"Nanti aku jelasin semuanya, sayang. Sekarang yang penting kamu istirahat dulu, makan sesuatu, dan isi tenaga kamu," ujar Naura, suaranya lembut tapi tegas. Matanya menatap Rakha dengan penuh cinta dan kekhawatiran yang mendalam. "Begitu kita sampai di Jakarta, kita langsung ke rumah sakit untuk cek kondisi kamu, ya."
Rakha mengangguk pelan, terlihat lelah namun berusaha tersenyum menenangkan istrinya.
Satu jam kemudian, suara baling-baling helikopter mulai terdengar mendekat. Naura mengangkat kepalanya, melihat helikopter mendarat di tanah lapang tak jauh dari tempat mereka berdiri. Dari kejauhan, Naura mengenali dua sosok yang familiar—Adara dan Afan—turun dari helikopter dengan wajah penuh kecemasan yang berangsur berubah menjadi kelegaan.
"Rakha!" teriak Afan, berlari menghampiri Rakha dengan langkah tergesa-gesa. Begitu berada di depan temannya, tanpa berpikir dua kali, Afan memeluk Rakha erat, seolah memastikan bahwa sosok di depannya benar-benar nyata.
"Rakha, gue bener-bener lega banget, lo masih hidup!" serunya dengan suara serak, matanya tampak berkaca-kaca.
Rakha terkejut sesaat, namun senyumnya merekah, merasakan kehangatan pertemanan yang begitu lama dirindukan. "Gue juga, Fan. Gue nggak nyangka bakal ketemu lo lagi."
Afan mendadak tersadar dan melepaskan pelukannya, wajahnya berubah canggung. "Maaf, gue refleks... terlalu emosional," ucapnya dengan tawa kecil yang menutupi rasa malunya.
Rakha tertawa lemah, matanya memancarkan kelegaan dan rasa terima kasih. "santai aja kali gue seneng Lo datang ke sini"
Adara mendekati Naura, merangkul sahabatnya dengan air mata bahagia. "gausah nangis lagi Rakha yang asli disini!"
“Afan, tolong bawa Rakha ke helikopter duluan, ya. Aku masih ada sedikit urusan di sini. Nanti aku nyusul,” ujar Naura dengan lembut, namun tegas.
Afan mengangguk sambil menepuk pundak Rakha, memberi isyarat agar mereka bergerak ke helikopter. “Oke, Naura. Hati-hati, ya,” ujarnya sebelum membantu Rakha berjalan perlahan.
Setelah memastikan Rakha dan Afan menjauh, Naura berbalik dan menghampiri ibu pemilik warung yang sebelumnya memberikan mereka makanan dan perlindungan. Ia merogoh tasnya, mengeluarkan sejumlah uang yang cukup besar dan menyerahkannya kepada sang ibu.
“Ibu, ini sebagai ucapan terima kasih karena sudah membantu kami tadi. Saya harap ibu tidak menolak,” kata Naura dengan senyum tulus.
Mata ibu warung membulat, tampak terkejut melihat jumlah uang yang disodorkan padanya. “Lho, Mbak, ini banyak sekali! Nggak perlu, saya senang bisa membantu,” jawab ibu itu dengan nada ragu, tangannya gemetar.
Naura menggelengkan kepala pelan, senyumannya semakin lembut. “Tolong diterima, Bu. Anggap ini sebagai rasa terima kasih saya dan suami. Saya juga ingin uang ini bisa digunakan untuk membantu desa ini, untuk pembangunan dan kebutuhan warga di sini. Mohon disalurkan kepada yang membutuhkan.”
Ibu warung akhirnya mengangguk, matanya berkaca-kaca karena terharu. “Terima kasih banyak, Mbak. Ini benar-benar berkah buat kami semua di desa ini.”
Naura menatap ibu itu dengan penuh rasa haru, merasakan hangatnya solidaritas di tengah krisis. “Semoga desa ini bisa semakin maju dan sejahtera, Bu. Terima kasih lagi atas kebaikan ibu.”
Setelah berpamitan, Naura berjalan kembali menuju helikopter dengan hati yang lega, siap membawa Rakha pulang.
📍 Rumah Sakit
Naura duduk di ruang tunggu rumah sakit dengan gelisah, jari-jarinya saling meremas satu sama lain. Wajahnya dipenuhi kekhawatiran saat dokter keluar dari ruang pemeriksaan dengan wajah tenang namun serius.
KAMU SEDANG MEMBACA
MAS RAKHA
Fiksi RemajaGadis ini Bernama Amala Naura Azzahra Seorang gadis penuh keceriaan,penuh impian, Naura paling bisa Gadis yang sangat amat handal dalam menyembunyikan kesedihannya, kesakitannya, Naura si pencari suasana siapapun yang baru mengenal nya akan disambut...