[ADA BAIKNYA FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA]
Maaf...
Jika diri ini selalu menyakiti hati maupun fisik kamu, yang pada akhirnya kamu lebih memilih pergi dengan meninggalkan luka menganga di hatiku.
-MAXUEL GERALD BRATAWIJAYA-
Tuhan bolehkah a...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
***
"Ra" Zamora menolehkan kepalanya ke belakang dan tersenyum melihat pemuda itu.
Rafael duduk di samping Zamora yang kini sudah berpindah duduk di kursi.
Rafael menatap lekat wajah Zamora dari samping. Sungguh dirinya telah jatuh sejatuhnya pada pesona gadis di sampingnya ini. Wajah ayu dan memiliki aura yang menenangkan saat di pandang.
Zamora yang merasa tengah di perhatikan oleh Rafael pun menoleh ke samping dan menutup wajah laki laki itu dengan tangannya.
"Kenapa muka aku di tutup gini" Rafael terkekeh sembari menurunkan tangan mungil Zamora dari wajahnya.
"Abisnya kamu liatin aku mulu" Zamora mengerucutkan bibirnya kesal.
"Jangan manyun gitu nanti tambah cantik" dengan gemas Rafael mengusak rambut Zamora membuat gadis itu tambah kesal.
"Jangan di usak gini ih nanti berantakan" Zamora dengan telaten merapikan rambutnya yang berantakan dengan bibir yang di kerucutkan. Rafael tertawa melihat ekspresi lucu Zamora yang tengah serius itu.
"Sini gue bantuin" Rafael membantu gadis di depannya ini merapikan rambutnya dan meniupnya saat melihat ada dedaunan yang jatuh di kepala gadis itu.
Zamora menatap Rafael yang kini tengah serius merapikan rambutnya, Rafael menundukkan kepalanya dan tersenyum membalas tatapan Zamora. Cukup lama keduanya bertatapan hingga mereka tak menyadari ada seseorang yang tengah memandangnya dengan tajam serta tangan yang mengepal kuat.
"Cih dasar murahan" Gerlad mengepalkan tangannya kuat dan segera pergi dari sana. Kenapa juga dirinya harus melewati taman ini yang membuatnya merasa panas melihat kejadian tadi.
Zamora langsung memutuskan tatapannya dan menggeser duduknya agak berjauhan dengan Rafael, rasa canggung tiba tiba menghampiri keduanya.
"Em, kamu mau bicara apa El?" Zamora membuka suara setelah cukup lama hening, gadis itu tak berani menolehkan kepalanya ke samping.
"Gue suka sama lo, Ra" Zamora mengangkat kepalanya menatap Rafael tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar.
"Lo pasti gak percaya kan? Tapi ini kenyataannya Ra, gue suka sama lo waktu pertama kali pindah ke sini" Zamora diam tidak tau apa yang harus ia lakukan.
"Tapi nyatanya sekarang gue kalah sebelum gue ungkapin perasaan ini ke lo" Rafael terkekeh kecil. Zamora memberanikan diri menatap Rafael yang kini juga sedang menatapnya.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut Zamora. Entah kenapa dirinya merasa bersalah di sini.
"Hei, kenapa lo minta maaf? Ini bukan salah lo Ra".
"Gue gak maksa buat lo bales perasaan gue, Ra. Karna gue juga tau dengan posisi gue sekarang" Rafael melanjutkan ucapannya dengan kepala yang ia tundukkan.