Chapter 11

396 60 10
                                    


###

Di kantor Kanin yang meski tidak terlalu besar tapi nyaman, suasana studio foto terasa ceria. Cermin besar di sudut ruangan memantulkan sosok Kanin yang tengah memeriksa setiap detail penampilannya. Ruangan itu dipenuhi dengan peralatan kamera, lampu studio, dan backdrop putih yang menjulang tinggi. Di meja samping, berjejer produk kosmetik terbaru—lipstik, eyeshadow, dan foundation yang menjadi kebanggaan Kanin.

Aletta, artis cantik yang baru-baru ini bergabung sebagai brand ambassador untuk kosmetik Kanin, berdiri di sampingnya. Dengan gaun elegan dan riasan sempurna, Aletta tampak siap untuk sesi pemotretan.

Kanin melihat Aletta dari cermin dan tersenyum kecil, "Gimana, Al? Udah siap?"

Aletta mengangguk sambil membenahi ujung rambutnya. "Siap banget, Kak! Gue nggak sabar lihat hasilnya. Semua produk ini keren banget, gue yakin bakal booming," jawabnya dengan antusias.

Fotografer, yang sudah siap di posisi, memanggil mereka untuk memulai pemotretan. "Oke, Aletta, Kanin, ayo kita mulai. Pertama, kita coba pose dengan lipstik matte yang baru," ujarnya sambil memberi arahan.

Kanin mengambil lipstik dengan hati-hati, menyesuaikan posisinya agar terlihat sempurna di depan kamera. Aletta mengikuti arahan fotografer dengan semangat, berpose dengan lipstik di tangan dan senyum ceria di wajahnya.

Setelah sesi pemotretan selesai, Kanin dan Aletta akhirnya bisa duduk santai di sofa di sudut ruangan. Mereka menikmati minuman dingin dan camilan yang telah disiapkan oleh tim. Kanin, dengan gaun elegan dan riasan minimalis, tampak lega melihat hasil kerja kerasnya. Sementara itu, Aletta yang mengenakan gaun bergaya casual-chic, tampak ceria dan sedikit usil.

Aletta mengangkat alisnya, seolah mengajak bicara, sebelum akhirnya memecah kesunyian dengan nada penasaran. "Kak, lo udah lama, ya, kenal Nathan?"

Kanin sedikit terkejut mendengar pertanyaan itu, dia mengernyitkan dahi. "Maksudnya?"

Aletta tersenyum usil. "Ya itu lho, Kak. Gue denger-denger dulu lo pernah diisukan sama Nathan. Terus foto lo berdua di tribun, kayak... wah, rame banget waktu itu di media sosial. Terus tiba-tiba ada klarifikasi dari istrinya Ridho yang bilang kalian cuma sahabatan, eh, nggak lama dari itu Nathan malah digosipin deket sama temen gue, Michella. Jadi deh, berita lo sama Nathan tenggelam."

Kanin tertawa kecil, merasa sedikit nostalgia dengan kenangan lama itu. Dia ingat betul bagaimana dia sempat terguncang melihat foto Nathan dengan Michella saat mereka liburan di Bali. Itu adalah momen yang membuatnya sadar betapa kuatnya perasaannya terhadap Nathan, meskipun mereka hanya sahabatan.

Dengan senyum cuek, Kanin menjawab, "Gue sama Nathan emang cuma sahabatan dari dulu. Beneran deh, nggak ada apa-apa."

Aletta menatapnya dengan tatapan skeptis, seolah tidak percaya. "Masaa? Kayak nggak mungkin deh. Sahabatan yang rajin antar-jemput segala? Terus gimana tuh, sekarang dia digosipin dekat sama perempuan? Gue lihat beritanya, mereka ketangkap kamera kondangan bareng."

Kanin terdiam sejenak, senyum di wajahnya mulai pudar meski ia berusaha tetap tenang. "Gika? Iya, gue juga tau soal berita itu."

Aletta langsung menatap penasaran, "Lo nggak cemburu, Kak? Gue aja yang cuma ngeliat mereka di berita, udah mikir yang macem-macem."

Kanin menahan napas sejenak, kemudian tersenyum tipis. "Cemburu? Nggak, gue nggak cemburu, Al. Nathan dan Gika, ya biarin aja mereka jalani apa yang mereka sepakat. Gue sama Nathan udah lama mutusin buat nggak lebih dari sahabatan, jadi nggak ada yang perlu dicemburuin."

Aletta, yang tadinya hanya iseng, kini menatap Kanin dengan lebih serius. "Kak, kadang-kadang gue nggak ngerti, lo sama Nathan tuh gimana bisa cuma jadi sahabat doang? Pasti ada perasaan lebih, kan?"

Partner [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang