30.

179 15 7
                                    

Adel melihat lemari Milik nya, tepat di bawah lemari itu ada ruang 3x3 yg di penuhi tumpukan uang hasil balapan nya.

Ia melihat segepok uang yg ada di tas kecilnya ia bingung.

"Udah penuh... Taro dimana ya"

Guman adel yg terlihat bingung ingin menempatkan uang nya di mana lagi, karena tempat penyimpanan nya sudah penuh.

Guman adel, lalu dirinya mendapat kan ide, ia meletakkan tas kecil berisi uang itu di atas lemari.

Setelah nya ia langsung rebahan di kasur dan bermain game di ponselnya.

***

Drekk..

Pintu ruang terbuka seorang pria tua,  dengan jas putih, melepaskan masker nya.

Ashel masih diam mendudukan dirinya ia tak mau mendengar ucapan apa pun itu dari dokter.

Ia terlalu takut akan kehilangan sang ayah.

"Ashel"

Panggil dokter itu, yg memang sudah kenal dengan nya.

Dengan pelan ashel berdiri dan menatap nya.

Dokter itu mengusap air mata ashel, mendapat perlakuan seperti itu ashel seketika paham.

"Hiks, hiks"

Tangis nya semakin mengeras, sesak di dada semakin menjadi, nafas nya seketika tercekat.

"Maaf kan saya...

'tidak, jangan katakan, ini pasti mimpi kan, kumohon Tolong bangun kan aku' batin ashel menolak fakta menyakitkan itu.

Ia menggelengkan kepalanya tanda menolak kenyataan itu.

Dokter menghela nafas panjang lalu mengusap kepala ashel.

"Kami telah berusaha semaksimal mungkin... Tapi tuhan berkehendak lain.. mungkin tuhan sedang merencanakan sesuatu, percaya lah"

Deg!

Ashel pov

Jantung ku berdetak kencang sesaat pikiran ku hilang prasaan hampa menghampiri ku, bahkan tanpa sadar aku lupa bernafas.

Setelah ucapan dokter itu ashel menatap kepergian nya dengan bersamaan sadar nya dia bahwa sang ibu sudah di depan nya sedari tadi.

Grep

Kedua nya berpelukan, tidak lebih tepatnya anin yg memeluk untuk saling menguatkan, rintihan, isakan, suara tangis mereka terdengar menyayat hati.

"Permisi kami akan mengurus tuan kinal"

"Ah, silah kan"

"Ashel sayang"

Ashel menoleh ke anin.

"Ayo" ajak anin.



***




Rumah minimalis, dengan cat yg sudah mulai memudar, di dalamnya terdapat banyak manusia yg bersedih.

Ashel menatap wajah anin yg berada di pelukan tetangga.

Samar² ashel bisa mendengar percakapan orang² di sana, menceritakan semua kebaikan ayah nya, yg memang baik.

"Ashel"

"Ka indah"

Ashel memeluk tubuh indah dengan erat, pecah sudah tangis nya, tubuhnya bergetar hebat, orang ² yg melihat nya ikut merasakan kesedihan nya.

"Kamu kuat!, kamu pasti bisa ngelewatin semua ini, ayo semangat ashel!" Khatrina memeluk tubuh indah dan ashel.

Ia juga berlinang airmata, bagaimana tidak?, kinal sudah ia anggap seperti orang tua nya juga.

"Ashel"

Kedatangan Marsha membuat mereka saling berpelukan.

Sedangkan zee, iya zee, Marsha datang bersama zee, ia menghampiri anin.

"Tante"

Anin menoleh.

"Az-zizi?" Tanya anin yg memang sudah lama tidak bertemu dengan zee, ia sedikit lupa bentuk wajah zee.

"Iya Tante, ini zee"

Zee meletakkan tangan anin ke pipi nya, ia sangat menyayangi anin karena saat ia kecil mereka tetangga yg begitu harmonis, hingga suatu saat anin dan keluarga nya pindah.

Setelah nya anin langsung memeluk zee dengan erat, begitu pun zee, tapi matanya zee tak lepas dari empat gadis yg sedang menguatkan sang sahabat.

"Permisi... Anin bisa kita berangkat ke pemakaman sekarang"







***




Adel melempar bola pasir ke punggung olla dengan cukup keras.

"Akhh!, anjing lo!"

Olla langsung mengepal dengan tenaga penuh pasir di tangan nya.

Wushsut..

Adel dengan cepat menghindar saat olla melempar kan bola pasir ke arahnya.

Dash!

Pas!, di kepala atau.. headshot?, tapii.. Maslah nya bukan di kepala adel, tapi oniel!, ya oniel yg baru kembali setelah membeli minuman, langsung mendapat kesialan.

"Anjing lo lla!!"
























pembully! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang