###Setelah Gavin mengantar Gika hingga ke depan pintu rumah dan berbincang sebentar dengan Ruth, ia akhirnya pamit pulang. Ruth, yang selalu memerhatikan setiap gerak-gerik anaknya, tetap menyambut Gavin dengan ramah, meski Gika telah berkali-kali menjelaskan bahwa Gavin hanyalah teman. Ruth terus mengingatkan Gika untuk menjaga jarak dengan Gavin agar tidak menyinggung perasaan Nathan.
Tinggal lah mereka berdua di ruang tamu. Ruth menoleh ke arah Gika dengan ekspresi yang menunjukkan rasa penasaran. "Mama akhir-akhir ini lebih sering lihat Gavin datang ke rumah daripada Nathan. Kenapa, Gi?" tanya Ruth dengan nada sedikit cemas.
Gika merapikan posisinya di sofa, mencoba terlihat santai meskipun hatinya terasa berat. "Gavin lagi bantu desain kemasan produk skincare aku, Ma. Jadi, kami sering ketemu untuk diskusi proyek."
Ruth mengerutkan dahi. "Tapi Nathan kemana? Kenapa sudah tiga hari ini dia jarang ke rumah? Terakhir kali Mama ingat, dia membantu beres-beres ruang kerja kamu."
Gika menelan saliva, sedikit terkejut mendengar Ruth yang tampaknya lebih memperhatikan keadaan daripada yang ia kira. "Mama kok tau? Gika pantesan belum cerita dan Mama nggak pernah nanya."
"Mba Ida yang bilang. Lagian, belakangan ini kamu sering keluar sama Gavin, terus pulang langsung ke kamar, kita jadi jarang ngobrol," jelas Ruth. "Kamu kenapa, sih, Gi? Kamu baik-baik aja, kan?"
Gika hanya bisa terdiam, merasa terpojok oleh pertanyaan-pertanyaan mamanya. Ruth, yang sudah memandanginya dengan perhatian penuh, melanjutkan dengan nada lebih lembut. "Gi, Mama cuma mau kasih saran. Kamu harus jaga perasaan Nathan. Dia tahu nggak kalau kamu punya teman cowok baru?"
Gika mengerutkan dahi, merasa sedikit kesal. "Ngapain aku harus lapor ke dia? Biarin aja."
Ruth menggertakkan giginya, tampak lebih khawatir. "Kamu lagi berantem ya sama Nathan?"
Gika terdiam sejenak, merasa berat untuk mengungkapkan kebenaran. Dengan ekspresi serius dan tatapan mendalam, dia mendekat ke arah Ruth, lalu berkata, "Ma, sebenarnya ada yang mau Gika obrolin serius sama Mama."
Ruth, yang melihat wajah Gika yang tidak biasanya, langsung merasa cemas. "Apa, Gi? Jangan bikin Mama deg-degan."
Gika menarik napas panjang sebelum akhirnya membuka suara. "Tentang perjodohan Gika sama Mas Nathan, Ma."
Ruth menatap Gika dengan mata terbuka lebar, ekspresinya berubah menjadi kekhawatiran yang mendalam. "Kenapa? Mama jadi khawatir nih," ucap Ruth dengan nada penuh kepedihan.
Ruth terus menatap Gika dengan cemas, menunggu penjelasan lebih lanjut, ketika tiba-tiba pintu depan terbuka perlahan. Mba Ida muncul dengan sebuah paket di tangannya. "Bu, Mbak Gi, maaf. Ini ada paket buat Mbak Gi," katanya sambil meletakkan paket itu di atas meja ruang tamu.
Gika, yang tadi sempat tegang, merasa sedikit lega dengan kedatangan Mba Ida yang mengalihkan perhatian mamanya. Ia tersenyum tipis dan mengangguk pada Mba Ida. "Terima kasih, Mbak," ucapnya, meski dalam hatinya tetap merasa berat dengan apa yang ingin ia sampaikan kepada Ruth.
Ruth mengamati paket itu sejenak sebelum kembali menatap Gika. "Paket dari siapa, Gi?"
"Oh ini, olshop, aku pesen baju," jawab Gika santai.
Mba Ida yang sudah selesai menurunkan paket, melirik ke arah Ruth dan Gika. "Oh iya, tadi waktu Mbak buang sampah di luar, si kurir sempat nanya-nanya, katanya mau kirim langsung ke Mbak Gika. Mbak bilang aja, biar kasih ke Mbak, Mbak Gi ada di dalam."
Mendengar penjelasan itu, ekspresi santai Gika seketika berubah. Dengan alis sedikit berkerut, dia merenung sejenak, merasa bingung. Kalau hanya paket biasa, mengapa ada pesan khusus bahwa dia sendiri yang harus menerimanya? Rasa penasaran mulai tumbuh, menggantikan sikapnya yang semula biasa saja terhadap paket itu. Tanpa ragu, Gika mengambil kotak yang terbungkus rapi dari atas meja itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Nathan Tjoe A On]
FanfictionNathan Tjoe A On, pria yang saat ini sudah menginjak usia 32. Status lajang masih tersemat untuknya. Hatinya belum bisa menerima perempuan lain selain sahabatnya, Kanindya Hanum Mega. Namun apa boleh buat? Mereka tidak bisa bersama karena cinta mere...