makasih utk support kaliaannn🥺💗
gw memutuskan utk melanjutkan cerita inii###
Sesampainya di apartemen Nathan, Gika dengan cepat membantu Nathan turun dari mobil dan membawanya ke dalam. Nathan, yang biasanya penuh kontrol, kini benar-benar hanya bisa mengikuti arahan Gika. Tubuhnya terasa berat, dan kepalanya mulai berputar.
Begitu mereka masuk ke dalam apartemen, Gika langsung membantu Nathan menuju kamar dan membaringkannya di tempat tidur. Meskipun baru kali kedua Gika ke apartemen Nathan, dia tetap berusaha sigap. Perempuan itu membuka beberapa laci satu per-satu, mencari kain lap dan termometer. Setelah sedikit kebingungan, akhirnya dia menemukan kain lap di laci dekat kamar mandi dan termometer di laci meja samping tempat tidur. Gika kemudian pergi ke dapur untuk memanaskan air, membasahi kain lap dengan air hangat, dan kembali ke kamar untuk mengompres dahi Nathan. Sesekali, dia dengan hati-hati mengecek suhu tubuh Nathan menggunakan termometer yang baru saja dia temukan.
"Kamu harus istirahat, Mas Nath. Saya di sini dulu buat jagain kamu," kata Gika sambil merapikan selimut di atas Nathan.
Nathan memandang Gika dengan mata yang setengah tertutup. "Gika... kamu nggak perlu sampe repot begini."
Gika tersenyum lembut, meski matanya penuh perhatian. "Mas, kamu udah sering bantuin saya. Sekarang giliran saya yang jaga kamu. Udah, istirahat aja. Saya akan pastikan kamu baik-baik aja."
Nathan hanya bisa mengangguk lemah. Meskipun badannya terasa panas dan tidak nyaman, ada rasa tenang yang muncul karena tahu Gika ada di dekatnya, merawatnya dengan penuh perhatian dan kehangatan yang tak pernah dia duga.
Dalam keheningan itu, Nathan akhirnya tertidur dengan damai, sementara Gika terus berjaga di sampingnya, memastikan bahwa dia mendapatkan perawatan terbaik. Meskipun biasanya ceria dan suka bercanda, Gika kali ini benar-benar menunjukkan sisi yang berbeda—sisi yang penuh perhatian, penuh kasih, dan selalu siap merawat orang yang dia sayangi tanpa ragu sedikit pun.
###
Kanin menatap kosong ke luar jendela mobil. Suara riang seorang gadis kecil berusia lima tahun yang tengah bernyanyi dan suara bariton pria yang duduk di sebelahnya tak berhasil mengalihkan perhatiannya. Pikiran Kanin melayang jauh, tak peduli dengan keceriaan yang mengisi perjalanan mereka.
"... jauh tinggi, ke tempat kau berada, yeyy!" seru Zalea dengan gembira, diikuti oleh papanya yang sedang mengemudi. Namun, keceriaan itu tiba-tiba terhenti ketika Zalea menyadari bahwa mamanya, yang biasanya ikut meramaikan suasana, hanya terdiam sejak mereka meninggalkan toko mainan.
"Papa, Mama sepertinya marah sama Lea..." bisik Zalea sambil melirik ke arah mamanya dengan cemas.
Papanya melirik sekilas ke arah Kanin, yang sejak tadi tenggelam dalam pikirannya. Sejak meninggalkan mal, Kanin memang tak banyak bicara.
"Tidak, Sayang," ucap pria itu lembut, mencoba meyakinkan putrinya dengan senyum hangat.
"Bohong... pasti Mama marah karena Lea beli mainan banyak tadi..." Zalea menunduk, sedih. Dia mendongak lagi, menatap mamanya yang tetap diam, dengan kepala bersandar di jendela mobil.
"Mama," panggil pria itu lembut sambil meremas pelan bahu Kanin. "Ma..."
Kanin tersentak ketika genggaman di bahunya terasa lebih kuat. Dia menoleh, menatap pria di sebelahnya dengan tatapan kosong yang sejenak terisi oleh kesadaran. "Ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Partner [Nathan Tjoe A On]
FanfictionNathan Tjoe A On, pria yang saat ini sudah menginjak usia 32. Status lajang masih tersemat untuknya. Hatinya belum bisa menerima perempuan lain selain sahabatnya, Kanindya Hanum Mega. Namun apa boleh buat? Mereka tidak bisa bersama karena cinta mere...