Gita dan Manjanya (GitShel)

334 50 6
                                    






Gitshel

# Kepolosan yang Menggoda

Sore itu, di sebuah cafe kampus yang ramai, Gita duduk bersama kelompok kakak tingkatnya sambil sesekali melirik jam tangannya. Ia tahu sebentar lagi Ashel, kekasihnya yang masih semester tiga, akan datang bersama teman-temannya untuk mengerjakan tugas kelompok di meja sebelah. Gita sudah hapal betul - di mana ada Ashel, di situ akan ada momen-momen yang membuat jantungnya berdebar tidak karuan.

"Kak Gitaaaaa!" suara riang itu memenuhi café, membuat beberapa pengunjung menoleh.

Ashel melenggang masuk dengan anggun, rok tennis putihnya berayun lembut mengikuti langkahnya yang ringan. Di belakangnya, Jessi dan Chika - dua sahabat setianya - terkikik melihat bagaimana Gita langsung menegakkan punggungnya begitu mendengar suara kekasihnya.

"Kok nggak bilang mau ke sini?" Ashel menghampiri meja Gita, bibirnya mengerucut lucu.

"Kamu yang nggak baca chat aku dari tadi," Gita tersenyum tipis, tangannya refleks merapikan anak rambut Ashel yang sedikit berantakan.

"Cieeee..." sorakan dari kedua meja terdengar bersamaan.

"Eh iya, Kak! Tadi aku beli bubble tea yang baru itu lho," Ashel mengangkat minumannya dengan semangat. "Yang katanya best seller. Rasanya enak banget, manis-manis gimana gitu. Coba deh!"

Gita hendak mengambil minuman itu, tapi gerakan tangan Ashel terhenti. "Tapi... sedotannya udah aku emut-emut dari tadi sih..."

Mendadak suasana café menjadi hening. Jessi dan Chika saling melirik dengan senyum tertahan, sementara teman-teman Gita mulai terbatuk-batuk menahan tawa.

"Ashel..." Gita berdehem, berusaha menjaga wibawanya sebagai kakak tingkat. "Mungkin pilihan katanya bisa-"

"Kenapa sih, Kak?" Ashel memiringkan kepalanya dengan polos. "Kan emang aku suka banget ngulum-ngulum sedotan kalau lagi mikir. Kebiasaan dari kecil!"

Wajah Gita semakin merah, tangannya cepat-cepat menutup mulut Ashel. "Udah, udah. Kakak pesen sendiri aja nanti."

Tawa yang sedari tadi ditahan akhirnya meledak. Chika sampai tersedak minumannya sendiri, sementara Jessi sibuk mengipasi wajahnya yang memerah karena tertawa.

"Lho, aku salah ngomong ya?" Ashel melepaskan tangan Gita dari mulutnya. "Oh! Atau Kakak mau pake sedotan baru aja? Aku minta sama mbaknya-"

"Nggak usah!" Gita cepat-cepat menyelak. "Kamu duduk aja sana, kerjain tugasnya. Nanti kakak yang beliin minuman buat kamu lagi."

Ashel tersenyum lebar, "Ih Kakak baik banget! Tapi yang ini aja dulu deh, belum abis. Lagian aku suka banget ngisep-ngisep boba-nya..."

"ASHEL!"

Kali ini Gita benar-benar harus menarik Ashel menjauh dari kerumunan yang sudah tidak bisa menahan tawa mereka. Di tengah hiruk pikuk itu, terdengar suara Chika yang setengah berbisik pada Jessi.

"Duh, kasian banget ya Kak Gita... tiap hari harus nahan iman gini..."

Mereka menghabiskan sore itu dengan Gita yang terus berusaha mengalihkan pembicaraan setiap kali Ashel mulai berbicara dengan kepolosannya yang 'berbahaya'. Sesekali terdengar tawa tertahan dari meja sebelah saat Ashel dengan santainya mengeluarkan komentar-komentar yang membuat Gita harus ekstra keras mengendalikan diri.

"Kak, kok dari tadi kakak keliatan tegang banget sih?" Ashel bertanya dengan nada khawatir saat mereka sedang berdua.

Gita menghela napas panjang. "Nggak papa, cuma... kamu tuh ya..."

Short Stories GITA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang