Taruhan yang tak Seimbang (GitChik)3

224 39 3
                                    

---












3

**Kekalahan Telak**

Matahari pagi itu terasa lebih terik dari biasanya, seakan turut merasakan ketegangan yang memenuhi udara di halaman sekolah. Hari pemilihan ketua OSIS akhirnya tiba. Siswa-siswi berkumpul dengan penuh semangat, mereka bergosip, bersorak, dan mendiskusikan siapa yang akan menang.

"Chik, lo udah siap?" Ashel berbisik ke Chika yang berdiri di sampingnya.

Wajah Chika terlihat pucat, bukan karena dia nggak siap, tapi karena rasa tegang yang nggak bisa dihindarinya.

"Gue... ya, gue siap," jawab Chika ragu. Sebenarnya, dia nggak yakin dengan jawabannya sendiri.

Saat upacara dimulai, Kepala Sekolah melangkah ke podium dengan langkah yang mantap. "Anak-anak, hari ini kita akan mengumumkan hasil pemilihan ketua OSIS. Saya harap kalian semua bisa menerima hasil ini dengan lapang dada, karena ini adalah keputusan bersama dari seluruh siswa."

Chika menarik napas dalam-dalam. Dia mencoba menenangkan detak jantungnya yang terasa semakin kencang.

"Kandidat pertama, Gita Andarini!"

Tepuk tangan bergema dengan keras. Hampir seluruh siswa bersorak dan bertepuk tangan untuk Gita, cowok yang dari awal udah diprediksi bakal menang telak.

Chika menunduk, merasakan rasa panas di pipinya. Dia tahu, dia nggak punya peluang untuk menang melawan Gita.

Kepala Sekolah melanjutkan dengan suara tegas, "Dan kandidat kedua, Yesicca Tamara."

Tepuk tangan yang terdengar jauh lebih pelan. Ashel dan Jessi berusaha untuk bersorak sekeras mungkin, tapi tetap saja, perbedaannya terasa sangat mencolok.

"Kandidat lainnya, kita apresiasi atas partisipasinya dalam pemilihan ini," lanjut Kepala Sekolah. "Dan sekarang, mari kita umumkan hasil pemilihan..."

Seluruh halaman sekolah hening sejenak, semua mata tertuju ke arah Kepala Sekolah.

"Dengan perolehan suara terbanyak, Gita Andarini terpilih sebagai Ketua OSIS baru kita!"

Sekolah langsung menjadi riuh. Para pendukung Gita bersorak-sorai, sementara Chika hanya bisa berdiri kaku. Suara tepuk tangan dan sorakan semakin keras, tapi yang dia dengar hanyalah detak jantungnya yang bergemuruh di telinganya.

"Ashel, gue cuma dapet suara 20 orang?" Chika berbisik dengan suara pelan, nyaris tak terdengar.

"Chik..." Jessi menepuk bahu Chika dengan lembut, berusaha memberi dukungan.

"Itu bukan salah lo. Lo udah berusaha keras."

Tapi Chika nggak bisa menahan rasa malunya. Semua perjuangan, semua usahanya, rasanya sia-sia. Apalagi, dia bahkan nggak ada di peringkat kedua. Malah dia ada di peringkat terakhir di antara para kandidat lainnya.

Setelah upacara selesai, para siswa mulai bubar. Chika berusaha berjalan cepat, berharap bisa segera pergi dari keramaian.

Tapi, sebelum dia berhasil menghindar, Gita tiba-tiba muncul di depannya, menghalangi jalannya.

"Gue nggak nyangka lo bakal kalah segitu telaknya, Chik," kata Gita dengan senyum jahilnya. Ada kilatan kemenangan di matanya, dan itu bikin Chika semakin kesal.

Chika berusaha mengabaikannya dan melangkah pergi, tapi Gita nggak membiarkannya begitu saja. "Eits, jangan buru-buru kabur dong. Kita kan belum selesai."

Chika berhenti dan menatap Gita dengan tatapan dingin. "Apa lagi sih, Git? Lo udah menang. Lo puas kan?"

Gita cuma ketawa kecil, seolah-olah semua ini cuma permainan buat dia. "Jangan gitu dong, Chik. Gue cuma mau ngucapin selamat. Meskipun lo kalah, tapi lo tetep dapet suara, kan?"

Short Stories GITA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang