***
Hari terus berganti dan sekarang sudah memasuki waktu weekend, yang di mana sekolah libur. Pagi ini dengan semangat, Qiara membantu Zamora memasak di dapur.
"Jadi setiap mau masak, lo nunggu pedagang sayur keliling, Mor?" Tanya Qiara dengan kegiatan mencuci sayurnya.
"Iya, Ra".
"Kenapa gak sekalian belanja di minimarket biar gak nunggu–nunggu kaya gini, terus juga yang pasti di sana sayurnya bersih, Mor" Qiara terus mengoceh membuat Zamora menggelengkan kepalanya.
"Kamu kan tau, Ra. Di sini gak ada lemari es, lagian aku juga harus hemat" jawab Zamora dengan senyuman di bibirnya.
"Semua ini gara gara, kak Gerald" ketus Qiara.
"Oh iya, Mor. Ngomong ngomong tentang si Gretta, tuh ular udah di keluarin sama pihak sekolah".
"Kok, lo diem aja sih. Gak suka, Mor?" Zamora menggeleng dan terkekeh mendengar ucapan Qiara.
"Terus aku harus gimana, Qiaraa" Qiara mendengus kesal mendengar jawaban Zamora yang terkesan santai.
"Aku juga kayanya mau mutusin buat homeschooling aja deh, Ra" Setelah ia pikir pikir sebaiknya dia belajar dari rumah saja, karna masalahnya semua murid telah mengetahui dirinya hamil.
"Hm? Gue si setuju–setuju aja. Perut lo, juga kan makin lama makin besar jadi pastinya gampang lelah juga" setuju Qiara keputusan sang sahabat.
Kedua sahabat itu melanjutkan acara memasaknya yang sempat tertunda.
***
Sesuai janjinya kemarin, sore ini Kirana tengah mengendarai mobilnya menuju apartemen sang putra, untuk menjenguk menantunya.
Dan hanya membutuhkan waktu 15 menit untuk menempuh jarak dari rumah ke apartemen Gerald. Sekarang, wanita yang masih cantik di usianya yang tak muda lagi itu sudah berdiri di depan pintu apartemen Gerald. Wanita itu berdecak kesal dan terus memencet bel berulang kali saat
Sedangkan di kamar, Gerald yang baru saja bangun dari tidur sorenya itu berdecak malas saat mendengar bel apartemen terus berbunyi. Lelaki yang hanya memakai celana pendek sepaha itu berjalan dengan langkah malasnya guna membuka pintu.
Saat pintu terbuka, mama Gerald itu langsung nyelonong masuk dan langsung mencari keberadaan sang menantu.
"Ck, mampus gue. Mama beneran ke sini" ucap Gerald dalam hatinya, dan menatap mamanya itu dengan tatapan sedikit takut.
"Mana, Zamora. Kok mama panggil dia gak nyaut nyaut" Kirana kembali mendekati sang putra yang masih berdiri di ambang pintu. Sejenak, wanita itu memperhatikan kondisi sang putra yang seperti tak terurus, mata merah, rambut acak acakan. Badannya juga terlihat sedikit kurus, jangan lupakan kantung matanya yang sedikit menghitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYESALAN GERALD (On Going)
Random[ADA BAIKNYA FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Maaf... Jika diri ini selalu menyakiti hati maupun fisik kamu, yang pada akhirnya kamu lebih memilih pergi dengan meninggalkan luka menganga di hatiku. -MAXUEL GERALD BRATAWIJAYA- Tuhan bolehkah a...