✨️
happy reading
enjoy!###
Setelah tiba di pameran seni, Gika langsung berubah menjadi sosok yang penuh energi. Wajahnya berseri-seri, matanya berbinar-binar, dan senyum lebarnya tak pernah pudar. Begitu mereka melangkah ke dalam gedung, Gika langsung mulai berbicara tanpa henti, memberi penjelasan tentang instalasi seni yang mereka lihat, sementara Nathan dengan setia mengikuti di sampingnya, meskipun sebagian besar yang dikatakan Gika terdengar seperti bahasa asing baginya.
Pameran seni itu berlangsung di sebuah galeri yang luas, dengan langit-langit tinggi dan dinding yang dipenuhi berbagai karya seni. Cahaya lembut dari lampu sorot menyoroti setiap instalasi dengan sempurna, menciptakan suasana yang hangat dan memikat. Beberapa pengunjung tampak asyik menikmati karya-karya seni yang dipamerkan, berjalan dengan tenang sambil sesekali berhenti untuk mengamati detail-detail karya tersebut.
"Mas Nathan, liat deh ini! Instalasi ini namanya Refleksi dalam Kekosongan," Gika berseru antusias sambil menarik lengan Nathan menuju sebuah karya seni besar di tengah ruangan. Instalasi itu terdiri dari cermin-cermin yang dipasang dalam berbagai sudut aneh, menciptakan pantulan-pantulan yang membingungkan dan seolah tidak pernah berakhir. "Katanya, ini menggambarkan bagaimana perasaan manusia yang seringkali terjebak dalam refleksi diri yang nggak ada habisnya, tapi sebenarnya mereka sedang berdiri di tengah kekosongan."
Nathan mengangguk-angguk, meskipun dia tidak sepenuhnya paham maksudnya. "Menarik juga, Gi."
Gika menatapnya sejenak, lalu menyipitkan mata. "Kamu nggak ngerti kan? Ngaku aja!"
Nathan terkekeh, merasa tertangkap basah. "Ya... agak-agak bingung, sih. Tapi tetep keren kok."
Gika tertawa lepas, suara tawanya yang riang menggema di ruangan itu, menarik perhatian beberapa pengunjung lain. "Ya udah, nggak apa-apa. Saya jelasin lagi deh pelan-pelan, biar kamu nggak pusing."
Dengan semangat, Gika melanjutkan penjelasannya. Dia berbicara dengan tangan yang bergerak-gerak, seolah-olah sedang menghidupkan kembali setiap karya seni yang ada di hadapannya. Ada kali ketika dia mencoba meniru pose salah satu patung modern yang terlihat aneh, membuat Nathan tidak bisa menahan tawa. Gika bahkan berpose dengan wajah serius di depan sebuah lukisan abstrak yang dipenuhi warna-warna cerah, berpura-pura menjadi kurator seni yang sedang menilai karya tersebut.
"Nah, kalau yang ini, judulnya Pelarian Warna. Liat deh, gimana mereka mengekspresikan perasaan lewat sapuan kuas yang liar ini!" Gika mulai menirukan gerakan kuas besar di udara, seperti seorang pelukis yang sedang dalam puncak kreativitas. Saking semangatnya, dia hampir kehilangan keseimbangan dan terhuyung, membuat Nathan harus cepat-cepat menangkapnya sebelum dia jatuh.
"Gikaa," Nathan memperingatkan sambil tertawa.
Gika terkikik, "Hampir aja! Tapi serius, Mas Nath lihat gimana warna-warna ini kayak berlarian keluar dari kanvas. Keren banget, kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Nathan Tjoe A On]
FanfictionNathan Tjoe A On, pria yang saat ini sudah menginjak usia 32. Status lajang masih tersemat untuknya. Hatinya belum bisa menerima perempuan lain selain sahabatnya, Kanindya Hanum Mega. Namun apa boleh buat? Mereka tidak bisa bersama karena cinta mere...