DUA PULUH

1.1K 56 20
                                    

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

"Udah si, El. Ngapain kamu ngejar–ngejar cewek gak jelas kayak dia, udah hamil gak tau pula siapa ayahnya" cetus Gretta pada Rafael yang begitu mengkhawatirkan Zamora.

"Jaga ucapan lo, kalau gak mau mulut lo gue robek" Gretta yang tersulit emosi.

"Apasih spesialnya dia sampe tuh cewek murahan hamil pun, lo tetep ngejar ngejar dia?!" Rafael mengepalkan tangannya.

"Diem bangsat! Mending lo pergi dari sini!!" Gretta yang kesal pun pergi dari hadapan Rafael dengan menghentakkan kakinya kesal diikuti kedua temannya.

Rafael menghembuskan nafasnya mencoba meredakan emosinya. Rafael memejamkan matanya sejenak, jika saja Sean tak menemuinya di warung mpok Inah dan menceritakan perundungan yang terjadi pada Zamora mungkin Rafael tak akan tau.

Flashback on:

Siang ini Rafael tengah duduk santai di warung mpok inah bersama beberapa temannya, lelaki itu menghembuskan rokoknya. Tak lama datang seorang lelaki yang membuat Rafael menaikkan sebelah alisnya.

"Ngapain, lo ke sini?" Tanya Rafael sedikit tak suka saat Sean sahabat dari Gerald itu datang menghampirinya.

"Lo, ke lapangan sekarang" ujarnya dengan raut datar.

Rafael menaikan bahunya acuh tak menghiraukan ucapan Sean tadi. Untuk apa juga lelaki itu menyuruhnya ke lapangan? Ada ada saja. Pikirnya.

"Tolongin Zamora sialan. Sekarang dia lagi di bully habis habisan sama Gretta" mendengar itu Rafael langsung bangkit dari duduknya dan mematikan rokoknya dan berjalan mendekat pada Sean.

"Gak usah bohong sialan!" Rafael langsung menarik kerah baju Sean.

"Buat apa gue bohong bangsat. Gak guna" Sean melepas kasar tangan Rafael yang memegang kerah bajunya.

"Di mana temen bangsat lo itu?" Tanya Rafael saat Sean akan pergi.

"Udah gue duga cowok pengecut kayak dia cuman bisa mentingin pacarnya dan nyia nyiain cewek sebaik Zamora" Rafael kembali membuka suaranya saat Sean hanya diam tak menjawab pertanyaannya. Ia langsung pergi dari hadapan lelaki itu dan berlari menuju lapangan.

"Bener kata Rafael. Suatu saat lo pasti nyesel Rald, nyia nyiain cewek kayak Zamora dan lo malah lebih mentingin Agatha" gumam Sean.

Flashback off:

***

Sekarang hari sudah semakin sore. Namun, Zamora tak kunjung beranjak dari duduknya, memandang danau dengan tatapan kosong.

Bibir gadis itu bergetar bersamaan dengan air matanya yang kembali mengalir di pipi chuby nya, dadanya terasa sangat sesak mengingat cacian yang begitu menyakitkan tadi siang di sekolahnya.

"Mora capek, Tuhan".

"Mora gak mau di sini, dunia jahat banget sama Mora" terlihat gadis itu begitu rapuh sekarang. Punggungnya bergetar, perlahan isakan tangis mulai terdengar kembali.

PENYESALAN GERALD (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang