Chapter 38

321 48 21
                                    

###

"Kak, ada bang Soni!" seru Nada dari luar.

"Suruh masuk aja," jawab Nathan santai.

Soni adalah tukang cukur langganan anak-anak timnas, biasanya mereka memanggilnya ke hotel sebelum pertandingan untuk merapikan rambut. Nathan mengenal Soni dengan baik; setiap kali liburan ke Indonesia dan ingin potong rambut, dia pasti meminta Soni untuk datang ke rumahnya. Hubungan mereka sudah cukup dekat, dan Nathan merasa nyaman dengan pelayanan Soni.

Hari ini, Nathan memanggil Soni karena menjelang lamarannya kepada Gika, dia ingin memastikan penampilannya sempurna. Bukan hanya pakaian yang akan dikenakan, tetapi juga rambutnya agar terlihat segar dan rapi.

Aroma produk rambut dan alat potong yang khas menyebar, menciptakan suasana yang nyaman. Nathan duduk di kursi, memperhatikan Soni yang mulai menyiapkan alat-alatnya dengan cekatan. Setiap gerakan Soni menunjukkan profesionalismenya, dan itu membuat Nathan merasa lebih tenang.

“Mau di model apa nih, Nath?” tanya Soni sambil tersenyum ramah, menatapnya melalui cermin.

“Kaya biasa aja. Rapihin dikit, Son,” jawab Nathan, berusaha terdengar santai meski rasa gugupnya masih terasa di dalam dada.

Saat Soni mulai merapikan rambutnya, Nathan merasakan ketegangan perlahan menghilang.

"Brewoknya?" tanya Soni, mengangkat alis.

"Tipisin dikit aja," jawab Nathan, mempertimbangkan pilihan itu.

"Tumben haha. Biasanya cuma disisain jenggot keramat," kata Soni sambil tersenyum, bercanda.

Nathan hanya terkekeh, sedikit canggung. Dia teringat Gika yang suka mengusap-usap rahangnya dan memujinya saat brewoknya tumbuh dan dia tidak ingin kehilangan daya tarik itu sepenuhnya. Dia ingin tampil rapi dan menawan, terutama di hadapan Gika.

Saat Soni bekerja dengan cekatan, Nathan merasakan setiap potongan rambutnya memberikan rasa lega.

Tak lama kemudian, Soni menyelesaikan potongannya. Dia mengangkat kain penutup yang membungkus Nathan.

"Udah, Nath. Gimana? Oke nggak?" kata Soni dengan senyum bangga.

Nathan menatap cermin dan tersenyum, bolak-balik menggerakkan wajahnya ke kanan dan kiri, memastikan potongannya sudah sesuai dengan keinginannya. Setiap sudut wajahnya terlihat lebih rapi.

"Mantap," balas Nathan masih bercermin.

"Asli, kali ini aura lo beda, ya. Kaya aura-aura calon pengantin gitu," goda Soni, yang asal jeplak, lalu terbahak. Tanpa disangka, perkataan itu sukses membuat wajah Nathan merona.

Nathan hanya tersenyum canggung, berusaha menutupi rasa gugupnya. Dia tahu bahwa Soni tidak tahu rencananya yang sebenarnya, dan komentar itu semakin memperkuat semangatnya menjelang momen penting dalam hidupnya.

"Widiiiih, makin ganteng aja, nih!" goda Nada yang tiba-tiba muncul sambil memegang cemilan ditangannya. Perempuan itu lalu terkikik.

"Mau ada acara, ya, Nad?" tanya Soni dengan usil. "Aneh aja gue, padahal kakak lo rambutnya belom gondrong-gondrong amat tapi udah nyuruh gue dateng, hahaha."

Nada ikut tertawa. "Ya gitu deh," jawabnya sekenanya. Lalu dia memandang kakaknya setelah meredakan tawa. "Kak, mau ngambil jam berapa?"

"Tuh, kan! Ngambil apa, niiih?" sahut Soni menggoda.

###

Setelah selesai meeting online dengan Dr. Maya dan Pak Rudi, Gika merasa sedikit lelah tetapi tetap bersemangat. Diskusi tentang bisnis skincare-nya sangat memuaskan, dan ide-ide baru mulai bermunculan di pikirannya. Namun, pikiran itu segera teralihkan saat dia melihat kotak besar berisi gaun dari Nathan yang masih tergeletak di sudut kamar.

Partner [Nathan Tjoe A On]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang