***
Pagi hari sekali Zamora bangun dari tidurnya. Perempuan cantik itu membalikan badannya yang langsung di suguhkan pemandangan lelaki tampan yang masih tertidur dengan lelap.
Sejenak Zamora terpana dengan pahatan wajah sang suami yang begitu sempurna ini. Tangan mungilnya mengelus rahang tegasnya dengan lembut tanpa membangunkan laki laki itu. Mata hazel nya mengerjap beberapa kali menahan setetes cairan bening yang akan kembali turun, saat lagi lagi ingatannya kembali berputar pada kejadian semalam. Kenapa wajah yang sekarang terlihat begitu damai ini selalu menggoreskan luka pada hatinya?
Dengan perlahan Zamora bangun baringannya dan melepaskan tangan Gerald yang memeluk pinggangnya erat.
Zamora menghembuskan nafasnya, menatap koper dan baju miliknya yang berserakan di lantai. Tanpa membuang waktu, Zamora kembali memasukan baju baju miliknya ke dalam koper. Ia sudah memikirkannya sejak semalam jika ini keputusan yang tepat untuknya.
Setalah tadi selesai membersihkan diri, sekarang Zamora sudah dalam keadaan rapi. Bola matanya menatap dalam manusia yang masih bergelung dengan selimut hangatnya.
Kakinya kembali melangkah mendekat ke arah ranjang, kemudian duduk di samping sang suami yang masih asik terlelap, yang tanpa dirinya tau jika sang istri akan pergi meninggalkannya.
"Maaf" hanya kata itu yang keluar dari mulut Zamora. Sungguh, sebenarnya dirinya tak tega jika harus pergi meninggalkan Gerald.
Zamora menarik kopernya keluar, hari ini ia akan pulang ke panti asuhan. Untuk sekarang ini ia ingin menenangkan dirinya, dan menjauh dari Gerald untuk sementara waktu.
Dan pagi itu Zamora pergi dari apartemen tanpa meninggalkan surat sedikitpun pada Gerald.
***
Zamora menyeret kopernya mengikuti langkah pemilik kontrakan.
"Ini kuncinya" wanita paruh baya itu menyerahkan kuncinya pada Zamora. Zamora merasa sedikit risih dengan tatapan wanita ini yang seperti
"Makasih, bu. Yaudah, saya masuk dulu".
"Ya. Silahkan" jawabnya dengan nada cuek lalu pergi dari hadapan Zamora yang masih berdiri di depan pintu.
"Pergaulan anak jaman sekarang, sampe bunting gitu" dumelnya, yang sudah agak jauh dari Zamora.
Zamora hanya menghela nafasnya saat wanita paruh baya tadi tampak mendumel saat pergi meninggalkannya.
Zamora memasuki kontrakan barunya dan menatap sekeliling yang ruangannya tak begitu luas. Gadis itu mendudukan tubuhnya di kursi, beristirahat sebentar sebelum membersihkan kontrakannya.
"Sayang, untuk sementara ini kita jauhan dulu ya sama papa. Kamu jangan rindu papa yaa" Zamora terus mengajak sang jabang bayi berbicara, mengingat apa yang tadi ia ucapkan membuatnya terkekeh. Memang selama kehamilannya ini, Zamora selalu merasa rindu jika berjauhan dengan Gerald.
KAMU SEDANG MEMBACA
PENYESALAN GERALD (On Going)
Random[ADA BAIKNYA FOLLOW TERLEBIH DAHULU SEBELUM MEMBACA] Maaf... Jika diri ini selalu menyakiti hati maupun fisik kamu, yang pada akhirnya kamu lebih memilih pergi dengan meninggalkan luka menganga di hatiku. -MAXUEL GERALD BRATAWIJAYA- Tuhan bolehkah a...