Chapter O8

371 64 17
                                    

seneng baca komen di chapter sebelumnya, rame💗 makasih ya

###

3 hari sudah berlalu...

Belum ada acara lagi, baik Gika ataupun Nathan. Mereka juga tidak saling contact untuk alasan apapun. Gika masih sering memeriksa sosmed Fathur untuk melihat postingan terbaru mantannya itu, tetapi Fathur tidak pernah posting apapun.

Fathur memang bukan orang yang aktif di media sosial; akun Instagram-nya saja dibuat karena desakan Gika. Satu-satunya cara Gika mengetahui kabar Fathur adalah melalui Instagram pacar barunya, Eldina. Namun, Eldina juga bukan sosok yang gemar bersosial media. Postingan terakhirnya di feed Instagram adalah tiga hari yang lalu, saat mereka menghadiri kondangan bersama. Dalam postingan itu ada tiga foto: foto pertama bersama pengantin, dan dua foto lainnya menampilkan Eldina dan Fathur. Mereka terlihat serasi, tersenyum bahagia dengan latar belakang hiasan hotel yang indah dan tamu undangan yang berlalu di belakang. Hati Gika terasa kembali sakit melihat Fathur, yang dulu selalu merangkul pinggangnya, kini melakukan hal yang sama dengan perempuan lain.

"Gue nggak boleh gini terus. Udah cukup deh nangisin dia. Gue harus cari kesibukan!" gumam Gika, merasa perlu mengalihkan pikirannya dari kegelisahan yang masih menghantui.

Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menguatkan diri. "Gue harus move on, nggak bisa stuck di masa lalu. Fathur udah jalanin hidupnya yang baru, sekarang giliran gue."

Gika meraih ponselnya, kali ini bukan buat nge-stalk akun Fathur, tapi buat bikin rencana baru. "Udah saatnya gue fokus sama hidup gue sendiri. Banyak yang harus gue lakuin, bisnis skincare ini harus jadi prioritas."

Sambil mengetik di ponsel, Gika berkata dalam hati, "Masa depan gue masih panjang, dan gue nggak bisa biarin Fathur terus ada di pikiran gue. Gue bisa kok bahagia tanpa dia."

Dia lalu keluar kamar setelah 3 hari belakangan ini lebih banyak mengurung sampai Ruth mulai curiga dan Gika selalu berasalan tidak enak badan.

Sebelum keluar kamar, dia sempat bercermin, melihat penampilannya yang kacau selama tiga hari terakhir—belum mandi, dengan baju yang sudah dua hari ia pakai.

"Gila, aura pengangguran gue kuat banget," gumamnya sambil bergidik, lalu cepat-cepat keluar dari kamarnya sebelum melihat dirinya di cermin lebih lama dan makin stres.

"Ma?" panggil Gika.

Ruth, mamanya, sedang duduk santai di ruang tamu, asyik menonton FTV yang jalan ceritanya selalu sama. Benci menjadi cinta. Pria tajir melintir jatuh cinta dengan gadis pedesaan. Cewe manja kaya raya bertemu dengan cowo pedagang cilok. Ya, walau setidaknya itu lebih baik karena tidak sampai ribuan episode seperti sinetron—yang bahkan peran utamanya bisa bangkit dari kubur dengan karakter yang baru.

"Ma!" Gika duduk di sebelah Ruth, melipat satu kakinya di atas sofa, dan menepuk pelan paha mamanya, mengejutkan Ruth yang sangat fokus menatap layar.

"Ih, apaan sih, Gi?" balas Ruth sambil mengalihkan pandangannya dari TV.

Gika tak membuang waktu, "Mama kan katanya waktu itu mau nambahin modal buat Gika."

Ruth menoleh, sekarang sepenuhnya memperhatikan Gika. "Modalin apa, Gi? Mama lupa deh."

Gika mendesah pelan, sedikit frustrasi, "Mama kan dulu bilang kalau Gika serius mau usaha, Mama bakal bantu modalin. Nah, sekarang Gika serius."

Ruth mengernyitkan dahi sejenak, mencoba mengingat, lalu tersenyum tipis. "Oh, itu. Iya, Mama inget. Tapi serius nih, kamu udah bener-bener siap buat bisnis?"

Partner [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang