###
Nathan tiba di depan sebuah toko kue yang masih buka, lampunya masih terang benderang, memancarkan suasana hangat di malam yang dingin. Di samping mobilnya yang terparkir di depan toko, Gika berdiri dengan wajah cemas, kap mesin mobilnya terbuka lebar. Tangannya kini sibuk memainkan ujung rambutnya-kebiasaan yang selalu muncul saat dia gugup.
Saat melihat Nathan turun dari mobil, Gika segera melangkah mendekat, mencoba menenangkan dirinya meski jelas terlihat betapa bingungnya dia. "Mas Nathan! Saya nggak tau kenapa, mobil ini tiba-tiba nggak mau nyala pas mau pulang," katanya, suaranya campuran antara lega dan panik.
Nathan menatap Gika sejenak sebelum mengarahkan pandangannya ke kap mesin yang terbuka. "Kamu baik-baik aja?" tanyanya, memastikan.
Gika mengangguk pelan, meski kekhawatiran masih tergambar jelas di wajahnya. "Saya baik-baik aja, cuma nggak ngerti apa yang salah sama mobil ini. Saya sempat panik," jawabnya.
Nathan mengangguk sambil mendekati mesin mobil. "Biar saya cek dulu," katanya, mulai memeriksa bagian dalam kap mobil. Gika berdiri di sampingnya, matanya tak lepas dari Nathan yang sibuk memeriksa mesin, sementara pikirannya berusaha tenang di tengah kekacauan kecil yang baru saja terjadi.
Sambil memeriksa mesin, Nathan merasakan kehadiran Gika yang begitu dekat. Meski suasana sekitar mereka tenang, ada ketegangan yang tak bisa diabaikan-sesuatu yang membuat momen ini terasa berbeda. Namun, Nathan segera kembali fokus pada mesin, menyingkirkan segala pikiran yang mengganggu.
Setelah beberapa menit, Nathan akhirnya menemukan sumber masalahnya. "Kayanya baterai mobil kamu lemah, Gi. Saya punya kabel jumper di mobil, kita bisa coba nyalain pakai itu dulu. Kalau berhasil, kamu bisa langsung bawa ke bengkel buat ganti baterai," kata Nathan dengan nada tenang.
Gika menghela napas lega, senyum tipis mulai muncul di wajahnya. "Untung Mas Nathan cepet dateng. Gika udah mulai panik tadi," katanya, suaranya kini terdengar lebih tenang.
Nathan tersenyum kecil, lalu bergegas kembali ke mobilnya untuk mengambil kabel jumper. Tak lama kemudian, dia kembali dan mulai menyambungkan kabel ke kedua mobil. Setelah memastikan semuanya siap, dia meminta Gika untuk mencoba menyalakan mobilnya.
Dengan sedikit ragu, Gika masuk ke dalam mobil dan memutar kunci kontak. Mesin mobil bergetar sejenak sebelum akhirnya menyala dengan stabil. Gika keluar dari mobil dengan senyum lebar, matanya berbinar penuh rasa syukur.
"Makasih banget, Mas Nathan! Kamu menyelamatkan saya," kata Gika, suaranya penuh rasa lega.
Nathan membalas senyumannya, merasa lega melihat Gika kembali tenang. "Sama-sama. Jangan lupa langsung ke bengkel ya, biar nggak ada masalah lagi nanti," pesannya.
Gika mengangguk antusias, senyum di wajahnya tak pernah pudar. Dia tampak ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi akhirnya hanya tersenyum hangat sebagai bentuk terima kasih yang tulus.
Nathan memperhatikan Gika yang kini berdiri di samping mobilnya dengan senyum lega setelah mesin mobil akhirnya menyala. Meskipun masalah baterai sudah teratasi untuk sementara, Nathan tak bisa mengabaikan perasaan tak tenang melihat Gika sendirian di malam hari seperti ini.
Dia berpikir sejenak sebelum akhirnya mengambil keputusan. "Gi, gimana kalau saya anterin kamu ke bengkel sekarang? Lebih aman kalau langsung diganti daripada nunggu sampai besok," tawarnya, suaranya penuh perhatian.
Gika tampak terkejut sejenak dengan tawaran itu, tapi kemudian dia mengangguk pelan, merasa sedikit lebih tenang dengan kehadiran Nathan. "Kamu nggak apa-apa?" tanyanya, meski dalam hati dia merasa lega dengan tawaran tersebut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Nathan Tjoe A On]
FanfictionNathan Tjoe A On, pria yang saat ini sudah menginjak usia 32. Status lajang masih tersemat untuknya. Hatinya belum bisa menerima perempuan lain selain sahabatnya, Kanindya Hanum Mega. Namun apa boleh buat? Mereka tidak bisa bersama karena cinta mere...