Chapter O9

439 57 25
                                    

double up nih nepatin janji

###

Di gazebo belakang rumah, Gika duduk di kursi rotan yang nyaman dengan segelas jus mangga dingin dan beberapa camilan yang menemaninya. Di depan laptopnya, layar menyala terang, memantulkan cahaya ke wajahnya yang tampak serius. Perempuan itu sedang memulai langkah pertamanya dengan melakukan riset pasar secara mendalam. Dia tahu bahwa industri kecantikan sangat kompetitif, sehingga penting untuk memahami apa yang dibutuhkan oleh pasar. Gika menghabiskan berjam-jam untuk menganalisis tren terbaru, membaca laporan industri, dan melihat apa yang sedang digemari konsumen. Dia juga mempelajari produk-produk yang ada di pasaran, mencari tahu apa yang membedakan produk satu dengan lainnya, dan bagaimana para pesaing membangun merek mereka.

Udara sore yang lembut dan suara riuh burung dari kebun sekitarnya memberikan suasana tenang, tetapi Gika merasakan ketegangan di leher dan matanya yang mulai perih. Setelah beberapa saat, ia meregangkan otot lehernya yang kaku dan menutup matanya sejenak, berusaha menghilangkan rasa pusing akibat terlalu lama menatap layar. Cangkir jus mangga yang setengah kosong dan camilan di samping laptopnya menunggu untuk disantap, menandai momen istirahat yang sangat dibutuhkan sebelum melanjutkan risetnya lebih jauh.

Ketika Gika membuka aplikasi hiburan di ponselnya untuk menghilangkan penat, dia justru malah mendapati berita terbaru tentang Nathan yang beseliweran di sosial medianya.

Dia membaca dengan ekspresi yang tenang, sembari satu tangan mencomot bolu cokelat yang tersaji di piring datar, menikmati di dalam mulutnya makanan rasa manis itu.

Meskipun berita itu mengungkapkan bahwa Nathan muncul di pernikahan anak mantan Menteri Rajendra Purnomo dengan seorang perempuan-yang di mana perempuan itu adalah Gika sendiri-, Gika tidak terlihat terkejut atau cemas. Dia sudah menyadari sejak awal bahwa sebagai seorang yang terkenal, Nathan pasti akan menjadi sorotan media, dan berita-berita seperti ini akan terus bermunculan.

Gika menarik napas dalam-dalam dan tersenyum tipis, merasa sedikit lega karena dia telah memperkirakan akan ada berita-berita seperti ini. Dia memahami bahwa perhatian publik terhadap Nathan akan menjadi bagian dari kehidupan mereka, mengingat Nathan atlet yang cukup terkenal. Dengan pemahaman ini, Gika merasa tidak perlu terlalu memikirkan berita tersebut.

Mengunyah kembali perlahan bolu cokelat yang baru dia gigit, Gika merenungkan betapa pentingnya dukungannya terhadap Nathan, terutama untuk mengatasi isu-isu yang mengelilinginya. Dia tahu betapa beratnya bagi Nathan menghadapi rumor tentang orientasi seksualnya, dan Gika bertekad untuk membantu Nathan dengan cara yang dia bisa, termasuk dengan cara tampil di depan publik jika perlu. Hitung-hitung ini juga menebus rasa bersalahnya, karena Gika juga pernah percaya dengan isu butut itu.

"Mbak Gi, di depan gerbang ada Mas Nathan."

Gika yang sedang fokus membaca berita di ponselnya mengangkat kepala, mengeryitkan dahi bingung dengan jantung berdebar cepat. "Ngapain?"

"Tadi sudah saya tanya dari interkom, katanya mau ketemu Mbak Gi."

"Mama ada nggak di dalam?"

Mbak Ida menggeleng. "Udah berangkat Mbak Gi, senam sore sama ibu-ibu di lapangan komplek."

Gika menutup laptopnya dengan gerakan ringan, lalu kedua kakinya yang semula terlipat di atas kursi rotan kini turun ke lantai. "Ya udah, biar Gika aja yang buka, Mbak," ujarnya sambil memakai sendal jepitnya.

Gika masuk ke dalam rumah, meletakkan lebih dulu laptopnya di meja ruang tengah, lalu kembali berjalan menuju monitor interkom di dinding yang terhubung dengan kamera di gerbang depan.

Partner [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang