Gita dan Manjanya (Marsha)

888 72 12
                                        




















# Diam-Diam Suka

Sore itu, langit Jakarta mulai menggelap. Awan kelabu bergulung-gulung di atas gedung-gedung pencakar langit, menandakan hujan akan segera turun. Di sebuah kafe kecil di sudut kota, Marsha duduk sendirian, jemarinya mengetuk-ngetuk meja dengan gelisah. Matanya terus melirik ke arah pintu masuk, menunggu seseorang.

"Kak Gita mana sih? Kok lama banget?" gumamnya pelan, bibir mungilnya mengerucut kesal.

Tepat saat itu, pintu kafe terbuka. Seorang pemuda tinggi dengan rambut hitam acak-acakan melangkah masuk. Matanya yang tajam langsung menangkap sosok Marsha.

"Kak Gita!" seru Marsha riang, tangannya melambai penuh semangat.

Gita hanya mengangguk pelan, langkahnya tenang menghampiri meja Marsha. Tanpa banyak bicara, ia menarik kursi dan duduk di hadapan gadis itu.

"Maaf telat," ujarnya singkat.

Marsha menggeleng cepat, senyumnya merekah lebar. "Gak apa-apa kok, Kak! Yang penting Kakak dateng. Aku udah pesen minuman buat Kakak nih, kopi hitam kan?"

Gita mengangguk lagi, tatapannya sekilas tertuju pada secangkir kopi yang mengepul di hadapannya.

"Makasih," ucapnya pelan.

"Sama-sama, Kak!" balas Marsha ceria.

Ia lalu mulai berceloteh tentang harinya, tentang kuliahnya, tentang apapun yang terlintas di pikirannya. Gita hanya mendengarkan dalam diam, sesekali mengangguk atau bergumam pelan.

Tanpa Marsha sadari, mata Gita tak pernah lepas darinya. Ia memperhatikan bagaimana mata Marsha berbinar saat bercerita, bagaimana tangannya bergerak lincah mengiringi kata-katanya, bagaimana senyumnya selalu hadir di wajahnya yang manis.

"Terus Kak, tadi di kelas..." Marsha tiba-tiba berhenti bicara. Matanya menatap ke luar jendela. "Eh, Kak! Udah mulai gerimis tuh!"

Gita menoleh, melihat tetesan air mulai membasahi kaca jendela kafe. Tanpa berkata apa-apa, ia merogoh tasnya dan mengeluarkan sebuah payung lipat kecil.

Marsha tertegun. "Loh, Kak Gita bawa payung?"

Gita hanya mengangkat bahu. "Tadi liat prakiraan cuaca."

Marsha tertawa kecil. "Aduh, Kak Gita mah emang selalu siap sedia ya. Beda sama aku yang pelupa ini."

Gita tidak menjawab, tapi sudut bibirnya sedikit terangkat. Ia menyesap kopinya perlahan, sementara Marsha kembali berceloteh riang.

Di luar, hujan mulai turun lebih deras. Namun di dalam kafe yang hangat itu, waktu seolah berjalan lebih lambat. Dua anak manusia, begitu berbeda namun saling melengkapi, tenggelam dalam dunia mereka sendiri.

## Sentuhan Kecil

Minggu pagi yang cerah. Taman kota dipenuhi orang-orang yang ingin menikmati udara segar. Di antara kerumunan itu, Gita berjalan dengan langkah santai, tangannya dimasukkan ke dalam saku celana jeans-nya.

"Kak Gita!"

Suara riang yang familiar itu membuat Gita menoleh. Marsha berlari kecil ke arahnya, rambut panjangnya yang diikat ekor kuda berayun-ayun mengikuti langkahnya.

"Pagi, Meng," sapa Gita singkat.

Marsha tersenyum lebar. "Pagi, Kak! Wah, tumben nih Kakak jalan-jalan pagi gini."

Gita hanya mengangkat bahu. "Cuma pengen aja."

"Boleh aku temenin?" tanya Marsha, matanya berbinar penuh harap.

Short Stories GITA KUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang