**Pengakuan dan Perpisahan**
Pagi itu, suasana di kantor terasa lebih sunyi dari biasanya. Gita memasuki ruangannya dengan langkah perlahan, membawa serta perasaan berat yang selama ini menghantui pikirannya. Dia tahu hari ini adalah hari yang penting, hari di mana dia harus mengakhiri semuanya.
Di tangan kanannya tergenggam sebuah amplop putih, surat pengunduran diri yang telah dia siapkan dengan hati-hati. Pikirannya melayang, memikirkan semua yang telah terjadi, semua kesalahpahaman, dan semua perasaan yang tidak pernah diungkapkan.
Sementara itu, Shani duduk di kursinya, merenung dengan mata tertuju pada tumpukan dokumen di meja. Hatinya penuh dengan rasa bersalah dan kebingungan. Dia menyadari bahwa sikapnya yang keras telah melukai orang-orang di sekitarnya, terutama adiknya, Christy, dan Gita.
Meskipun dia mencoba menjaga profesionalitas, perasaannya yang kacau telah mempengaruhi keputusan-keputusannya. Saat itu, Christy mengetuk pintu dan masuk dengan senyum hangat yang biasa dia tunjukkan.
"Kak, kamu terlihat capek. Semuanya baik-baik saja?" tanya Christy, menaruh secangkir kopi di meja Shani.
Shani tersenyum tipis, "Terima kasih, Christy. Kakak hanya... banyak yang dipikirkan."
Christy duduk di kursi di depan meja Shani, memandang kakaknya dengan penuh perhatian. "Kak, kalau ada yang bisa aku bantu, jangan ragu untuk bilang, ya? Aku tahu beberapa hari ini kamu terlihat agak tegang."
Shani menghela napas, "kakak tahu, Christy. Kakak merasa bersalah karena beberapa hari terakhir aku terlalu keras padamu dan... Gita. Kakak hanya... bingung dengan perasaanku sendiri."
Christy mengerutkan kening, tidak sepenuhnya memahami maksud kakaknya. "Kak Gita? Kenapa dengan kak Gita?"
Shani menundukkan kepala, merasa canggung untuk menjelaskan semuanya. Namun, sebelum dia sempat menjawab, pintu ruangan terbuka dan Gita masuk. Dia terlihat tenang, tetapi ada ketegangan di matanya. Shani dan Christy sama-sama terdiam, merasa suasana menjadi lebih berat.
"Maaf mengganggu," kata Gita dengan suara lembut. "Saya ingin bicara sebentar dengan anda Boss."
Christy merasa tidak nyaman dengan permintaan itu, tapi dia menghormati keinginan Gita. "Baiklah, aku akan keluar dulu. Jika kalian butuh sesuatu, panggil aku."
###
Setelah Christy pergi, Gita menutup pintu dan berdiri di hadapan Shani. Untuk beberapa saat, keduanya terdiam, membiarkan keheningan mengisi ruang. Shani merasakan detak jantungnya semakin cepat, merasa ada sesuatu yang besar akan terjadi.
"Gita, ada apa?" Shani akhirnya membuka suara, suaranya penuh kekhawatiran.
Gita menarik napas dalam-dalam, berusaha menenangkan diri. "Saya ingin minta maaf, Boss. Aku merasa bahwa semua kekacauan ini adalah salahku. Aku tidak bermaksud menimbulkan masalah atau membuat suasana di kantor menjadi tidak nyaman."
Shani memandang Gita dengan tatapan bingung. "Kamu tidak salah, Gita. Aku yang harusnya minta maaf. Aku terlalu keras padamu dan Christy. Aku... aku hanya bingung dengan perasaanku sendiri."
Gita tersenyum pahit, merasa ada beban yang sedikit terangkat dari pundaknya. "Tidak, Boss. Saya yang harus bertanggung jawab. Saya sadar bahwa sikap saya telah membuat banyak orang merasa tidak nyaman. Semua perhatian yang saya berikan pada anda, itu semua... saya sepenuhnya tulus."
Shani tertegun mendengar kata-kata Gita. "Apa maksudmu?"
Gita menggigit bibirnya, merasa sulit untuk mengatakan kebenaran. "Sebenarnya, aku... aku menyukai Christy. Sejak pertama kali melihatnya, aku sudah tertarik padanya. Semua perhatian yang aku tunjukkan padamu, itu hanya karena aku ingin bisa lebih dekat dengan Christy."
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories GITA KU
Romance************BANYAK GITANYA**************** PENOKOHAN SESUAI REFERENSI MEMBER