Cemburu (Gitkath) 1

476 35 1
                                    









1

### Awal yang Tak Terduga

Di suatu siang hari yang cerah, saat bel istirahat pertama berbunyi, geng Kathrina yang terdiri dari Marsha, Ashel, dan indah berjalan menuju kantin sekolah. Mereka berbincang dengan riang, membahas tugas sekolah dan kegiatan ekstrakurikuler. Namun, saat mereka tiba di kantin dan duduk di meja favorit mereka, sesuatu yang tak biasa menarik perhatian mereka.

Kathrina, yang biasanya cerewet dan hyper aktif, duduk dengan tenang, terlihat sangat berbeda dari biasanya. Teman-temannya saling pandang dengan heran. Kathrina yang biasanya tak pernah berhenti bicara, kini duduk diam sambil mengaduk-aduk jus jeruknya.

Marsha, yang paling penasaran, akhirnya memberanikan diri bertanya, "Tin, kenapa lo? Kok jadi kalem gini? Dan kok diliat-liat, lo udah gak ngejar Kak Gita lagi?"

Kathrina mengangkat bahunya dengan santai. "Kagak, biasa aja. Soal si kulkas itu, lupakan aja. Udah bosen gue."

Ashel menatapnya dengan mata menyipit. "Bosen? Lo gak pernah bosen sama hal-hal seru, Tin. Apalagi sama ngejar Gita. Apa yang sebenernya terjadi?"

Kathrina menghela napas, mencoba untuk tidak terlihat terlalu tertarik. "Serius, gak ada apa-apa. Gue cuma capek aja."

Teman-temannya masih tidak percaya. Jawaban Kathrina membuat mereka tercengang. Tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar. Kathrina yang selalu mengidolakan Gita, kakak kelas yang terkenal dingin dan cuek, tiba-tiba mengatakan kalau dia sudah bosan.

Suasana kantin semakin ramai. Tiba-tiba, seorang siswa dari kelas lain, Ella, datang mendekati meja mereka. Ella, yang selama ini diketahui teman-teman Kathrina, menyimpan perasaan pada Kathrina meskipun sudah beberapa kali ditolak. Dia meminta izin untuk duduk di samping Kathrina dan diangguki oleh Kathrina tanpa banyak bicara.

Marsha, masih dengan rasa penasaran, bertanya pada Ella, "Ella, lo gak bosen ngejar Kathrina, padahal udah ditolak berkali-kali?"

Ella hanya tersenyum tipis. "Gak ada yang salah dengan berharap, Marsha. Lagipula, siapa tahu kali ini gue bisa ngubah pikiran Kathrina."

Teman-temannya semakin heran. Mereka mulai berbisik-bisik, "Apa jangan-jangan Kathrina udah move on dari Kak Gita? Trus coba menerima si Ella?"

Namun, suasana menjadi lebih mengejutkan ketika seorang lagi berjalan mendekati Kathrina. Orang itu meletakkan sebuah minuman dingin di meja Kathrina tanpa berkata apapun. Kathrina hanya menatap wajah orang itu dan menjawab, "Hmm." dengan nada datar.

Orang itu pun pergi tanpa berkata sepatah kata pun. Ketika teman-teman Kathrina melihat lebih dekat, mereka terkejut melihat bahwa orang itu adalah Gita.

Gita, yang dikenal sebagai kakak kelas yang dingin dan tak peduli dengan cinta, terlihat cemburu. Tindakan Gita yang memberikan minuman kepada Kathrina membuat mereka bertanya-tanya, apakah ada sesuatu yang lebih dari sekedar ketidakpedulian yang selama ini Gita tunjukkan?

Marsha, yang penasaran, akhirnya berbisik pada Kathrina, "Tin, itu tadi Gita kan? Kok dia ngasih minuman buat lo?"

Kathrina hanya mengangkat bahu lagi, "Gak tau, Sha. Aneh emang orangnya."

Ashel menambahkan, "Mungkin dia mulai tertarik sama lo, Tin."

Kathrina tertawa kecil, "Gak mungkinlah. Dia kan selalu cuek."

Di sisi lain kantin, Gita duduk bersama Oniel, Olla, dan Adel. Mereka memperhatikan dari kejauhan, sambil berbisik-bisik. Oniel dengan ciri khasnya mencoba menggoda Gita, "Bro, kalau cemburu tuh jangan minumannya yang dingin, hatinya juga butuh minum air hangat biar hangat juga."

Olla yang langsung menimpali, "Gita, lo beneran suka sama Kathrina, ya? Jangan denial gitu deh."

Adel, hanya tertawa kecil, "Gak nyangka lo, Gita. Ternyata si kulkas dua pintu bisa panas juga."

Gita hanya menggelengkan kepala, tapi dalam hati, dia tahu bahwa perasaannya terhadap Kathrina mulai berubah. Kathrina, yang dulu dia anggap hanya sebagai bocah kematian, kini membuat hatinya bergetar setiap kali melihatnya.

Dengan banyak pertanyaan di kepala mereka, baik geng Kathrina maupun geng Gita mulai menyadari bahwa hubungan di antara mereka mulai berkembang dengan cara yang tak terduga. Dan mungkin, di balik semua kehebohan dan canda tawa, ada benih-benih cinta yang mulai tumbuh di hati mereka.

### Kegelisahan di Balik Ketenangan

Gita duduk di bangku taman sekolah, menghadap lapangan basket yang kosong. Pandangannya kosong, seakan-akan sedang berusaha memahami perasaannya sendiri. Selama ini, dia selalu menganggap Kathrina hanya sebagai bocah kematian yang selalu ribut dan mengganggu ketenangannya. Namun, sejak Kathrina dan dirinya terjadi suatu hal, Gita menjadi aneh sendiri.

"Apa yang salah dengan gue?" gumamnya pelan.

Pikiran Gita melayang ke kejadian di kantin beberapa hari lalu. Kathrina yang biasanya cerewet dan selalu menggoda, tiba-tiba menjadi sangat kalem. Dan yang lebih membuatnya gelisah adalah kehadiran Ella yang semakin dekat dengan Kathrina.

Gita tahu bahwa Ella sudah lama menyukai Kathrina. Tapi melihat mereka bersama membuat hatinya terasa sesak. Dia tidak bisa lagi mengabaikan perasaan itu. Dia harus melakukan sesuatu, tapi apa?.

Keesokan harinya, Gita datang ke sekolah seperti biasa dia merasa beruntung karna dia bisa melihat Kathrin dipagi inim

"Pagi Kath," sapa Gita dengan nada yang dibuat setenang mungkin.

Kathrina mengangkat alis, terkejut melihat Gita menyapanya. "Pagi, Kak Gita," jawabnya singkat, lalu berjalan masuk.

Gita merasa sedikit kecewa, tapi dia tidak menyerah.

Saat jam istirahat, Gita kembali ke kantin. Dia melihat Kathrina sedang duduk dengan Ella. Rasa cemburu kembali menyergapnya, tapi dia berusaha tetap tenang. Untuk kedua kalinya, Dia memesan minuman dingin dan dengan percaya diri berjalan ke meja Kathrina.

"Nih, minuman" kata Gita sambil meletakkan minuman di depan Kathrina.

Kathrina hanya menatapnya, lalu berkata, "Makasih!" dengan nada datar.

Gita kembali ke mejanya dengan perasaan campur aduk. Dia merasa usahanya sia-sia, tapi dia tidak ingin menyerah.

Namun, Kathrina tetap cuek dan tak banyak bicara. Setiap kali Gita mendekati Kathrina, Ella selalu ada di sana. Rasa gengsi Gita membuatnya sulit untuk langsung mengungkapkan perasaannya.















Bersambung...

Short Stories GITA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang