA
Dla nastolatkówGadis ini Bernama Amala Naura Azzahra Seorang gadis penuh keceriaan,penuh impian, Naura paling bisa Gadis yang sangat amat handal dalam menyembunyikan kesedihannya, kesakitannya, Naura si pencari suasana siapapun yang baru mengenal nya akan disambut...