###
“Mama, ayo di sana aja! Mama!” seru seorang gadis kecil sambil berlari-lari kecil, menoleh ke belakang dengan tangan mungilnya menggandeng erat tangan papanya. Gadis itu baru saja muncul dari balik pintu restoran.
Tak lama, seorang perempuan muncul di belakang gadis itu, sosok yang dipanggil 'Mama'. Perempuan itu tampak anggun dengan rambut panjang yang disisir rapi, mengenakan dress sederhana namun berkelas, dipadukan dengan sepatu hak tinggi yang senada. Ia sedang membenarkan salah satu antingnya yang tampak hampir copot. "Iya, Sayang. Lea duluan sama Papa, ya, ke sana. Mama betulin anting dulu," katanya lembut, sambil terus memperbaiki antingnya.
Nathan yang sedang duduk, tiba-tiba terpaku melihat adegan itu. Matanya membulat, hatinya seperti dihantam sesuatu yang berat. Dia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya. Bukan karena Kanin muncul di restoran yang sama, karena ini tempat umum dan siapa saja bisa datang. Namun, panggilan gadis kecil itu kepada Kanin sebagai 'Mama' benar-benar membuatnya terkejut, seolah-olah dunia seketika menjadi bisu.
Gika, yang duduk di depannya, juga sama terkejutnya. Dia melihat ke arah Nathan, mencoba menangkap reaksi pria itu. Kanin sendiri, tampaknya tidak menyadari kehadiran mereka. Setelah selesai membetulkan antingnya, dia melangkah menuju meja yang sudah ditempati Lea dan papanya, Ken. Kanin duduk di sebelah Lea, berhadapan langsung dengan Ken, membentuk gambaran keluarga kecil yang sempurna.
Nathan tetap terdiam, tubuhnya seperti membeku. Meskipun jarak antara tempat duduk mereka cukup jauh dan restoran dipenuhi pengunjung yang lalu-lalang, dia bisa melihat dengan jelas interaksi antara Kanin, Lea, dan Ken. Mereka tampak begitu akrab, seolah-olah mereka memang keluarga sejati. Nathan merasakan dadanya sesak, bukan karena cemburu, melainkan campuran antara kebingungan dan kekecewaan. Semua ini terasa begitu membingungkan. Apa maksudnya? Sejak kapan?
Gika, yang masih menatap meja Kanin dengan ekspresi bingung, akhirnya membuka mulut. "Jadi, Kanin udah berkeluarga?" celetuknya dengan nada tak percaya, matanya kembali berpindah ke Nathan yang masih mematung.
Nathan tidak menjawab. Dia menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gejolak di dalam dirinya. Namun, otaknya masih berputar, berusaha mencerna apa yang baru saja dilihatnya. Kenapa ini begitu mengejutkan? Dan bagaimana dia harus meresponnya?
###
Keheningan mencekam mengisi mobil sepanjang perjalanan pulang. Nathan memegang setir, tapi pikirannya terus melayang ke adegan yang baru saja dilihatnya di restoran. Di sana, di antara keramaian, ia melihat Kanin bersama seorang pria dan seorang gadis kecil yang memanggilnya "Mama." Bayangan itu terus berputar di benaknya, seolah menuntut jawaban yang tak kunjung ia temukan.
Di kursi penumpang, Gika berusaha keras menahan diri untuk tidak mengganggu pikiran Nathan. Dia sadar bahwa ada sesuatu yang mengganjal di antara Nathan dan Kanin. Masih segar dalam ingatannya bagaimana wajah Nathan berubah saat melihat Kanin tadi, dan tak lama kemudian, tanpa banyak bicara, Nathan langsung mengajaknya pulang.
Nathan mengemudi dengan tatapan kosong, pikirannya tidak sepenuhnya ada di jalanan. Berkali-kali mobil mereka nyaris menyenggol kendaraan lain, membuat Gika semakin tegang. Di satu sisi, ia merasa kesal—rasa cemburu yang mulai merayap di hatinya tidak bisa diabaikan. Namun, rasa cemasnya lebih kuat kali ini. Setiap detik yang berlalu, ketegangan makin memuncak, hingga saat mobil mereka hampir menabrak motor di depan, Gika tak bisa lagi menahan diri.
"Mas Nathan! Stop!" teriaknya, suaranya memecah keheningan yang selama ini menyesakkan dada.
Nathan tersentak, suaranya yang keras membangunkannya dari lamunan. Dengan reflek, ia membanting setir ke kiri, dan mobil berhenti mendadak di pinggir jalan. Udara di dalam mobil terasa berat, namun untungnya, tidak ada tabrakan yang terjadi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Nathan Tjoe A On]
FanfictionNathan Tjoe A On, pria yang saat ini sudah menginjak usia 32. Status lajang masih tersemat untuknya. Hatinya belum bisa menerima perempuan lain selain sahabatnya, Kanindya Hanum Mega. Namun apa boleh buat? Mereka tidak bisa bersama karena cinta mere...