"loh, shel?, bakso nya mana?... Masih antri?"
Ashel menoleh ke arah sumber suara.
"Itu.. bakso nya di ambil a-adel.." lirih ashel.
"Hah!... Ck ya udah kamu pegang ini biar aku pesan bakso lagi"
"Hm, makasih ya shaa"
Marsha tersenyum dan mengangguk kecil.
Ashel sadar jika banyak yg melirik dengan pandangan yg berbeda beda.
'cepetann.. dong shaa' batin ashel, ia memegang nampan berisi minuman.
Grep
Ashel melirik tangan yg menarik nampan nya, ia melirik pemilik tangan dan...'lo lagi!, brengsek banget sih!, katanya anak orang kaya, tapi hobinya maling'batin ashel melotot kan matanya kesal.
"Lepas" santai adel.
Ashel tambah greget dengan remaja di depan nya ini, bahkan hal ini mengudang perhatian seluruh siswa siswi di kantin.
"Lo mampu beli kan?, ya udah beli dong!" Tekan ashel berbisik.
"Lo juga mampu beli kan?, ya udah beli lagi lah" balas adel juga berbisik.
Ashel semakin geram melihat tingkah adel, ia bahkan meremas kuat nampan di tangan nya.
Adel yg sadar dengan kekesalan ashel, langsung menarik paksa nampan di tangan nya.
Byurr
Brukh
Habis sudah minuman itu tumpah, ashel melotot tak percaya.
"Lo apa apaan sih!" Kesal ashel.
Adel geram mendengar nada bicara ashel, ia mencengkram erat rahang ashel."berani lo sekarang sama gw?" Tekan adel.
Grep
"Udah lah, Lepasin"
Adel melepaskan tangan nya dari wajah ashel karena zee menarik nya.
"Gw udah pesan minuman, sana ke meja, udah gw taro di meja" ucap zee, mendorong tubuh adel agar kembali ke meja tempat mereka makan.
Setelah itu zee berbalik dan mengeluarkan dompet nya, ia menarik tiga lembar uang merah.
"Nih.. ganti semua nya"
Ashel masih diam membeku, setelah melihat zee pergi ashel baru lah sadar.
"Shel"
Ashel menoleh."kenapa?"
"Kamu ga papa?"panik indah dan ashel mengangguk semangat dengan senyum lebar nya.
"maaf ya ga bisa bantu.." lirih khatrina.
"Udah mendingan kita lanjut makan, yuk kak" ashel merangkul lengan indah.
"Tunggu Marsha dong" ucap indah membuat mereka terkekeh.
***
Ashel terlihat tak fokus pada guru yg sedang menjelaskan di depan.
Pikiran berkecamuk, ia terlihat murung, wajah juga terlihat kelelahan.
'ga tau kapan... Tspi dua belas bulann.. haha mustahil untuk dapatin uang dari gaji part Time ku.. kalaupun aku kerja full time.. itu juga ga akan bisa...600 juta.. di mana aku harus mendapatkan uang sebanyak itu.. apa aku harus meminjam bank?, harus ada jaminan.. rumah kami pun tidak bisa menjamin untuk uang sebanyak itu.. hufttt.. apa aku harus menghubungi juan?..'
Tringgg
Tringgg"Woi shel!" Pekik khatrina membuat lamunan ashel buyar.
"Hah?, kenapa?" Panik nya.
Marsha dan indah terkekeh melihat hal itu.
"Kamu gak mau pulang apa?" Kekeh indah.
Ashel tertawa kikuk."Emang nya udah bel?"
"Guru aja udah keluar dari tadi" jawab Marsha.
"Ck,ck kamu mikirin apa sih shel?" Tanya khatrina.
"Iya, sini cerita" sahut indah.
"Ah, ga ada, cuma ngantuk doang, ya udah aku duluan ya guys"
Ketiga temannya menatap cengo ashel yg sudah berlari meninggalkan mereka.
"Aneh tuh anak.." guman khatrina.
"Pasti ada yg dia sembunyikan dari kita" cecar indah dan di angguki stuju oleh Marsha.
***
Setelah mengganti seragam sekolah nya dengan seragam pegawai, ashel langsung membantu rekan kerja nya.
Walaupun ia di tugaskan untuk mengantar makanan dan minuman saja.
"Silahkan dinikmati.." tutur ashel ramah, setelah meletakkan minuman di Meja.
Ia kembali ke belakang untuk mengambil pesanan lain dan di antar kan ke pelanggan.
"Nih, meja no empat ya, shel"
Ashel mengangguk."ok"
Ia berjalan ke meja nomor empat dan meletakkan minuman itu dengan hati hati.
"Silahkan dinikmati.."
Di luar cafe, terlihat seorang remaja memperhatikan gerak gerik nya.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
pembully!
Teen Fictionsebuah sekolah elite yg sangat diminati banyak orang, mulai dari fasilitas, gaya belajar, lingkungan dan ekskul yg mendukung siswa tentunya. elite natio school. dari namanya semua orang sudah tau, dan itu lah yg menyebabkan semua keturunan natio yg...