###
Pagi ini, Gika sedang sibuk merapikan ruangan kosong di rumahnya. Ruangan itu, yang dulunya terabaikan dan penuh barang-barang lama, kini sedang diubah menjadi ruang kerja sementara untuk bisnis produk kecantikannya. Dengan izin dari mamanya, Ruth, Gika memutuskan untuk menyulap ruangan ini menjadi tempat yang nyaman dan profesional, mengingat akan banyaknya meeting dengan orang-orang penting ke depannya.
Gika tampak sederhana dengan rambut diikat sembarangan, kaos longgar, dan celana rayon yang sudah kusut. Keringat mulai menetes di dahinya saat ia memindahkan kotak-kotak tua ke sudut ruangan. Sesekali, ia berhenti untuk mengelap debu yang menumpuk di perabotan, wajahnya penuh kesungguhan meskipun ruangan itu masih jauh dari rapi.
Di tengah kesibukannya, bel rumah berbunyi. Gika, yang sedang menyeka debu di rak buku, menoleh sejenak. "Mba Ida, tolong liat siapa yang datang," pintanya dengan sopan, suaranya sedikit terengah.
"Iya, Mba Gi," sahut Mba Ida dari belakang, diikuti dengan suara langkah kakinya yang cepat menuju pintu depan.
Gika dapat melihat Mba Ida melintas dari pintu ruangannya yang terbuka, merasa tenang karena Mba Ida akan membukakan pintu. Ruth, sedang keluar, dan Gika hanya ditemani Mba Ida di rumah. Setelah Mba Ida pergi ke depan, Gika melanjutkan pekerjaannya, mengatur kotak-kotak dan menyapu sisa debu yang menempel.
Beberapa menit kemudian, Mba Ida kembali lewat, berjalan cepat menuju belakang sambil mengucapkan, "Mba Gi, tamunya ternyata bukan untuk kita. Katanya, orang salah alamat."
"Ooh, ya udah..." jawab Gika, sambil mengangguk, tidak terlalu memikirkan hal itu.
Senyum kecil terlihat di wajah Nathan saat ia berdiri di depan pintu ruang, mengamati Gika yang sedang sibuk dengan pekerjaan rumahnya. Nathan tampak segar dan rapi, kontras dengan kondisi sakit yang ditinggalkannya kemarin. Sementara itu, Gika, dengan pakaian yang berantakan dan keringat menetes di dahinya, hampir terkejut setengah mati saat berbalik dan melihat Nathan di ambang pintu.
"Mas Nathan?" ucap Gika dengan suara tercengang, hati berdebar keras karena kejutan mendadak ini.
Nathan tersenyum lebar saat melihat ekspresi terkejut di wajah Gika. "Pagi. Kayak liat hantu aja," katanya sambil memandang Gika dengan nada bercanda, mencoba mengurangi ketegangan yang terasa di udara. Ia melangkah masuk dengan santai, tampak tidak terganggu dengan suasana ruangan yang masih berantakan.
Gika masih terlihat terkejut, tetapi dia berusaha menenangkan diri dan merespons Nathan dengan nada khawatir. "Kamu udah sembuh?" tanyanya sambil melirik Nathan dengan penuh perhatian, berharap bahwa Nathan benar-benar sudah pulih dari sakitnya.
Nathan mengangguk sambil tersenyum, menunjukkan bahwa ia benar-benar merasa lebih baik. "Seperti yang kamu liat," jawabnya, mengalihkan perhatian ke ruangan yang masih berantakan. "Ini ruangan buat apa?" tanyanya dengan rasa ingin tahu, melihat Gika yang sedang sibuk merapikan tempat tersebut.
Gika mengusap keringat di dahi sambil menjawab, "Ini rencananya jadi kantor sementara, Mas Nath. Saya lagi berusaha nyiapin tempat yang nyaman buat urus bisnis kecantikan saya."
Nathan tersenyum lebar, sedikit mengejek, "Ruangan sebesar ini, dengan badan kamu yang kecil gini, beresin sendirian?" Dia menatap Gika dengan nada bercanda, "Mau jadi superhero apa?"
Gika senyum simpul. "Ya, namanya juga usaha. Lagian, siapa suruh dateng pagi-pagi gini? Kalau mau liat prosesnya, harus sabar."
Nathan segera melepas jaket hitam yang dikenakannya dan menyampirkannya ke kursi dekat pintu. Dia tersenyum sambil menyisakan kaos hitam yang membalut tubuhnya. "Saya bantuin," ujarnya sambil melangkah ke arah Gika, siap untuk ikut merapikan ruangan yang masih berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Nathan Tjoe A On]
FanficNathan Tjoe A On, pria yang saat ini sudah menginjak usia 32. Status lajang masih tersemat untuknya. Hatinya belum bisa menerima perempuan lain selain sahabatnya, Kanindya Hanum Mega. Namun apa boleh buat? Mereka tidak bisa bersama karena cinta mere...